Part 19. Siapa yang Salah?

Mulai dari awal
                                    

Aku harus cari kerja, batinnya.
.
.
.

***

Markas The Refour Band

"Barang-barang kalian udah lengkap semua? Jangan ada yang ketinggalan. Besok siang kita berangkat ke Jakarta." Roland menanyakan kesiapan peralatan kepada anggota band-nya yang kini sedang menatapnya datar.

Hening. Tak ada yang bersuara.

"Kalian bertiga kenapa, sih? Bisu berjamaah?" sungut Roland.

"Udah tau jawabannya, masih ada nanya. Aku udah siap dari hari kemarin. Tuh lihat koper-koper udah berderet ngalahin antri di pom bensin," sahut Gary.

"Ya mana aku tau kalau kalian udah siap. Lagian kan cuma nanya. Siapa tau ada barang yang lain," ujar Roland memutar bola matanya malas.

"Sensi amat kalian berdua. Lagi PMS?" tanya Morgan.

"Iya. Pengen Makan Situ," jawab Gary yang dihadiahi jitakan dahi oleh Morgan. Gary hanya meringis dan menggerutu tidak jelas.

"Semua barang kamu udah siap, Go?" tanya Roland ke arah Diego yang hanya duduk diam. Yang ditanya hanya mengangguk.

"Kamu ada masalah, Bro? Perasaan akhir-akhir ini diem terus. Nikah belum, punya anak apalagi, tapi keliatan beban banget hidupnya," celetuk Gary.

"Diego kan emang diem terus anaknya dari dulu," ujar Morgan.

"Iya, sih, tapi ini tingkat diemnya meningkat gitu," sanggah Gary.

"Go, ada masalah? Cerita aja sama kita," ujar Roland.

Diego menghela napas. "Nggak ada masalah, sih. Cuma ngerasa bersalah aja."

Morgan dan Gary merubah posisi duduknya dan menatap Diego dengan serius. "Sama siapa?"

Diego menatap kedua temannya yang tampak melongo menunggu jawaban. "Ck. Kepo kalian berdua."

"Nih anak pen tak hihih," kesal Gary, "siapa, Go? Jiwa kepoku meronta-ronta."

"Laura?" tebak Roland.

"Bukan," jawab Diego cepat.

"Bokap?" tebak Morgan.

"Nggak lah. Sama dia mah enggak pernah merasa bersalah," jawab Diego enteng.

"Terus, siapa? Nyokap?" tebak Morgan lagi yang dihadiahi jitakan dahi oleh Gary.

"Nyokap dia udah meninggal, bege," ujar Gary setengah berbisik pada Morgan.

"Eh ... i-iya maaf. Kelupaan. Maaf ya, Go." Morgan mengatupkan kedua tangannya sembari cengengesan.

Diego hanya berdeham pelan. "Aku ngerasa bersalah sama seorang gadis. Namanya Alice. Dan, aku malu ketemu dia untuk sekarang. Padahal aku mau minta maaf secara langsung. Tapi ...  ya gitu. Kalian pasti paham, lah."

Morgan dan Gary kembali merubah posisi duduknya.

"Ceritakan kronologisnya, Go. Ger, ambilin biskuit Colcola yang ada gambar Mama Dedenya di kulkas," ujar Gary sembari mendorong Morgan.

"Enak aja si kerbau Amajon nyuruh-nyuruh. Lagian biskuit Kokola bukan Colcola, nggak usah ngerevisi nama produk," tolak Morgan dan kembali duduk.

"Kalian berdua bisa diem nggak, sih? Kalo nggak bisa, ya diem," ujar Roland yang mulai kesal dengan kehebohan Gary dan Morgan.

"Go, lanjut. Cerita aja gimana ceritanya. Jarang-jarang kamu ngerasa bersalah sama cewek," tambah Roland.

Gimme Love [END - Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang