BAB 10 - PENGHINAAN

291 121 109
                                    

"Semakin sering dihina maka kita bakalan semakin kebal."

– D I M A S –

*****

   PERKELAHIAN antara Andrew dengan Arsenio berakhir di ruang BK. Mereka berdua berdiam diri ketika berhadapan dengan Nunung, selaku guru BK.

"Apa alasan kalian berkelahi?" tanya Nunung menatap bergantian Andrew dan Arsenio.

Andrew dan Arsenio saling melirik lalu dengan beriringan menjawab, "Gabut, Bu."

Kerutan di kening Nunung terlihat jelas. "Karena gabut?" ulang Nunung memastikan pendengarannya tidak bermasalah.

Arsenio dan Andrew berbarengan menganggukkan kepala, "Iya, Bu."

Nunung menghela nafas memandangi kedua murid di hadapannya, dia masih terheran dengan jawaban dari mereka berdua.

"Kita berteman Bu," ujar Arsenio seraya merangkul pundak Andrew.

Dengan senyuman terpaksa, Andrew menyetujui ucapan Arsenio dengan menanggapi, "Iya, Bu. Besti banget malah,"

Arsenio kembali berujar, "Kita cuman bercanda berantem gitu, Bu. Orang-orang aja pada panik."

"Bercanda sampai luka?" tutur Nunung memperhatikan wajah kedua siswa di hadapan nya terdapat bekas lebam di bagian sudut bibir.

"Nggak, Bu. Ini mah luka biasa, namanya juga anak laki, Bu. Iya ngga, Ndre?" kilah Arsenio.

Enteng banget ya lo ngomong. Mana hidung gue masih sakit. Batin Andrew. Dia membalas memperlihatkan deretan gigi putih dengan senyuman terukir ke atas.

"Meskipun bercanda tapi jangan diulangin lagi. Berantem itu berbahaya untuk kalian, terlebih lagi mengganggu suasana kelas lain," titah Nunung dengan tegas.

"Janji Bu, kita nggak akan mengulangi. Iya, 'kan?" tutur Arsenio dengan mata beralih ke Andrew. Sedangkan Andrew? Dia hanya mengangguk menyetujui.

"Bagus. Kalau kalian mengulanginya lagi, kalian akan mendapatkan hukuman," ungkap Nunung.

Arsenio dan Andrew kompak menjawab, "Iya, Bu."

"Karena pelajaran juga masih berlanjut, silahkan kalian berdua kembali ke kelas," pungkas Nunung.

Setelah mereka berdua keluar dari ruang BK, Andrew seketika melepaskan rangkulan tangan Arsenio dari pundaknya.

"Kasian tangan gue harus ngerangkul anak yatim piatu," beber Arsenio dengan senyum smirk-nya.

"Gue juga nggak butuh dirangkul sama orang yang punya orang tua tetapi peran nya nggak ada," balas Andrew dengan mengukir senyuman seringai di bibir.

Andrew kembali berkata, "Kehidupan kita sebenarnya sebelas dua belas, Arsenio. Cuman orang tua lo masih bernafas sedangkan orang tua gue nggak,"

"Meskipun kayak gitu, lo juga sama hal nya anak yatim piatu. Lo punya orang tua tapi perannya nggak ada," tambah Andrew.

Arsenio menarik kerah baju Andrew dengan urat tangan telihat di tangannya. "Gue peringati, jangan sekali-kali mengumbar kehidupan gue kalau lo nggak mau mati," ancam Arsenio.

"Ndre!" Teriakan seseorang membuat tangan Arsenio terlepas dari kerah seragam Andrew. Mereka berdua refleks melirik sang pemanggil.

"Awas lo ya," pungkas Arsenio selepas itu berlalu pergi.

Dimas selaku sang peneriak tadi berlari menghampiri Andrew, "Untung gue ada, kalau gue telat bisa-bisa lo masuk BK part dua."

"Sok pahlawan lo," cibir Andrew dengan senyuman manis.

ANDREW [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang