10. Lepaskan saya!

1.1K 77 1
                                    

Happy Reading 💚

******


Benar saja perkiraan Yura, kehadirannya tidak bersambut baik. Hanya dengan melihat kehadiran Yura didepan ruang ICU saja membuat Jaemin berteriak marah. Anak itu mengamuk hebat hingga akhirnya terjatuh dan tidak sadarkan diri.

Setelah keributan yang Jaemin perbuat, kini wajah itu terlihat damai didalam tidurnya. Dengan dengkuran halus yang mendayu ditelinga Yura. Tubuh remaja itu tergolek tidak berdaya dengan selang infus yang terpasang.

Hati Yura menjerit pilu melihat betapa menyedihkannya penampilan sang putra. Selain keadaannya yang kacau, baju yang dikenakan Jaemin adalah baju lama yang merupakan baju kesayangan Jiseok. Baju yang kini memiliki beberapa bolong kecil di berbagai sisi.

Lalu, celana jeans yang digulung diatas mata kaki yang Jaemin kenakan, juga adalah milik Jiseok. Celana yang dulu sekali menjadi favorit pria itu. Yura ingat, Jiseok pernah berkata bahwa celana tersebut sangat nyaman digunakan, yang terkadang menjadi pemicu pertengkaran mereka. Karena Jiseok selalu menolak celananya dicuci. Sedang Yura sudah bosan melihat pria itu mengenakannya.

"Jaemin-ah, maaf. Maafkan Mama, Sayang." bisik Yura, pada ruang hampa. Dihadapannya Jaemin masih diam dengan mata yang terpejam rapat. "우리 애기, 미않해. 엄마가 미않해." ujar wanita akhir 40an itu, berulang kali mengucap kata maaf.  Tapi, sebanyak apapun penebusan dosanya, Yura tidak mendapat jawab. Putra sulungnya masih damai dalam lelap.

"Yura-ya, jangan begini, oke? Kamu tidak salah, sayang. Jangan menangis." Dojin mengusap kepala sang istri. Dipeluknya wanita yang sangat ia cintai itu dengan erat.

"Ini semua memang salahku, andai saja aku tidak meninggalkan mereka disaat masa sulit. Aku tidak akan semenyesal ini."

Dojin tahu, amat sangat tahu kemana arah pembicaraan sang istri. Tapi entah bagaimana mendengar kata menyesal terucap tetap saja membuat hatinya terusik. Dadanya masih menyimpan kecemburuan setiap kali nama Jiseok terucap. Baik secara langsung ataupun tidak.

Mungkin, hati Yura sekarang memang miliknya. Tapi masa lalu wanita itu selamanya tidak akan pernah berada didalam jangkauan Dojin. Ada benang tipis yang memisahkan kisah mereka bertiga, yang tidak akan pernah bisa Dojin tembus.

"Aku tahu, tapi berhentilah menangis. Kemarahan Jaemin tidak akan hilang hanya dengan penyesalan. Jadi alih-alih menangisi semua itu, berusahalah menjadi kuat untuknya, berikan support terbaikmu untuk Jaemin. Kamu paham maksudku, bukan?" ucap Dojin, setelah menepis ego yang sempat membuatnya hilang arah beberapa saat. Dojin sadar, bukan saatnya ia memikirkan hal yang tidak perlu, seperti sebuah kecemburuan.

Saat ini yang paling penting adalah kesehatan Yura. Jangan sampai wanita cantik itu bersedih terus-menerus. Karena efeknya akan sangat tidak baik bagi siapapun nantinya.

Yura terdiam sesaat, lalu mengangguk setelah beberapa detik berlalu. Wajahnya yang sembab, dengan ujung hidung yang memerah tidak menyurutkan kecantikan wanita itu. Dengan senyum yang dipaksakan, Yura mengangguk kemudian.

"Terima kasih dan maaf," cicitnya.

Dojin menggeleng pelan, diusapnya puncak kepala Yura yang saat ini masih didalam rengkuhan tangannya. "Kamu selalu punya aku, ingat itu." ucap pria itu yang langsung di angguki Yura.

Wanita itu hendak menjawab, saat kedua kelopak mata Jaemin bergerak perlahan, hingga kedua iris gelapnya mengintip diantara celah bulu matanya yang panjang.

The Twins ~ Jaemin x JenoKde žijí příběhy. Začni objevovat