🏃K's-39🏃

20.6K 3K 278
                                    

#OtwRsj!
#UltramenVsDora
#RynPerkasa!
#Otwhiatussebulan
#TolakHiatus!
#Klairinjomblo
#Klairinpergi.

Biasakan vote diawal atau diakhir chapter ya guys yaaaa.

210 vote dan 70 komen gas🏃

><

Seven membawa Klairin pulang kembali ke rumah lama mereka, bersama Klario juga pastinya.

Sepanjang perjalanan Klairin hanya diam memandangi pemandangan diluar mobil, dia memikirkan beberapa hal.

Klairin kira gak bakal sesakit ini rasanya, ternyata ini menyakitkan.

Apa karena sikap mereka pada Klairin selama ini, membuat hati Klairin sakit saat tau semua perlakuan itu semata-mata karena dia mirip Jeneria.

Klario yang duduk disebelah Klairin tampak khawatir, dia menggenggam tangan Klairin erat.

"Kakak..mau pindah sekolah aja?" Klario gak mau kalau kakaknya harus sekolah disana dan malah bertemu dengan para brengsek itu lagi.

Klairin tak menjawab, pikirannya bercabang saat ini.

Seven paham keterkejutan Klairin, dia akan mengurus kepindahan mereka nantinya.

Seven berencana untuk pindah kota, pindah sekolah juga, lagipula dia akan melebarkan cabang perusahaannya di kota lain.

Jadi mereka bisa memulai hidup baru disana.

Klairin jadi sadar kisahnya mirip sebuah lagu, kalau gak salah judulnya itu Glimpse of us, yah sangat mirip.

Mereka menganggap kalau Klairin ini Jeneria, membuat mereka kembali menemukan sosok Jeneria dalam diri Klairin.

Bahu Klairin bergetar, menahan sesak dihatinya yang sangat pilu.

"Hiks.." Klario menegang, kakaknya itu jarang menangis kalau bukan karena masalah besar, tapi kali ini dia menangis sampai bahunya bergetar.

Pelan, Klario menarik Klairin dan memeluknya erat, membiarkan Klairin menangis dibahunya.

Mau seperti apapun perasaannya pada mereka, tapi diperlakukan seperti ini sangat menyakitkan.

"Mereka jahat..hiks..jahat banget Rio.." isak Klairin pilu, dia mencengkram seragam yang Klario pakai.

Menumpahkan kesedihannya dibahu sempit adik kandungnya itu, Seven yang sedang mengemudi hanya mampu mencengkram kemudi nya.

Sangat marah pada teman-temannya itu walau Galaxy, Qaidan dan Margo gak salah sama sekali.

Margo dan Qaidan murni gak bersalah, mereka tidak tau perihal Algav, Bima, Banyu dan Zama yang memperlakukan Klairin seperti Jeneria.

Keduanya murni menganggap Klairin sebagai dirinya sendiri, beda dengan Galaxy yang sudah tau kalau mereka menganggap Klairin Jeneria, tapi Galaxy hanya diam.

Tapi Galaxy menganggap Klairin itu ya Klairin, bukan Jeneria.

Apa yang harus mereka ber 3 lakukan agar Klairin mau memaafkan mereka.

Mobil yang kendarai sudah sampai di perkarangan rumah, Seven memarkirkan mobilnya dengan rapi.

"Adek, mau abang gendong?" Seven berujar dengan lembut, dia tau Klairin pasti sangat lemas sampai, pikirannnya pasti campur aduk.

Klairin menggeleng, dia melepas pelukan Klario lalu menyeka air mata dipipi buletnya.

Bibirnya bergetar pelan, matanya sudah sembab, merah dan berair, hidungnya memerah juga.

"Bang..hiks.."

"Kenapa sayangnya abang?" tanya Seven lembut, dia pindah duduk ke belakang lalu mengelus rambut adiknya.

Klairin ini seperti anak kecil yang ingin mengadu pada ayahnya, dia memeluk Seven erat dan menangis lagi di dadanya.

"Sakit banget bang..hiks..ini sakit banget..huhuuu sakit bang..Klai gak suka rasa sakitnya.." adunya memilukan, Seven juga ikut merasakan sakit mendengar suara Klairin.

Dia mengeratkan pelukan Klairin dan menenangkannya.

"Abang tau..jadi..udah yah jangan nangis..abang sama si tutup botol tetap ada disini."

"Dih! Tetep aja aku dipanggil tutup botol." Klario protes karena dipanggil tutup botol.

"Ya karena lo pendek, belum sunat kan lo?"

"Eh? Udah belum ya.."

"Nunut lo besar gak?"

"Enggak ihhh, ukurannya sedang ya bang! Aku udah disunat pas kelas 1 SMP!"

"Tapi lo pendek."

"IHH BANG TUJUH NYEBELIN BANGET KEK NENEK TAPASYA!"

Seven memeletkan lidahnya mengejek, sementara Klairin sedikit terhibur mendengar pertengkaran mereka.

Dia melepas pelukan Seven lalu mencium pipi abangnya.

"Makasih ya abang.." bisiknya lirih.

Seven mengangguk, dia mengelus rambut Klairin lalu mencium dahinya.

"Udah ya sayangnya abang, kita keluar terus beresin barang-barang."

"Heem."

Setelah acara tangis menangis, mereka keluar dari mobil.

"Klai-KLAIRIN!? KAMU NANGIS!"

DEG!

Klairin secara spontan menoleh kebelakang, melihat dengan jelas Alvendra yang baru saja turun dari mobil Alphardnya.

Dengan cepat Alven berlari kearah Klairin lalu menangkup wajah gadisnya.

"Mereka apakan kamu sayang? Bilang sama aku biar aku hajar mereka!" Alven terlihat sangat marah, kemarahan Alven malah membuat Klairin menangis lagi.

Dia menangis kemudian memeluk Alven erat.

"Mereka jahat..hiks..mereka jahat Alven mereka jahat..mereka gak anggap gue sebagai Klairin..mereka nganggap gue sebagai Jeneria..hiks..sakit banget Ven.."

Alven mengepalkan kedua tangannya kuat, tapi karena Klairin ada dipelukannya saat ini, Alven mengendurkan kepalan tangannya lalu membalas pelukan gadis itu.

"Gak ada yang bisa sayang sama kamu kaya aku Klai..jadi lebih baik kamu pindah aja dari sini terus ke sekolah aku, gimana?"

Klairin tak menjawab, yang dia butuhkan saat ini adalah pelukan seseorang.

Klairin sangat membutuhkannya.

🏃Bersambung🏃

Klairin Boyfriends [End]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin