XXXII. Ally

Mulai dari awal
                                    

Alis Afsheen terangkat. Dia melirik apa saja yang telah dia ambil sebelum mendesah dalam hati. Benar saja yang dikatakan Estella. Tapi Afsheen tidak mengerti mengapa Estella harus memperhatikan detailnya seperti ini.

“Kalau begitu, Nona Estella ingin merasakannya juga?” tanya Afsheen ragu-ragu sambil menggeser posisinya untuk menunjukkan lebih banyak hidangan. Namun Estella hanya menjawabnya dengan senyuman.

“Aku mendengar Nona akan menikah dengan Yang Mulia Kaisar.” Kata-kata itu informatif, bukan interogatif.

Afsheen menatap Estella lekat, tidak ingin melewatkan sedikitpun ekspresi begitu dia menjawab, “Ya.” Namun sayangnya, mimik gadis itu masih tenang, membuat perasaan Afsheen menjadi aneh.

Sudut bibir Estella terangkat lembut. “Lalu aku berharap pernikahan Yang Mulia terberkati.” Ucapannya tulus. Mungkin paling tulus diantara gadis-gadis di pesta yang mengucapkan berkah namun hati merasa dengki.

***

PLAK!

“Terberkati, huh, Estella?” Pria tampan namun sayangnya ekspresinya terdistorsi itu mencengkram erat dagu Estella, memaksa menoleh menatapnya. Mata ganas pria itu memelototinya tajam. “Kau hadir di pesta itu bukan sakadar mengucapkan kalimat baik untuknya, sialan!”

“Ka-kak... sakit....” rintih Estella dengan mata berlinang, membuat pria itu melepaskannya dengan kasar.

“Kau lupa tugasmu, Estella?” bisik Erilam rendah ke telinganya. Satu tangannya diletakkan di bahu mungil gadis itu, meremasnya kuat hingga menimbulkan ringisan sang adik. “Kau dibesarkan hingga saat ini hanya untuk satu tujuan. Menjadi ratu! Tanpa aku jelaskan, kau sudah mempelajarinya lebih dalam selama bertahun-tahun. Ratu, wanita yang ditakdirkan berdiri di sisi Kaisar!”

Estella ingin meringsut, namun karena jeratan Erilam, dia hanya bisa membiarkan bahunya dicengkram kuat hingga mati rasa.

“Tapi apa yang kau lakukan? Tersenyum indah di depan sainganmu sembari mengucapkan berkah?” Emosi Erilam mendidih. Dia mendorong Estella kuat hingga gadis itu jatuh terduduk di lantai. “Kau gila, kan, Estella? Kau merugikan semua orang!”

Melihat gadis di lantai menunduk dan terdiam, emosi Erilam semakin tersulut dan menghancurkan barang yang ada didekatnya. “Arggh, dasar tidak berguna!”

Setelah umpatan tersebut, derap langkah terdengar menjauh dan suara bantingan pintu memenuhi ruangan tersebut. Beberapa saat kemudian derit pintu terdengar samar.

“Nona muda!” Pelayan pribadi Estella berlari mendekatinya dan bergegas membantunya bangun dari lantai. “Bagaimana bisa Tuan Muda menggertak anda seperti ini...”

“Tidak apa-apa. Biarkan aku sendiri.”

“T-tapi...” Pelayan tersebut menelan kembali kalimatnya ketika tatapan Estella melayang ke arahnya. “Setelah Nona Muda tenang, saya akan merapikan kamar anda.”

Dengan langkah lambat Estella menuju meja riasnya. Dia duduk tenang, menatap cermin untuk melihat betapa berantakannya penampilannya. Dengan sabar dia menggeser helaian rambut yang menutupi wajahnya, kemudian menatap lekat bekas merah di pipinya dengan luka sobek di sudut bibirnya.

Tawa miris lolos dari bibir merahnya. Dia menurunkan gaunnya, mengekspos bahu dan punggung putihnya. Namun ada warna biru keunguan di pundak kirinya, bekas cengkraman sang kakak tadi. Mengambil salep, dia menerapkannya pada setiap bekas tanpa terlewatkan sedikit pun.

Sejak dulu, mereka selalu memperlakukannya seperti alat. Kelahirannya di dunia hanya untuk mencapai keserakahan akan kekuasaan mereka. Dari kecil, dia diajarkan pelajaran dan tata krama untuk menjadi seorang ratu. Kebebasan, makanan, minuman, tidur, hingga berjalan pun penuh aturan. Dia selalu diatur, tanpa memiliki hak sedikit pun.

Bahkan... kehidupan terakhirnya setelah Kaisar meninggal ditangannya, meski masih memikili status ratu, mereka terus menggunakannya sebagai boneka. Ratu tanpa kekuasaan, berfungsi sebagai pajangan melihat keserakahan dan keegoisan mereka untuk mendominasi seluruh daratan.

Estella mencengkram kedua tangannya yang gemetar. Dia sudah melakukan semua untuk menghidari kejadian masa lalu. Namun keluarga dan faksi keluarganya tidak menyerah menggunakannya untuk menakhlukkan hati Kaisar seperti sebelumnya.

Di tengah kegelisahannya, dia tiba-tiba terbangun. Sepertinya satu-satunya cara untuk menekan masalah ini hanya satu. Dan pria yang pernah dia bunuh di masa lalu adalah satu-satunya cara keluar.

Ketika sekutu menjadi musuh, tentu saja bukan hal yang buruk untuk menjadikan musuh sebagai sekutu.

Ketika sekutu menjadi musuh, tentu saja bukan hal yang buruk untuk menjadikan musuh sebagai sekutu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

June 15, 2022.

King of the CrueltyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang