5. A little happiness

1.3K 99 0
                                    


Happy Reading 💚

********

Pagi itu, seperti biasa Jaemin duduk bersila didepan pintu masuk pasar. Menunggu seseorang yang mungkin saja membutuhkan jasanya sebagai kuli angkut.

Ditemani Dika yang juga sedang melakukan hal yang sama, Jaemin menatap lalu-lalang orang yang tampak sibuk dihadapannya. Beberapa dari mereka menenteng kantung keresek berisi berbagai sayur mayur, lalu ada pula yang berjalan-jalan dengan binar bahagia di wajah mereka.

Melihat itu, sebuah tanya terbesit dikepala Jaemin yang sudah cukup ramai.

Bagaimana kehidupan orang-orang bisa terlihat begitu menyenangkan?
Seakan semua kesulitan dilimpahkan semua pada dirinya.

Dan itu tentu membuat rasa iri tiba-tiba menguasai dada Jaemin yang mulai bergemuruh. Ia meneriakkan protes dengan sekuat tenaga. Berharap siapapun dapat mendengar dan menolongnya keluar dari lubang duka yang selama ini menenggelamkan dirinya.

"Besok kamu sekolah, Na?"

Suara Dika yang terdengar, menarik kesadaran Jaemin. Remaja itu mengerjap, lalu menatap sang lawan bicara dengan pandangan sendu, "Iya, kemarin aku dimarahi Ayah karena bolos. Padahal aku tinggal tunggu kelulusan aja." Jawabnya dengan bibir mengerucut.

Gelegar tawa Dika menarik sebagian pasang mata yang terlampau ingin tahu, menatap dua insan yang saat ini duduk bersila didekat pintu masuk pasar, "Kalau itu Abang juga setuju sama Ayah kamu."

Jaemin sudah siap melayangkan pembelaan saat Dika kembali bersuara, "Denger, kewajiban utama kamu itu sekolah. Jadi Jelas Bapak marah saat kamu bolos," bisik Dika dengan suara yang melembut. Ia tiba-tiba sungkan saat belasan pasang mata semakin banyak menatap heran padanya.

"Tapi Bang, bentar lagi akhir bulan. Mereka pasti bakalan kerumah cepat atau lambat." Jaemin sengaja menggunakan kata 'mereka' untuk menyebut para penagih utang yang rutin menyambangi rumahnya tiap akhir bulan.

Dan tentu saja Dika tahu akan hal itu, dia tahu seluk beluk keluarga yang dulu sempat menjadi 'rumah' untuknya. Tapi entah apa yang terjadi pada 'rumah'-nya itu, hingga berakhir seperti sekarang. Nyonya besarnya menghilang, dan Tuan Jiseok dikejar-kejar penagih utang.

"Abang ngerti, tapi sekolah kamu tetap yang utama." Dika berusaha memadamkan api yang menyala dimata gelap remaja dihadapannya, "Belajar sungguh-sungguh, dan raih cita-cita kamu. Dulu kamu mau jadi pilot, kan?" Tanya Dika retoris.

Pria berusia 30an itu lalu mengusap puncak kepala Jaemin dengan lembut. Menyampaikan lewat sentuhannya, bahwa dia menyayangi Jaemin yang sudah seperti adiknya sendiri.

"Atau seenggaknya belajar yang tekun, jadi orang sukses dan banggakan Ayah kamu. Karena yang Bapak miliki saat ini cuma kamu, Na."

Jaemin menunduk. Meremas kedua jari-jari tangannya yang saling bertaut diatas pangkuannya sendiri. Dadanya tiba-tiba terasa sesak. Apa yang Dika katakan benar-benar menyentuh relung hatinya.

Benar, hanya Jaemin yang Ayah miliki sekarang. Dan hanya Ayah yang dirinya miliki sekarang. Dia harus berusaha dan membahagiakan Ayahnya itu kelak.

"Abang?" Suara Jaemin memecah sepi diantara keduanya.

Dika yang saat itu sedang berkirim pesan dengan sang istri di handphone jadul miliknya mendongak sesaat, "hm?" Gumamnya pelan, lalu kembali fokus pada apa yang tadi ia kerjakan.

The Twins ~ Jaemin x JenoWhere stories live. Discover now