22. Tentang Mama

618 59 0
                                    

Happy Reading 💚

********


"Jeno-ya?"

Yura tergopoh-gopoh menghampiri sang putra yang baru saja menginjakan kaki diruang tamu.
Kekhawatiran jelas membayangi raut wajah wanita paruh baya itu. Bola matanya berlarian menatap daun pintu dan Jeno bergantian.

Pukul 01:15 WIB, dan satu dari dua putranya baru saja kembali. Yura tentu saja merasa cemas. Jika Jeno memang sudah biasa pulang larut malam, tapi Jaemin? Anak itu paling lama hingga tengah malam.

"Kamu gak bareng Jaemin?" tanya Yura.

Jeno yang bingung lantas menatap Dojin yang berdiri dibelakang sang Mama. Meminta penjelasan pada ayah sambungnya itu.

"Jaemin belum pulang, Mama kamu bilang perasaannya gak enak sejak tadi. Makanya khawatir banget." tawab Dojin, membuat remaja dihadapannya mengangguk paham.

Yura memang memiliki sedikit gangguan pada mentalnya. Wanita itu selalu mencemaskan sesuatu secara berlebihan. Pikirannya seakan dipenuhi hal negatif yang membuat apapun terlihat buruk dari sudut pandangnya. Itu juga yang membuat Yura secara tidak sadar terkadang mengekang anak-anaknya.

Dan terkadang jika sudah parah, Yura akan melakukan hal-hal diluar nalar. Seperti berteriak dan berprilaku agresif. Membanting apapun yang ada disekitarnya. Atau lebih parah, melukai dirinya sendiri.

Jeno yang sudah paham akan hal itu lantas melunak. Dia memang tidak terlalu dekat dengan mama. Tapi bukan berarti Jeno tidak peduli. Meski tak urung, keadaan kadang membuatnya membenci mama tanpa alasan.

"Mama duduk dulu, Jaemin sebentar lagi pulang." ujar Jeno, kemudian menggiring sang mama menuju sofa diruang tamu. Dengan lembut pemuda itu membawa Yura duduk disampingnya. "Tunggu, ya. Biar Jeno telepon dulu Jaemin nya."

Setelah mendapat anggukan dari mama, Jeno lantas mengeluarkan ponsel genggam dari saku celana. Mencari nomor milik sang kakak untuk beberapa saat, kemudian memanggil nomor itu dengan perasaan gamang. Mana mau Jaemin mengangkat panggilan darinya, kan?

Dering pertama, kedua dan seterusnya, Jeno menanti dengan harap cemas. Jaemin tidak tahu kondisi Yura yang seperti sekarang, karena memang mama sendiri yang meminta untuk dirahasiakan.

Jeno menarik kembali benda pipih ditangannya dari telinga. Menatap nanar raut wajah kecewa dari pancaran mata Yura. "Mungkin dia lagi dijalan." ucap Jeno, sebelum tangis Yura pecah. "Nanti biar Jeno telpon lagi." lanjutnya.

Yura yang saat itu dalam keadaan linglung menelan bulat kalimat penenang Jeno. Padahal jika diingat lagi, hubungan kedua anaknya tidak lah baik. Keduanya bangai air dan minyak yang tidak akan pernah bisa bersatu.

Sedang, cemas mulai menguasai hati dan pikiran Yura. Dan itu terlihat dari gelagatnya yang semakin tidak wajar. Dojin yang menyadari hal itu segera mendekat, membawa sang istri kedalam dekapannya.

"Sayang, tenang. Mungkin Jaemin lagi dijalan. Atau mungkin lagi ngerjain tugas sama temennya. Iya 'kan, Jen?"

Jeno yang sedang menghubungi Jaemin untuk kesekian kalinya mengangguk. Pemuda itu kemudian menatap wajah sang mama dengan lembut. Berbeda sekali dengan bagaimana biasanya remaja laki-laki itu lakukan.

"Iya, Ma. Papa benar. Mungkin Jaemin lagi ngerjain tugas."

Yura menggeleng kuat. Kecemasannya bertambah berkali lipat seiring detik jam didinding bergulir. Hatinya semakin tidak tenang dan di kepalanya hanya berisikan nama Jaemin dan Jaemin.

"Enggak. Perasaan mama gak enak. Mama harus cari Jaemin." Yura beringsut menjauhkan diri dari sang suami.

Wanita itu lantas menatap dua orang pria dihadapannya bergantian. "Ka-kalian juga harus cari Jaemin. Banyak kejahatan dimalam hari. Jaemin bisa kenapa-napa." lanjutnya, dengan air mata yang berderai.

The Twins ~ Jaemin x JenoWhere stories live. Discover now