27. Awal

633 58 0
                                    

Happy Reading 💚

*******

Bagi seseorang yang sejak lama hidup berdua bersama ayah, Jaemin tidak pernah sekalipun mengerti bagaimana perasaan Reynan. Bagaimana pemuda itu begitu tergila-gila pada saudaranya sendiri. Bahkan Reynan sampai nekat merantau ke kota asing hanya untuk menemukan kakaknya yang kabur dari rumah.

Apalagi dengan cerita-cerita manis tiada henti yang Reynan katakan pada Jaemin. Betapa berharga kakak laki-laki Reynan bagi sahabatnya itu.

Terkadang saat mendengar cerita kedekatan Reynan dan saudaranya, Jaemin merasa sesuatu dihatinya berdenyut nyeri. Seolah-olah apa yang Jaemin inginkan berada didalam semua cerita Reynan.

Jaemin ingin tahu bagaimana rasanya bermain bersama dengan saudaranya, belajar bersama, memasak bersama dan atau bagaimana rasanya jika mereka melakukan kenakalan bersama. Seperti membolos bersama, misalnya.

Andai jika keadaan tidak membuat semuanya seperti sekarang, apa Jaemin bisa melakukan semua itu dengan Jeno? Apa sekarang Jaemin akan menyayangi Jeno seperti Reynan yang sangat menyayangi saudaranya?

Namun, dibawah langit pukul 13:54 sore itu, Jaemin kembali menelan pahitnya kenyataan. Sampai kapanpun semua harap itu tidak akan pernah menjadi sebuah cerita manis yang Jaemin inginkan.

Sekarang Jaemin jadi penasaran sehebat apa sosok seseorang yang selalu Reynan ceritakan.

"Ayo, Rey!" ketiga kalinya Jaemin meminta Reynan untuk mengetuk pintu kayu bercat biru dihadapan mereka.

Sore ini markas tampak sepi. Gorden masih tertutup rapat seolah tidak ingin siapapun mencuri pandang. Tidak ada tanda-tanda kehidupan kecuali suara samar yang terkadang terdengar dari dalam. Entah apa, tapi Jaemin rasa ada seseorang didalam sana.

"Gue takut."

Jaemin menghela napas panjang. Rasanya ia bisa darah tinggi menghadapi Reynan yang keras kepala. Bukan apa-apa, sahabatnya itu selalu menyebalkan disaat seperti ini.

"Takut apa sih?"

Reynan mengalihkan pandangannya pada Jaemin, "Gue takut kalau Mas gak mau nemuin gue."

"Heh!" Jaemin memukul pelan bahu sang sahabat, "Bukannya lo bilang Mas lo sayang banget sama lo, ya? Masa gak mau ketemu lo deh?"

"Lo gak paham." Jaemin berdecak mendengar remaja tinggi itu bergumam pelan.

Reynan yang selalu tampak ceria, hidup sembrono seakan tidak ada yang ia takuti, melakukan apapun yang dia sukai, sekarang seolah berubah menjadi singa penakut yang telah kehilangan cakarnya.

"Jadi lo mau nya gimana?" tanya Jaemin. Kini ia bersedekap menatap prihatin.

"Balik aja deh."

"Anjing!"

Reynan mendelik, "NaJaem! Siapa yang ngajarin?" tanyanya. Anak itu sudah kembali ke mode awal yang selalu Jaemin temui.

Tidak ada lagi keraguan serta keresahan yang sejak tadi menggelayuti paras tampan Reynan. Semu merah di pipi Reynan kini perlahan naik. Jaemin bahkan sempat khawatir melihat betapa pucat nya wajah Reynan tadi. Jika sudah begini Jaemin hanya bisa pasrah saja. Dia tidak bisa memaksa Reynan ataupun menghakimi sahabatnya itu.

"Berisik!"

Jaemin menghentak keras, ia hendak berbalik ketika sebuah motor mendekat dan menepi dihalaman markas.

Pria tinggi dengan celana jeans dongker yang robek di bagian lutut, berpadu padan dengan kemeja kotak-kotak berwarna senada. Auranya sangat gelap. Mengintimidasi Jaemin yang kini tergagap ditempat. Sedang Reynan, anak itu hanya menatap datar.

The Twins ~ Jaemin x JenoWhere stories live. Discover now