BAB 12 - WARUNG

242 93 3
                                    

"Susah bukan berarti tidak bisa."

– A N D R E W –

*****

   ANDREW menatap warung nasi goreng yang makin hari makin berkembang, pengunjung semakin banyak terlebih pada malam hari ini. Bahkan terlihat kedua pria sibuk mondar-mandir melayani para pelanggan.

Spanduk di sana bertuliskan "Nasi goreng Abdul" ada tulisan kecil di bawahnya untuk aneka ragam menu seperti nasi goreng merah, nasi goreng kambing, nasi goreng ikan asing dan berbagai macam nasi goreng lainnya.

Tanpa menunggu lagi, Andrew langsung masuk ke dalam warung. Bukan sebagai pelanggan tetapi sebagai salah satu pekerja.

Andrew menghampiri Abdul - pemilik warung nasi goreng ini. "Maaf Bang, Andrew sedikit telat," ujar Andrew ketika berada tepat di hadapan Abdul.

Dengan senyuman Abdul membalas, "Iya. Santai aja, Ndre."

"Sip, Bang." Andrew berjalan melayani beberapa pelanggan. Dia sekali-kali mengantar makanan dan juga menulis pesanan di buku note nya.

Semakin malam, semakin ramai pula warung nasi goreng ini. Keringat Andrew terus bercucuran, tidak ada kesempatan untuk beristirahat.

"Dari tadi bolak-balik mulu. Minum sono," pinta Abdul ketika dia berpapasan dengan Andrew saat mengantarkan makanan kepada pelanggan.

Andrew tersenyum senang mendengar ucapan dari bos nya. "Pengertian banget Bang, tapi nggak usah. Andrew juga nggak terlalu capek kok," balas Andrew.

"Besok sekolah, 'kan? Kalau gitu balik aja, ini udah tengah malam loh," pinta Abdul seraya menatap jam melingkar di pergelangan tangan. Dia takut besok pagi Andrew terlambat ke sekolah jika terlalu malam pulang.

Dengan senyuman mengembang Andrew berkata, "Sans, Bang. Sekolah nya besok bukan saat ini."

Bang Abdul hanya menggeleng-gelengkan kepala dengan pasrah mendengar perkataan dari Andrew. "Yang penting jangan salahin Bang Abdul kalau telat ke sekolah besok," tutur Abdul.

Andrew merespon, "Yoi, Bang."

Andrew kembali melanjutkan perkerjaannya. Jika dia tidak bekerja siapa yang akan memberi dia uang untuk makan ataupun memenuhi kebutuhan pokoknya? Seandainya uang turun dari langit begitu saja, dia tidak akan berusaha payah untuk bekerja.

Ketika pulang sekolah Andrew bekerja sebagai montir sedangkan malam dia bekerja sebagai pelayan warung. Seperti inilah kehidupan Andrew ketika orang tua pergi meninggalkan Andrew selama-lamanya saat Andrew berusia 16 tahun.

Telah berlalu satu tahun pasca orang tua Andrew meninggal, Andrew harus menjalani kehidupan keras ini membuat dia menjadi pemuda kuat.

Sembari melayani para pelanggan tiba-tiba perhatian Andrew tertuju ke arah gadis cantik duduk sendirian di warung ramai. Andrew tau betul siapa gadis itu.

Andrew menghampiri gadis itu yang terlihat sibuk dengan ponsel di tangan. "Hay, Nona? Mau pesan apa?" ujar Andrew ketika berhadapan dengan gadis tersebut.

Gadis tersebut spontan mendongak ketika mendengar suara familiar di telinga. "Andrew?"

"Mau pesan nasi apa, nona Vlora?" tanya Andrew dengan senyuman mengembang. Gadis tersebut adalah Vlora, teman sekelas Andrew.

"Lo kerja di sini?" ungkap Vlora tidak percaya.

Andrew mengangguk mantap, "Iyap. Btw lo mau makan apa?" ulang Andrew bertanya.

ANDREW [ END ]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant