44|Numb

1.5K 158 14
                                    

🥀Happy Reading🥀

"Gak apa-apa," ujar Nichols sambil menggenggam erat tangan Beby. "Hadapin, kalau kamu mau cepet sembuh."

Beby diam menatap rumah mewah di depannya, saat ini dia sedang mampir sebentar ke rumah orangtuanya untuk mengambil beberapa barang miliknya yang tertinggal. Kalau bukan karena barang-barangnya sangat diperlukan, dia tidak akan kemari. Mana Caparina lagi sibuk ngegalauin pacarnya yang tidak nyata lagi, jadi terpaksa dia yang ambil.

"Ayo, masuk," ajak Nichols, dia ingin menarik tangan Beby, tapi Beby langsung menahannya.

"Aku gak yakin, kita pulang aja," tuturnya ragu. Kembali ke rumah ini, sama saja seperti uji nyali masuk wahana rumah hantu. Beby tidak yakin bisa berhadapan dengan Rutger.

Nichols menghela napas pelan, dia menangkup wajah Beby agar menatap matanya yang indah. "Jangan gak yakin melulu, kamu aja bisa ngadepin Keegan, masa kamu gak bisa ngadepin papa kamu. Kamu pasti bisa, cuman ambil barang, terus pulang. Jangan terlalu takut sama masa lalu, nanti kamu akan sulit lupainnya. Ingat, kamu akan terus terikat dengan papa kamu."

"Aku gak berani ngadepin dia, karena luka yang diberikan dia lebih besar, dari pada Keegan, dia cinta pertama aku," ujar Beby.

Nichols menarik Beby ke dalam pelukannya. "Aku paham. Luka dari cinta pertama memang sulit untuk dilupain. Gak perlu dipaksa. Tujuan kamu ke sini, bukan untuk lupain luka itu. Tapi buat ambil barang." Nichols mengusap-usap rambut Beby pelan. "Gak perlu nyapa, atau bicara saat kamu belum siap. Lakuin tujuan kamu aja ke sini. Aku akan di belakang kamu."

Beby akhirnya mengangguk, dan melepaskan diri dari pelukan Nichols. Dia mengambil napas yang panjang dan menghembuskannya secara perlahan. Beby kemudian melangkah masuk, diikuti Nichols.

Beby berhenti melangkah ketika berada di ruang keluarga, matanya tertuju pada Naomi dan Rutger yang sedang tersenyum ria sambil memasak. Mereka terlihat sangat bahagia. Melihat kebahagiaan itu membuat hati Beby sedikit tersentuh.

Apa Beby egois, menghalangi kebahagian orangtuanya hanya kerena rasa sakit yang dia dapatkan dari papanya? Beby tidak tahu jawabannya, yang pasti rasa sakit yang diberikan Rutger tidak bisa dimaafkan. Itu akan terus membekas di hatinya selamanya. Beby tidak bisa memaafkan Rutger, seperti yang dilakukan mamanya. Mamanya memang begitu bodoh. Perselingkuhan adalah hal yang menyakitkan, tapi dengan mudah memaafkan laki-laki sialan itu.

Sekali pengkhianat, tetaplah pengkhianat. Beby tidak ingin mamanya terluka lagi. Beby tidak bisa membiarkan mereka bersama.

"Mauri!" ujar Rutger kaget setelah menyadari kehadiran anaknya.

"Mauri m-maafin papa," ujarnya merasa bersalah. Beby tadi pasti melihat kebersamannya dengan Naomi. Melihat tatapan anaknya, Beby terlihat sangat kesal padanya.

"Pengkhianat!" desis Beby, kembali melangkah tanpa mengucapkan sepatah katapun, seharusnya dia tadi tidak berhenti menyaksikan kebahagiaan itu. Mereka berbahagia, sedangkan dia terus terbayang rasa sakit. Mamanya memang bodoh.

Beby segera mengambil barang-barang yang dia butuhkan, dan turun ke bawah dengan satu kardus berisi barangnya. Naomi dan Rutger sudah menunggunya di tangga. Nichols yang melihat Beby turun, langsung mengambil alih kardus dari tangan Beby.

Beby tidak melirik sama sekali ke arah orangtuanya, dia langsung menarik Nichols keluar dari sana.

"Sayang, Mama sama Papa buat strawberry cakes and milkshakes strawberry. Duduk bentar, kita makan bareng-bareng!" teriak Naomi.

Beby tidak menjawab, dia terus melangkah bersama Nichols.

Naomi langsung berlari keluar. "BEBY!" panggil Naomi sambil menahan tangan Beby yang berada di depan pintu rumah. Beby berusaha melepaskan cengkraman Naomi, tapi gagal. Naomi tidak akan melepaskannya, dia harus bicara dengan anaknya.

NumbWhere stories live. Discover now