7. Ayah!!

1.1K 95 0
                                    

Happy Reading 💚

*********

Jaemin menata karung beras terakhir didalam sebuah gudang beras salah satu toko di pasar. Remaja itu sesekali mengelap keringat yang bercucuran membasahi wajah. Berulang kali menarik napas dalam untuk mengusir sesak di dadanya akibat lelah.

Siang itu, entah kenapa hatinya begitu riang. Dengan uang 150ribu yang telah dikantonginya apalagi ditambah uang dari beberapa pelanggan yang tadi memakai jasanya, langsung saja dia membayangkan memakan makanan enak bersama sang Ayah. Menyingkirkan sehari saja mie rebus buatan Ayah yang terkadang terasa hambar.

Dengan senyum yang mengembang, Jaemin keluar dari area toko tersebut. Bersenandung pelan dengan saku celana yang hari ini terasa begitu berat. Dia sesekali menyapa kenalannya di pasar, mengucap beberapa kata sapaan sebelum melenggang pergi menuju pintu utama pasar.

Namun, baru beberapa meter kakinya meninggalkan pintu masuk toko. Dika menghampiri dengan napas tersengal. Wajah pria itu berantakan, ditambah jejak air mata dikedua pipinya yang mulai mengering. Mendadak perasaan Jaemin menjadi tidak enak.

"Jae-Jaemin," panggil Dika terbata. Kosa katanya seakan lenyap, saat menatap dua iris mata Jaemin yang sempat berbinar tiba-tiba meredup.

Dika tidak tega, sungguh. Lidahnya kelu, dan dia tidak bisa berkata-kata lagi saat air mata justru kembali membanjiri kedua pipinya. Jaemin sudah banyak menderita. Dan sekarang seolah semuanya belum cukup, sebuah cobaan kembali harus remaja itu tanggung.

Jika bisa, Dika ingin semua ini hanyalah sebuah mimpi. Ia ingin segera terbangun dan memastikan bahwa semua itu tidak nyata. Namun, terik matahari yang menyengat, lalu cubitan yang ia rasakan di lengannya sejak tadi, menjadi saksi bahwa semua adalah nyata. Ia tidak sedang bermimpi, dan itu memanglah bukan sebuah mimpi.

Lantas air mata kembali berlomba dikedua pipi Dika. Ia terisak dengan hebat, membuat perasaan Jaemin semakin tidak karuan. Karena itulah, kini dia mengguncang tubuh Dika sekuat tenaga. Menyadarkan pria berusia 33 tahun itu agar segera memberi penjelasan.

"Bang, ada apa?" tanya Jaemin, dengan suara yang bergetar.

Mengguncang tubuh pria itu ternyata tidak mengubah apapun. Dika masih terlihat linglung dengan tatapan mata yang kosong.

"Bang Dika!" teriak Jaemin, menyentak kuat tubuh Dika, hingga pria itu terperanjat kaget.

Keributan yang mereka buat menarik perhatian beberapa pejalan kaki dan rekan kerja keduanya. Namun, bukannya terusik, kedua insan berbeda generasi itu mengabaikan sekitar seolah sudah sebuah kesepakatan bersama.

"Ayo kita kerumah sakit," ucap Dika pada akhirnya. Setelah tangis mampu kembali menata hati dan pikirannya. Pria itu kini berusaha tegar agar remaja dihadapannya memiliki seseorang untuk diandalkan.

Jaemin membatu, rumah sakit? Remaja itu menatap penuh ragu pada manik mata Dika, "Si-siapa yang sakit?" tanyanya, dengan hati yang berulang kali meneriakkan kebingungan.

Jaemin melafalkan doa ribuan kali, agar apa yang ada dipikirannya tidak lah benar. Mengusir segala kemungkinan yang sangat Jaemin benci.

"Abang jelaskan dijalan," ucap Dika lirih, tangannya kemudian menggenggam tangan Jaemin, dan menarik remaja itu menjauhi kerumunan.

Bagai tersambar petir disiang bolong, pikiran-pikiran buruk Jaemin menjadi kenyataan. Dika menjelaskan semuanya dengan perlahan. Tapi dampaknya tetap besar, seperti kejut jantung yang menggetarkan seluruh dunia Jaemin.

The Twins ~ Jaemin x JenoWo Geschichten leben. Entdecke jetzt