11|Numb

3.7K 379 68
                                    

🥀Happy Reading🥀

Beby melangkahkan kakinya memasuki area sekolah, seperti biasa dia selalu menjadi pusat perhatian, itu sangat membuatnya tidak nyaman. Berusaha tidak peduli, dan mengabaikan mereka, Beby terus melanjutkan langkahnya. Dia berhenti di depan lokernya, mengambil beberapa barang.

“Hei,” sapa seseorang ketika dia menutup pintu lokernya, Beby langsung kaget seketika. Nichols sudah berada di sampingnya, entah sejak kapan.

Beby menatap Nichols dengan pandangan bertanya.

Nichols berdeham. “Gue mau minta maaf soal kejadian tadi malam, gara-gara gue lo hampir aja kena tumpahan air. Dan juga untuk semua kelakuaan Guin ke lo,” ujar Nichols.

Beby mengangguk pelan, biar cepat selesai, walau dia masih kesal dengan kelakuan mereka. Lalu beranjak dari sana, malas berurusan lama-lama dengan Nichols.

Nichols mendadak menahan tangannya. “Sebagai permintaan maaf gue, gue traktir lo makan nanti di kantin?” tawar Nichols.

Beby menggeleng, kemudian menepis tangan Nichols, dia sangat tidak suka dengan hal itu.

Nichols tersenyum. “Geleng berarti iya,” ucap Nichols.

Beby melongo. “Enggak!” tekannya, lalu beranjak pergi dari sana.

“Beby!” panggil Nichols, namun tak mendapat jawaban. Nichols mendesah kasar, banyak-banyak ngucap dia kalau deketin Beby.

“Penolakan pertama yang bagus, baby,” ujar Guin yang tiba-tiba muncul bersama Delmar, Ray, dan Ellgar. Sedari tadi mereka memperhatikannya. Guin meletakkan lengannya di atas bahu Nichols. “Sepertinya kamu tidak akan berhasil menyelesaikan permainan,” remeh Guin.

Nichols menggeleng. “Ini baru permulaan,” ujarnya sambil tersenyum licik.

“Kagak yakin gue,” ujar Delmar sangat ragu.

“Gue pasti bisa bikin dia jatuh cinta dan hancur!” ujar Nichols percaya diri.

***

Beby menggeleng heran melihat Caparina yang menangis sesenggukan. Sepupunya itu, sepertinya sudah gila. Wanita itu menangisi karakter yang sama sekali tidak nyata. Biasanya Caparina akan seperti itu, jika tokoh yang dia baca teraniyaya atau mati. Mana pernah Caparina sedih karena cowok di dunia nyata. Mustahil.

Beby menoel Caparina, memberinya kode melalui mata untuk ke kantin.

Caparina yang mengerti maksud Beby, menggeleng dengan wajah sedih, matanya sembab karena menangis. Caparina menelungkupkan badannya, dan kembali membaca. “Author-nya kejam banget. Gue santet lama-lama!” ujar Caparina kesal.

Beby berdecak pelan melihat Caparina, percuma membujuk Caparina. Mood-nya sedang tidak bagus saat ini. Beby segera melangkahkan kakinya ke kantin sendiri.

Beby duduk dikursi yang tersedia di kantin. Dia hanya duduk sendiri di meja itu, kedua sahabatnya tidak ada. Estel makan bersama Ellgar, lihat saja dua sejoli itu sedang bermesraan di kantin tanpa memperdulikan sekitar, dunia serasa milik berdua. Beby menghela napas pelan, hubungan mereka sangat bahagia, tidak seperti dirinya.

“Beby, lo mau makan apa?” tanya Nichols yang tiba-tiba datang, Nichols langsung duduk di depan Beby. Kelakuaan Nichols itu tak luput dari perhatian orang-orang di kantin.

Beby mengernyit bingung.

“Gue mau traktir lo, sesuai kata gue tadi pagi,” ucap Nichols. “Lo mau makan apa?”

NumbWhere stories live. Discover now