“Tidak ada waktu lagi. Pengawal ayahku sudah mendekat,” desak gadis lain panik.

“Sheena.” Panggil gadis yang sejak tadi mengoceh panjang lebar. Keigher yang memejamkan mata tidak bisa melihat seperti apa ekspresinya saat ini, membuatnya kesal karena ketidaktahuan. “Selama aku hidup di duniaku, aku diajarkan untuk membantu orang yang kesusahan tanpa pamrih. Jadi bagaimana jika aku membantu pria ini, kau kembali saja kepada ayahmu?”

“Lalu bagaimana aku bisa menjelaskan kepada Ayah tentangmu?”

“Ayahmu tidak ingin aku pergi dari dunia ini, bukan berarti tidak bisa menjauh darimu. Sheena, kau akan baik-baik saja selama aku masih di duniamu.”

Keigher tidak mengerti apa yang dibicarakan kedua gadis itu. Dunia apa? Kenapa gadis cerewet itu berkata seolah ada dunia selain tempat ini? Hal yang baru dia dengar ini membuatnya tanpa sadar merasa tertarik. Dia mendengar penjelasan gadis cerewet itu, menyimak rencana mereka sebelum merasa gadis lain berjalan pergi.

“Hah, Sheena orang yang pemalu namun ternyata sangat gigih,” gumam gadis cerewet itu lalu kembali mendekati Keigher. “Sekarang, bagaimana aku bisa membawa tubuh besar pria tampan ini?”

“Hei, tuan prajurit, anda bisa mendengarkanku?” tanya gadis itu sambil menusuk-nusuk pundak Keigher dengan jarinya yang kecil. “Darahnya keluar sangat banyak, pasti menyakitkan.”

Merasakan tangan gadis itu akan mengarah ke lukanya, Keigher melepaskan penyamarannya dan dengan tepat mencengkram pergelangan tangannya sambil membuka mata dengan kasar. Awalnya penglihatannya rabun, dengan cahaya yang tiba-tiba masuk membuatnya menyipitkan mata sejenak. Bayangan gadis cerewet itu terpajang di depan wajahnya, dilatarbelakangi langit biru berisikan awan putih. Beberapa saat kemudian, Keigher bisa melihat dengan jelas rupa gadis cerewet itu, melihatnya tertegun dengan mata melebar dan bergegas menegakkan punggung sambil mundur menjauh.

“Anda tidak mati?” tanya gadis itu ragu.

Sambil menopang tubuhnya agar duduk tegak, Keigher melirik gadis berambut coklat dengan gaun sederhana berwarna hijau pucat itu dengan mata menyipit. Gadis ini benar-benar berani mengatakan dirinya mati.

“Ah, kalau tuan prajurit sudah bangun maka saya akan pe—” ucapan gadis itu terhenti begitu Keigher terbatuk pelan dengan darah mengalir dari sudut bibirnya.

Oh my God! Anda muntah darah!”

Kening Keigher mengerut, merasa kata-kata gadis itu sangat tidak enak didengar. Dia pura-pura mencengkram dada kanannya yang terluka sambil menekan organ internal tubuhnya agar terus mengeluarkan darah. Jika gadis itu ingin membantunya tanpa pamrih, maka Keigher ingin berada di dekatnya dengan pamrih. “Bantu aku pergi dari sini.”

“Kenapa?”

Keigher mendongak, menatap tepat kedua manik mata gadis itu. “Mereka ingin membunuhku.”

“B-bunuh?” Pupil mata gadis itu bergetar, ragu-ragu sejenak sebelum mendekatinya. “Lalu... aku menopangmu pergi?”

