17. in the Dream

742 55 0
                                    

Happy Reading 💚

********




Hari ini cuaca seakan mengajak setiap insan berkelana menjelajahi kota. Mentari seakan malu-malu menampakkan diri, dibalik awan-awan tipis itu sang surya bersembunyi. Menyimpan panas teriknya untuk sesaat.

Meski tidak terik, awan mendung pun tidak ada. Hanya sejuk yang menyapu semua makhluk kota Jakarta dengan angin-angin sepoi.

Di sore itu, setiap manusia seakan diberikan lampu hijau untuk menikmati akhir pekan. Mereka semakin semangat tanpa takut dengan sengatan panas.

Berakhirlah Jaemin menjadi manusia sibuk dalam sekejap. Cafe Dream tempatnya bekerja ramai bukan main. Mengalahkan hari-hari biasa yang damai.

"Jaemin, antar ini ke meja no 2." Laura-atasannya itu menyerahkan nampan berisi latte dan cup cake rasa strawberry.

Jaemin yang baru saja kembali dengan nampan kosong, mengangguk cepat. Ia simpan nampan kosong itu, sebelum mengambil alih nampan lain dari tangan Laura.

Pemuda dengan kaos pendek yang dilapisi kemeja kotak-kotak sebagai luaran itu berjalan memecah keramaian. Dengan celemek khusus pegawai cafe yang tampak eksentrik, berwarna kuning terang yang menyilaukan mata. Jaemin tersenyum canggung saat beberapa pasang mata memperhatikannya tanpa berkedip.

Pelanggan yang didominasi para wanita itu memandang kearahnya seakan ingin menelannya hidup-hidup. Jaemin merinding setiap kali tidak sengaja bertemu tatap dengan mereka. Ia tidak biasa ditatap seperti itu. Tatapan mendamba yang baru pertama kali Jaemin rasakan setelah bekerja di Cafe Dream. Atau apa itu hanya perasannya saja?

Atau mungkin sebelumnya ia tidak menyadari bahwa pesonanya memang mampu melakukan hal seperti itu? Entahlah.

"Ini pesanannya, Kak. Silakan dinikmati," ucap Jaemin dengan senyuman yang setia bertengger diwajahnya.

Pemuda itu hendak beranjak saat ujung kemejanya ditarik dari bawah, "Ya?" ia menoleh pada seorang anak perempuan yang kini mendongak menatapnya.

"Om, boleh minta tolong?" ujarnya, dengan mata yang mengedip lucu.

Jaemin gemas tentu saja. Begitu-begitu, Jaemin menyukai anak kecil. Maka ia mengangguk dengan cepat, "Boleh, apa yang bisa Kak Nana bantu?" tanyanya, lalu dia berjongkok untuk menyamakan tinggi mereka.

Gadis kecil dihadapannya mengerjap beberapa kali, sebelum menunjuk sesuatu dibelakang Jaemin, "Mau jajan, tapi aku gak nyampe." ujarnya, dengan pipi yang menggembung.

Jaemin menoleh untuk mendapati apa yang anak itu tunjukkan. Meja kasir yang menjulang tinggi bagi anak itu membuat Jaemin tergelak. Lantas ia mengusap puncak kepalanya.

"Oke, kamu mau apa?" tanya Jaemin, setelah membawa gadis kecil itu kedalam dekapannya. "Ngomong-ngomong nama kamu siapa?" ditatapnya gadis kecil itu dengan gemas. Sedang yang ditatap hanya mengerjap menatap menu dihadapan mereka.

"Elsa." jawab gadis kecil itu tanpa berpaling dari papan menu, membuat Jaemin semakin gemas ingin melayangkan sebuah ciuman. Tapi ia tahan sekuat tenaga, karena dia tidak mengantongi izin orang tua anak itu.

Jaemin mengira anak itu belum bisa membaca, umurnya mungkin masih empat atau lima tahunan. "Apa yang kamu suka?" tanya Jaemin. Beruntung, saat itu tidak ada pesanan yang masuk. Jadi ia bisa dengan bebas melayani tuan putri satu ini.

"Aku mau itu, Strawberry milkshake."

"Hah?"

Elsa yang berada di gendongannya menoleh, ia mendelik kesal, "kok, hah?" tanya Elsa, lucu.

The Twins ~ Jaemin x JenoWhere stories live. Discover now