11. Pergi

998 79 1
                                    

Happy Reading 💚

********

Jaemin berjalan dengan langkah terseok. Pipinya yang memerah kini berdenyut nyeri. Rasa perih membakar setiap permukaan kulitnya yang mendapat salam dari sebuah tangan milik seseorang yang baru pertama ia temui.

"Shit." makinya.

Tubuh Jaemin masih terasa lemas, kedua kakinya pun sulit diajak berkompromi. Sesekali Jaemin hampir ambruk jika saja ia tidak mengandalkan dinding disepanjang lorong.

"Nana, kamu ngapain disini?" tanya Dika yang entah muncul dari mana.

"Bang, bawa aku ke Ayah." ujar Jaemin, setelah menghembuskan napas lega. Ditatapnya Dika yang kini berpenampilan lebih rapih. Wajahnya tidak seberantakan seperti terakhir kali Jaemin lihat.

Sudah berapa lama tepatnya ia jatuh pingsan?

"Kamu harusnya istirahat lebih lama." timpal Dika, sejurus kemudian merangkul Jaemin dan membawanya menuju ruang ICU.

Disana sudah ada Dali dan dua orang lain yang duduk diam diruang tunggu. Lalu ada seorang gadis muda yang tengah menangis didalam pelukan seorang wanita paruh baya.

"Kak Jaemin."

Dia Nayla, remaja kelas 2 SMP yang Jiseok tolong pagi ini. Jaemin sudah mendengar semua cerita yang menimpa Ayah hingga bisa berakhir berada dibalik pintu ruang ICU. Dia marah dan kecewa, pada Jiseok yang dengan gegabah mempertaruhkan nyawa untuk orang lain. Tapi melihat bagaimana Nayla yang saat itu sehat dan berlari kearahnya dengan mata sembab, membuat perasaan Jaemin menjadi lapang. Setidaknya anak itu baik-baik saja.

Dada Jaemin yang sejak tadi dipenuhi sesak mendadak menguar, memberi sedikit ruang baginya untuk tersenyum dan membalas pelukan Nayla.

"Hey, jangan nangis. Ayahku pasti sedih lihat kamu kayak gini." ujar Jaemin, kata-katanya lembut, bagaikan angin sejuk yang berhembus dikala panas terik menyengat.

Bahkan ketika seharusnya dia lah yang membutuhkan sebuah penghiburan.

Nayla menggeleng kuat, tangannya semakin erat melingkar di pinggang Jaemin. "Ini semua salah aku, kalau aja aku hati-hati, pasti Om Ji gak akan kayak sekarang."

Iya, andai saja kalian hati-hati, batin Jaemin. Menahan diri untuk tidak meneriakkan kalimat itu tepat dihadapan Nayla.

"Maaf, maafin Nayla, Kak Jaemin."

Mendengar suara lembut Nayla yang mulai serak karena tangis, Jaemin akhirnya mengangguk. Melepas pelukan anak itu lalu menatap tepat pada manik coklat gelapnya. "Ini bukan salah kamu, karena siapapun orangnya, Ayah pasti akan melakukan hal yang sama." ujarnya dengan senyum yang begitu menawan.

Hal itu sukses manarik napas lega dari beberapa pasang mata yang sejak tadi memandangi keduanya.

Nunik, ibu Nayla yang sejak tadi diam akhirnya buka suara. Beliau bangkit dari kursi tunggu, lalu memeluk tubuh Jaemin menggantikan sang putri. "Terima kasih, ibu tidak tahu harus melakukan apa untuk membalas kebaikan kalian. Jadi, jangan sungkan mencari ibu kalau kamu dalam kesulitan." ujarnya.

Pelukan hangat dan tutur kata sederhana itu mampu memeluk hati Jaemin dengan kehangatan. Jadi, alih-alih menumpahkan dukanya dihadapan tubuh tidak berdaya ayah, Jaemin membalas pelukan Nunik dengan erat. Dia menangis dalam diam. Membiarkan air matanya meleleh perlahan membasahi pakaian wanita paruh baya di pelukannya.

The Twins ~ Jaemin x JenoWhere stories live. Discover now