Keigher meletakkan satu tangannya ke pundak gadis itu, tiba-tiba menyadari betapa mungil dan kecilnya tubuh gadis itu. Tanpa sepengetahuan gadis itu, sudut bibir Keigher terangkat membentuk senyuman miring. Dia sengaja meringankan beban tubuhnya agar lebih mudah dibawa gadis itu, berjalan mengikuti langkahnya keluar dari gerbang barat menuju kereta kuda yang dijanjikan gadis sebelumnya. Jika Keigher tidak salah menebak, lambang kereta kuda ini adalah milik bangsawan Huntly. Apakah gadis cerewet ini berasal dari keluarga Huntly? Setahu Keigher, Grand Duke Huntly hanya memiliki seorang putri dan itu pasti gadis mengatur kereta kuda ini.

“Bisa kulihat lukamu?” tanya gadis itu ketika kereta kuda sudah bergerak maju. Saat ini mereka duduk berhadapan. Mungkin karena kehadiran sosok Keigher, kereta kuda ini nampak sangat sempit.

“Ya.”

Gadis itu tetap bergeming, menatapnya linglung.

“Ada apa?” Suara berat Keigher mengalun malas, menangkap tatapan kosong di mata gadis itu.

“Anda benar-benar tampan, tuan prajurit.” Gadis itu menggeleng pelan setelah memujinya. Dia membuang muka dengan wajah memerah samar.  “Kenapa anda tidak melepaskan baju anda?”

Alis Keigher terangkat dan dengan nada sembrono menjawab, “Tidak ada tenaga.”

“Ah, pasti karena kekurangan darah.” Anehnya, dengan bodoh gadis itu mempercayai ucapan Keigher. Dia perlahan mendekat, duduk di sofa samping Keigher sambil mengangkat tangan meraih kancing kemejanya. “Lalu aku akan membukanya.”

Meski ekspresi gadis itu tenang, Keigher bisa melihat betapa kaku dan gemetar tangannya yang sedang membuka kancingnya. Tapi Keigher adalah orang yang licik untuk membantunya sehingga dengan smirk, dia terus membiarkan gadis itu melepaskan semua kancingnya, mengekspos otot-otot tubuhnya. Mata gadis itu menyapu dada dan perutnya sebelum melengos malu dan mengambil air serta kain dari atas meja.

“A—” Suara gadis itu sangat serak sehingga dia harus berdeham berulang kali untuk mengembalikan suaranya. “Aku akan membersihkan luka anda. Di sini tidak ada obat, mungkin saat memasuki kota kita bisa mampir untuk membelinya.”

Menatap gadis yang memandang luka dadanya dengan ngeri sembari mencoba menghapus darah di sekitar lukanya dengan lembut, Keigher dapat mencium aroma manis dari tubuhnya. Sudut bibirnya berkedut, lalu membuang muka. Dia dengan rela mengikuti gadis ini hanya untuk satu tujuan, mengetahui dunia apa yang dimaksud dari percakapannya dengan gadis dari keluarga Huntly sebelumnya.

“Anu....” Gadis itu tiba-tiba bersuara, membuat Keigher meliriknya santai. Ketika gadis itu mendongak, tatapan keduanya beradu. “Apakah matamu merah asli? Tidak menggunakan benda apapun seperti softlens?”

“Softlens?”

Merasa kebingungan dalam pertanyaan Keigher, gadis itu seolah mengerti. “Ternyata asli, ya. Benar-benar mata yang indah.” Gadis itu kemudian menghela napas. “Ngomong-ngomong siapa nama anda? Tidak mungkin aku terus memanggilmu tuan prajurit.”

Awalnya Keigher ingin memalsukan namanya, namun berpikir sesuatu, dia menjawab sambil melihat reaksi wajahnya, “Keigher. Keigher Cassius Esgal.”

“Keigher, ya?” Gadis itu menggumam, lalu senyumnya mengembang indah sambil mengangkat tangan kanan Keigher untuk bersalaman. “Lalu perkenalkan, namaku Afsheen Chavali. Panggil saja Afsheen.”

July 22, 2022

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

July 22, 2022.

Siapa yang salah sangka sama Keigher di part kemarin?! Sini minta maaf sama Yang Mulia!

Oh ya, aku rencananya kasih flashback lengkap sebagai ekstra part nanti biar bisa lebih lengkap:)

King of the CrueltyWhere stories live. Discover now