42. Awal perjalanan baru

1.1K 67 6
                                    


Berhari-hari berlalu, kondisi Yura sudah jauh lebih baik. Kedua putra kembarnya silih berganti menemani Yura disaat waktu luang. Membuat wanita paruh baya itu selalu dalam keadaan ceria.

"Nono, mama mau jeruk lagi."

Jeno-Nono dan Nana adalah nama panggilan mereka ketika kecil- yang sedang menata buah-buahan di atas meja menoleh menatap mama yang sedang berbaring di kasur king size miliknya.

"Mama kan udah makan hampir setengahnya." Kata anak itu. Dia menatap sekantung keresek ukuran sedang berisi jeruk yang dimaksud.

Yura merenggut, bibirnya mengerucut lucu. "Gak apa-apa, dong? Emang gak boleh, ya?" Tanyanya dengan gaya persis seperti seorang remaja.

"Bukan gitu, Ma. Tapi semua yang berlebihan itu gak baik." Ucap Jeno, dia kemudian mendekati mama dan juga Hayul yang sibuk dengan buku gambarnya. "Makan yang lain aja, mau?"

"Gak mau ih, mama mau jeruk tahu!"

"Yang lain aja, Ma!"

"Mau jeruk aja, Jen."

Jeno menghela napas dalam. Sebelum beranjak dengan mulut yang mencebik. "Awas aja tuh jeruk, mama tidur gue buang lo semua!" Jeno menggerutu pada setengah keresek jeruk pemberian teman Dojin.

"Yeay, gitu loh dari tadi." Yura tersenyum kemudian merampas sebuah jeruk yang telah dikupas dari tangan Jeno.

"Ini yang terakhir, ya?"

"Iya, kamu bawel banget tau gak?" Jawab Yura dengan mulut yang penuh.

Sedang Hayul terkekeh geli melihat perdebatan kakak keduanya itu dengan sang mama. Hubungan mereka jauh lebih baik sejak mama pulang dari rumah sakit.

Setelah pulang sekolah, Jeno dan Jaemin selalu bergantian menemani mama. Menempeli wanita paruh baya itu kemanapun dia pergi. Bahkan mama sendiri menjadi kesal harus melihat kedua anak itu setiap saat. Bukan apa-apa, hanya saja Jaemin dan Jeno sama-sama cerewet. Mereka selalu melarang Yura mengerjakan apapun ketika di rumah. Padahal dia sudah bosan hanya berdiam diri saja.

"Hayul mau juga?" Tanya Jeno. Pada adik bungsunya yang saat ini menatap padanya tanpa berkedip.

"Enggak." Jawab Hayul tanpa mengalihkan pandangannya, kemudian berkata, "Aku mau peluk Hyung, boleh?" Tanyanya.

Jeno yang sudah kembali membereskan meja yang berantakan menoleh kesamping, tempat mama dan Hayul berada. "Hah?"

Hayul tergelak, "Jeno Hyung jelek banget," Ujar Hayul. Anak itu kemudian mengecup pipi Jeno yang sedang menunduk, lalu berlari tunggang langgang meninggalkan kamar. Takut sang kakak mengamuk dan mencincangnya menjadi potongan kecil.

"Aish, Lee Hayul!!" Remaja itu berteriak kencang hingga suaranya bergema di seluruh rumah. Membuat mama tertawa senang melihat hal itu.

"Sabar, Jen. Inget sodara lo emang gak ada yang bener, kalau gak sengklek ya nyebelin kayak si Hayul barusan." Jeno mengusap dada dengan lembut.

"Jen, kadang kalau kamu hidup diantara orang gila, cara bertahan hidup yang paling aman yaitu ikut gila juga." Kata mama. Dia yakin pernah mendengar perkataan seperti itu tapi entah dari siapa.

Jeno mencebik semakin kesal. Anak itu kemudian meninggalkan mama yang semakin tertawa terbahak-bahak, dengan sekantung sampah ditangannya.

Diruang tengah, Hayul dan Dami sedang mewarnai buku gambar. Sesekali tawa keduanya meramaikan sunyi di siang menjelang sore itu.

"Kenapa rasanya hari ini gue cape banget, ya?" Jeno bermonolog ketika sampai di dapur. Menyatukan kantung sampah itu dengan jenis semacamnya yang lain.

"Jen?"

The Twins ~ Jaemin x JenoWhere stories live. Discover now