13. Bukan kutub Utara

847 69 3
                                    

Happy Reading 💚

*******

Jaemin berjalan gontai meninggalkan area sekolah. Matanya memandang lesu gumpalan awan hitam yang sejak siang mengundang kekhawatiran banyak orang.

Helaan napas berulang kali berhembus keras dari bibir tipis pemuda itu. Helaian rambutnya yang sudah lepek karena keringat dibiarkan membayangi pandangan mata. Dia lelah, seharian ini pikirannya bercabang kemana-mana.

Bahkan seluruh pelajaran yang ia pelajari tidak ada satu pun yang tertinggal di kepalanya. Mereka hanya menyapa, lalu membiarkan kepalanya ramai dengan berbagai hal lain.

"Shit!" Jaemin menendang kerikil dibawah sepatunya. Membuat benda mati itu melayang terbang tidak tentu arah.

Pemuda dengan seragam basah oleh keringat itu berjongkok disisi taman kota, mengabaikan tatapan heran orang-orang yang kebetulan berlalu-lalang melewatinya.

Dengan tangan yang sibuk menjambak rambut cokelat miliknya, Jaemin memejam dengan kepala tertunduk. Napasnya berderu saling memburu, melawan detak jantungnya yang ikut berpacu.

"Gue butuh bantuan lo, Na Jaemin," ujar Reynan, di pagi hari beberapa waktu lalu. Dengan tatapan mata yang baru pertama kali Jaemin lihat, Reynan berdiri dengan tangan bersedekap. Memandang manik gelap Jaemin lamat-lamat.

Ia mengernyit heran, "Apa?" Tanya Jaemin.

Reynan tidak langsung menjawab, dia membuang muka dengan napas yang dihembuskan kuat-kuat. Ada keraguan dihatinya yang berperang bersama ketidaksabaran.

"Kalau lo enggak mau bilang, gue balik ke kelas." Jaemin menghela napas pasrah. Ini bukan pertama kalinya Reynan bungkam. Dan bukan pertama kalinya juga Jaemin merasa frustasi menanti jawab.

Saat langkah kakinya berjarak satu meter, suara Reynan membuat Jaemin tercekat, "Gue harus deketin kembaran lo, dia satu-satunya orang yang tau keberadaan orang yang gue cari."

Jaemin tersenyum kecut, seolah disadarkan dimana posisinya yang benar. Hanya sebuah batu loncatan. Sekali lagi dia menyadari bahwa tidak ada satupun orang yang benar-benar berada di pihaknya. Tidak ada siapapun yang menginginkan Jaemin.

Maka tanpa berbalik pemuda itu menyahut, "Kalau gitu cari Jeno, bukan gue." Jaemin kembali berniat meninggalkan taman yang tiba-tiba membuat dadanya sesak.

Tapi suara Reynan mengalun bersamaan dengan hembusan angin, "Gak bisa," lirihnya terdengar frustasi.

Setelah itu Reynan berbalik, memandang punggung Jaemin yang membelakanginya. Menatap tubuh yang jauh lebih kecil darinya dengan tatapan putus asa.

Tahu remaja di hadapannya tidak tertarik, Reynan kembali menambahkan tanpa mengharapkan sebuah timbal balik, "Dia enggak pernah mau buat sekedar natap mata gue." setidaknya untuk saat itu Reynan mengatakan kebenaran.

Dibalik punggungnya Jaemin tersenyum miring, wajah itu menengadah memandang langit pagi yang berawan. Dadanya entah kenapa terasa begitu penuh, sesak bukan main.

Berkali-kali ditinggalkan, berkali-kali merasa terbuang, dan berkali-kali merasa sendirian, "Jadi pada akhirnya yang lo mau itu Jeno, kan?" Jaemin berbalik, menatap kosong manik mata Reynan yang balik menatapnya, "Sejak awal gue enggak pernah percaya siapapun. Karena pada akhirnya mereka ninggalin gue. Dan sekali lagi, tebakan gue bener."

The Twins ~ Jaemin x JenoWhere stories live. Discover now