15. Mama dan sesal

869 65 2
                                    


Happy Reading 💚

*********


Jam didinding menunjukan pukul 12 malam. Udara dingin jelas terasa menusuk hingga tulang-belulang. Sedang nyanyian jangkrik semakin nyaring berdendang selaras dengan detak jarum jam.

Jutaan manusia mungkin sudah lama terlelap kedalam lubang mimpi. Berselancar di alam bawah sadar yang menghantarkan mereka pada kejadian aneh selayaknya ilusi.

Namun, berbeda dengan kebanyakan orang. Sepasang suami istri duduk diam diruang keluarga berselimut cemas yang semakin mencekik gundah. Sesekali atensi keduanya teralihkan pada pintu kayu jati yang masih bergeming ditempatnya semula.

Sedang televisi sebesar 60 inch dibiarkan menyala, menemani keduanya diantara sunyi. Meramaikan sepi yang membuat keadaan terasa kian mencekam.

"Mas, aku khawatir. Gimana kalau terjadi sesuatu sama anak-anak?" tanya sang istri dengan suara lirih, menyaingi dialog dari layar.

Disamping, sang pria bergumam pelan. Mengusap lembut lengan istrinya dengan harap dapat menyalurkan sebuah ketenangan. "Mereka akan baik-baik saja." hanya itu yang bisa Dojin-sang pria katakan.

Sebuah kalimat yang bahkan tidak sedikitpun menyentuh gundah yang menggelayuti relung hati sang istri. Yura menghela napas dalam. Melirik sekilas jam di dinding dibalik lengan Dojin yang merengkuhnya sejak beberapa jam terakhir.

Sudah tengah malam dan kedua putra mereka belum kembali. Padahal jam sekolah sudah sejak lama usai. Yura yakin tidak ada siapapun disana bahkan seorang guru pun.

Tapi kemana anak-anaknya pergi?

Yura hendak kembali merengek saat pintu utama perlahan terbuka. Menampilkan sosok putra sulungnya yang tampak lunglai dengan penampilan berantakan. Dasi anak itu sudah tidak terpasang dengan benar, seragam putih pun sudah tanggal, yang lantas tersampir acak di bahu kanannya.

Jaemin melangkah dengan pandangan lurus kedepan. Mengabaikan dua insan yang saat itu duduk berdampingan diruang tamu. Lelah yang menggelayuti tubuhnya membuat pemuda itu ingin bergegas menuju kamar. Mengistirahatkan fisik dan juga jiwa yang sama lelahnya.

"Nana, kamu sudah makan?" tanya itu menggema diruang tamu, tepat ketika kaki-kaki Jaemin melangkah dibelakang sofa.

Namun, pemuda itu melangkah dengan acuh. Sepenuhnya menulikan diri dan mengabaikan kedua orang tua yang kini menatap sendu. Jejak-jejak kakinya meninggalkan kecewa yang kentara di wajah kedua orang tuanya, terutama sang mama.

"Mama tadi masakin makanan kesukaan kamu, mau di angetin dulu apa mau dimakan sekarang?" tanya Yura yang masih menjadi sebuah angin lalu.

Wanita itu lantas berlari kecil menyusul putra pertamanya hingga hilang dibalik pintu kamar. Tapi tidak ada kata menyerah dalam kamus Yura, maka setelah meneguhkan hati dan juga pikiran, Yura beranjak mendekati kamar Jaemin.

Diketuk pelan pintu yang terbuat dari jati itu, "Mama tunggu dimeja makan, ya?" lantas tanyanya mengalun lembut di telinganya sendiri.

"Habis mandi langsung turun, ya, nanti kita makan bareng."

Setelah menelan pahit dengan apa yang dia dapatkan, Yura lantas bergegas kembali kelantai dasar. Menghangatkan menu makan malam yang sudah lama mendingin di suhu ruang.

The Twins ~ Jaemin x JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang