38

2.5K 260 0
                                    

Aya membanting pintu kamar begitu masuk. Sebelum melepas pakaiannya, ia sempat melihat pantulan dirinya di cermin. Sebuah dress putih wear sampai mata kaki, dengan lengan ½ model balon. Serta belt pita yang bisa diikat ke depan atau ke belakang, tapi Aya memilih untuk mengikatnya ke belakang amat serasi dengan tubuh mungilnya.

Aya tersenyum melihat penampilannya. Ia baru sadar gaun pilihan Anta cocok dengan dirinya, terkesan manis dan imut. Padahal saat ia menerima paket dari Anta dua hari lalu, ia sempat menggerutu. Menyumpah serapahi Anta karena telah memberinya baju seumuran anak sekolahan. Ternyata dirinya saja yang kekecilan alias bocil.

Sebelum malam benar-benar larut, Aya segera membersihkan dirinya lantar beristirahat. Sungguh acara makan malam tadi membuatnya lelah, terlebih lagi ia harus bersandiwara sebagai kekasih Anta dan lebih-lebihnya lagi ia mendapat ocehan mentah dari Anta sebelum mengantarnya pulang.

Saat Aya ingin memejamkan matanya, seketika percakapan dirinya dengan Anta di balkon terlintas.

"Hmmm, kok bisa ya dosen tua kek Pak Setan masih main sandiwara-sandiwaraan? Padahal diliat dari sisi mana pun udah cocok punya anak cucu sih?"

***

"Baru pulang, Sen?" tanya Mami melihat Anta berjalan melewati ruang keluarga.

"Iya, Mi. Habis antar Aya," jawabnya. Niatnya langsung ke kamar menjadi urung karena melangkah ke arah sang Mami.

Mami tersenyum mendengar jawaban Anta.

"Papi udah balik?" Anta bertanya balik.

"Belum. Papimu ada di kamar, mungkin besok baru balik bareng Mami."

Dahi Anta berkerut, tumben banget.

Mami tersenyum melihat raut wajah Anta berubah. "Ia ingin menikmati sarapan denganmu, Sen. Sudah lama kan tidak menikmati pagi bersama?"

Anta diam. Dipikir-pikir, ucapan Mami memang ada benarnya. Saat menginjak usia dewasa, mereka sangat jarang bersama.

"Sena, Mami mau ngomong sesuatu boleh?"

"Ngomong aja, Mi."

"Kamu serius kan dengan Aya? Gak main-main kan? Terlebih lagi sebagai alasan agar papimu tak menjodohkanmu dengan putri rekan kerjanya kan?"

Anta menengang dibuatnya, hal itu membuat sang Mami mengerti tanpa menunggu jawaban Anta.

"Sena, alasan Papi ingin menjodohkanmu agar kamu tidak sendirian, Sayang. Lihatlah, umurmu tidak lama lagi menginjak angka tiga puluhan, sudah saatnya kamu memiliki keluarga, Nak. Kamu tak boleh lari-larian dengan papimu."

"Tapi, Mi, Sena gak ingin gantiin posisi Papi. Sena senang dengan pekerjaan Sena yang sekarang."

Mami mengusap punggung Anta, "Kamu bisa melakukan kedua-duanya, Sen. Di perusahaan, kamu hanya perlu memantaunya. Papimu makin hari semakin menua, Nak. Tak ada yang bisa menggantikannya selain dirimu. Itu yang tertulis dalam wasiat almarhum kakekmu."

Anta bergeming.

"Jika pun engkau menghindari perjodohan karena belum menginginkan posisi itu, setidaknya kamu pikirkan Aya. Tunanganmu itu apakah bisa menunggumu sampai kau siap menikah? Ingat, wanita seperti Aya banyak yang menginginkannya, Sen. Sewaktu-waktu bisa meninggalkanmu, jika kau masih begini."

Anta mengusap wajahnya kasar. "Nanti Sena pikirin lagi, Mi."

Mami tersenyum, "Jika pun bukan karena kamu, setidaknya pikirkan orang lain, Nak. Utamanya papimu dan Aya."

"Iya, Mi. Pasti." Anta mengusap lembut kedua tangan sang mami yang digenggamnya.

"Baiklah, kau pergi istirahat. Besok kita akan sarapan bersama," putus Mami.

"Relhan?"

"Ah, iya. Adikmu akan ikut juga. Sepertinya ia masih rapat, tapi pasti ia akan pulang."

"Mami kayak manajernya aja, tahu semua pergerakan Relhan," kekeh Anta membuat sang Mami tertular.

"Mami kan manajer dia kalau di rumah. Kau lupa ya, gara-gara adikmu, mami tidak pulang ke Indonesia demi mengurusinya di sana."

"Ya, itu karena Mami gak percaya dengan Relhan."

"Bukan tidak percaya, tapi Relhan masih kekanak-kanakan, masih butuh arahan. Berbeda denganmu, yang cepat berpikir dewasa seperti papimu."

Anta hanya tersenyum mendengar ucapan sang Mami. Ia dan papinya memang sangat mirip. Wajah, sifat, dan kebiasaan. Bagaikan buah pinang dibelah dua.

***


Catatan:
Boleh minta vote sama spam komen gak? Biar ramai, hehehe.

Btw makasih sebelumnya ya. ❤️❤️

Dosen Pak Setan! || SELESAIWhere stories live. Discover now