20. Malam Minggu

688 58 0
                                    

Happy Reading 💚

*********


Sebuah mobil melaju dengan kecepatan sedang ditengah jalanan yang ramai. Hiruk pikuk kendaraan lain menemani sang pengemudi dalam keheningan.

Suasana kota Jakarta yang masih saja ramai dikala jam dinding menunjukan pukul 00.00 membuat si pengendara berdecak. Berulang kali ia melongokkan kepala, mencari-cari dengan mata elangnya ke seluruh penjuru kota.

Satu persatu pejalan kaki menjadi sasaran iris cokelatnya. Memindai setiap insan yang berlalu lalang menyapa penglihatan sang pemuda.

Lelah yang menggerogoti tubuh dan jiwanya ia abaikan. Sudah bertahun-tahun waktu berlalu dan pencariannya tidak pernah membuahkan hasil. Rasa sabarnya tentu tidak sebesar dahulu. Maka malam ini, pemuda itu bertekad untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.

"Ck, harus kemana lagi gue cari lo, Mas?" gumam Reynan, pemuda yang saat ini setia memandang jalanan dibalik jendela mobil.

Reynan meremas kemudi dengan sisa tenaga dimalam yang semakin larut itu. Matanya sudah pedih karena dipaksa menatap setiap hal diluar sana dengan rinci. Rasa-rasanya ia harus pergi ke dokter mata. Kedua jendela hatinya itu terasa kering bukan main.

"Lo dimana sih?" kembali suara itu melirih didalam ruang mobil yang sepi.

Reynan lantas membawa mobil yang ia kendarai menepi. Menggunakan kesempatan itu untuk menempelkan punggungnya yang terasa pegal pada sandaran kursi.

Di taman tua dipinggiran kota yang berada tidak jauh dari sekolahnya, Reynan termenung. Pikirannya berkelana menjelajahi waktu. Menjabarkan perasaan campur aduk yang sejak lama bergumul didalam dada.

"Mas, mau kemana?" teriak Reynan kecil saat berpapasan dengan sang Kakak diambang pintu utama.

Dengan tas punggung yang terlihat penuh, pemuda yang beberapa tahun lebih tua dari Reynan itu lantas terdiam. "Rey, jadi anak yang baik, ya? Jangan nakal, jangan kecewain Mami Papi." pesan pemuda itu sebelum melenggang pergi setelah mendapat anggukan sang adik.

Saat itu, Reynan belum mengerti bahwa pertemuannya dengan sang kakak menjadi yang terakhir, sebelum pemuda itu menghilang tanpa jejak.

Reynan menghela napas dalam. Kenangan itu berulang kali membuatnya sesak bukan main. Bagi Reynan, Mas-nya lebih berharga dari apapun. Bahkan lebih dari orang tua Reynan sendiri.

Sejak kecil, Reynan tumbuh besar bersama sang Kakak. Hal pertama yang ia pelajari tentang kehidupan adalah dari kakaknya itu. Bahkan melakukan hal-hal kecil seperti memasak mie instan pun, Reynan pelajari dari Masnya.

Jangan salah paham, Reynan bukan seorang yatim piatu. Kedua orang tua nya masih utuh. Secara fisik, iya. Tapi tentang kasih sayang dan perhatian keduanya, nilai mereka hanyalah nol besar.

Bagi Mami dan Papi, pekerjaan adalah yang utama. Tidak ada hal yang lebih penting dibandingkan urusan bisnis mereka. Bahkan ketika Reynan baru genap 1 bulan menghirup udara di dunia pun, Mami dan papi memilih berangkat keluar negeri untuk urusan bisnis.

Jika mengingat hal yang Reynan dengar dari gosip ibu-ibu komplek ketika tidak sengaja ia curi dengar itu, Reynan sungguh kesal. Dadanya selalu berhasil dibuat sesak dan penuh.

"Mas, lo dimana?" Reynan kembali meluruh bersama rindu yang kian mencekik.

Mas-nya. Manusia paling berharga di hidupnya, menghilang dalam semalam setelah mengucap beberapa patah kata yang bahkan tidak Reynan mengerti sampai sekarang. Kenapa saat itu kakaknya berkata demikian?

The Twins ~ Jaemin x JenoHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin