19. Kak Nana..

906 59 0
                                    

Happy Reading 💚

********

Siang itu kegiatan belajar mengajar usai lebih cepat. Guru-guru mengadakan rapat tepat setelah jam pelajaran ketiga berakhir. Tentu para murid bersorak sorai mendengar kabar itu.

Mereka bahkan tanpa sungkan merayakannya dengan berlarian layaknya anak-anak TK. Berhamburan meninggalkan area sekolah seakan tempat itu adalah sebuah penjara dan mereka adalah napi yang mencoba melarikan diri.

Jaemin menjadi salah satu murid yang ikut merayakan suka cita itu juga, dia segera beranjak meninggalkan kelas. Bahkan Reynan sudah lama menghilang entah kemana.

Setelah membereskan barang-barangnya, Jaemin meninggalkan area sekolah dengan tergesa. Bukan karena ia senang, Jaemin hanya ingin segera pulang dan mengistirahatkan tubuhnya barang sejenak, sebelum jadwal rutinitas kerjanya tiba.

Pemuda berusia 17 tahun itu berjalan dengan wajah mengernyit. Terik mentari yang tepat berada diatasnya membuat pandangan mata Jaemin silau. Ia jadi tidak bisa leluasa menatap langit yang hari itu terlihat begitu indah. Hamparan biru tanpa setitik awan membuatnya terlihat seperti lautan.

Langkah kaki Jaemin menepi, ia menimbang apakah harus mampir atau tidak saat tubuhnya berdiri tepat dihadapan Cafe Dream. Tempatnya bekerja.

Siang itu cafe tampak lengang. Hanya ada beberapa pelanggan yang mengisi satu dua meja didalam. Laura juga tampak sedang bersantai memainkan ponsel genggamnya disalah satu meja kosong disudut cafe.

Melihat itu, Jaemin tersenyum tipis. Ia lantas memutuskan untuk masuk kedalam. Memesan segelas minuman dingin, kemudian merecoki wanita berhijab yang saat ini terlihat tenang itu. Niatnya memang tidak baik, tapi hanya dengan memikirkan wajah kesal Laura saja sudah membuat Jaemin senang.

"Mbak, lemon tea-nya satu, ya?" ujar Jaemin ketika tubuh tingginya berdiri tegap disamping Laura.

Sedang si wanita hanya mendongak, menatap malas remaja berseragam putih abu-abu itu. "Ngapain lo disini?" tanya Laura.

Wanita itu menatap tajam Jaemin dari ujung kepala hingga kaki. Lalu beralih pada jam didinding yang berada tepat dihadapannya. Baru pukul 12.35 WIB, dan seharusnya jam sekolah masih berlangsung. "Bolos ya, lo?"

"Astaga, Kak. Lo suka nethink gitu sama gue." jawab Jaemin. Ia lalu duduk di kursi kosong diseberang meja. Menghadap sempurna pada atasan wanitanya itu.

"Ya, terus apa kalau bukan bolos?"

Jaemin mendengus pelan. Pemuda itu tidak langsung menjawab. Ia melepas tas punggung miliknya keatas meja. Lantas merebahkan kepalanya disana.

"Guru-guru disekolah pada rapat, Kak."

Anggukan menjadi balas atas jawab Na Jaemin. Padahal pemuda itu mungkin saja tidak melihatnya. Namun, Laura tidak terlalu peduli. Wanita itu justru kembali mengalihkan atensi pada benda pipih ditangannya.

Suara samar pembicaraan dua orang yang duduk dimeja tepat ditengah ruangan itu menjadi pengisi keheningan dua insan berbeda gender tersebut. Keduanya larut dalam dunia masing-masing. Sedang dunia Jaemin ternyata terasa membosankan untuk di ingat-ingat.

Ia merasa hampa. Ada kekosongan besar didalam hatinya setelah kepergian Ayah. Hari-harinya yang sudah sekelam malam bertambah kelabu dengan awan hitam yang siap menumpahkan hujan kapan saja.

The Twins ~ Jaemin x JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang