12

3.9K 264 2
                                    

Aya menghirup udara dalam-dalam sebelum melangkahkan kaki masuk ke kelas C Bahasa. Demi Upin Ipin yang dari dulu tidak tamat-tamat TK, Aya sama sekali tidak mempersiapkan apapun dalam mengajar nanti. Jangankan mempersiapkan, mengetahui bahwa si Dosen Jahanam itu ada kelas hari ini pun baru saja beberapa menit yang lalu.

Berbekal senyum manis ala Prilly Latuconsina, Aya memasuki kelas tersebut yang disambut dengan tatapan heran. Melihat tatapan aneh tersebut, langsung saja Aya menjelaskannya.

"Selamat Siang, Kakak Senior! Sebelumnya, saya meminta maaf atas kebingungan Kakak Senior. Mungkin Kakak Senior bertanya-tanya kenapa saya ada di sini. Perkenalkan nama saya Ayara, mahasiswi semester dua kelas F jurusan Bahasa. Kedatangan saya kemari sebab, saya diamanahkan oleh Pak Anta untuk menggantikan beliau mengajar selama satu semester. Semoga Kakak-kakak berkenan menerima saja dan memperlakukan saya sebagaimana yang Kakak-kakak lakukan terhadap Pak Anta," ucap Aya kali lebar.

Para penghuni kelas C tampak mengangguk-angguk paham, hal itu membuat Aya bernapas lega karena berarti ia diterima di kelas ini untuk mengajar—menggantikan Pak Anta.

"Baik, Kakak-kakak. Kalau gitu kita langsung mulai ya kegiatan belajar mengajarnya. Tapi Aya boleh minta tolong gak? Bisa list nama-nama yang hadir hari ini, soalnya absen Pak Anta lupa Aya bawa," pinta Aya malu.

"Boleh, Dek. Nanti Kakak yang ngasih," ucap salah satu seniornya yang kebetulan duduk paling depan membuat Aya tersenyum senang dan mengucapkan terima kasih.

"Jam ini Kakak-kakak belajar apa?" tanya Aya lagi.

"Drama, Dek!" ucap senior itu lagi.

Seketika teman-temannya berseru mengejeknya.

"UUhhh.., caper-caper!"

"Moduss aaaeeee!!"

"Hati-hati, Dek, sama buaya."

Aya hanya menggaruk-garukkan kepalanya mendengar seruan seniornya. Mau menghentikan, ia gak tahu caranya. Mau teriak pun rasanya tidak enak, karena yang dihadapi adalah seniornya sendiri.

"Husshhh, udah diam semua. Kita lagi diajar loh, biar dia junior tapi dia gantiin Pak Anta buat ngajar kita, jadi itu sama aja kalian tidak menghargai Pak Anta." Lagi, seorang seniornya bersuara membekukan penghuni kelas membuat Aya takjub dengan perawakan lelaki itu.

"Dik, jam ini Pak Anta ngajarin kita mata kuliah drama," ucap lelaki itu sambil mengarahkan pandangannya ke Aya.

"Eh, iya, Kak. Siap!" ucap Aya terperanjat dari pesona seniornya.

Lelaki itu mengangguk dan tersenyum.

Sempat beberapa waktu Aya berpikir perihal materi apa yang ia ajarkan, mengingat ia tak mempersiapkan apapun. Ia hanya bermodalkan nekat dan balas dendam kepada si Dosen Jahanam itu.

Dan tiba-tiba, muncul ide gilanya.

Aya pun langsung tersenyum jahil.

Ooo

Anta berjalan tergesa-gesa saat keluar dari lift. Tangan kirinya sibuk memegang gawai yang ditempelkan ke telinganya, sedang tangan kanannya menekan pin apartemen yang tak lama kemudian terbuka.

Ia langsung masuk.

"Iya, Pak. Semuanya sudah beres."

"Biak, Pak!"

"Selamat malam!"

Tiga kata yang diucapkan sebelum sambungan telepon itu terputus. Ia merebahkan tubuhnya di sofa ruang tamu, kedua kakinya ia luruskan di atas meja.

Matanya terpejam, dengan ritme napas yang teratur.

Dan—

Akhirnya tertidur.

Ooo

Belum lima belas menit ia memejamkan mata, suara dering gawainya memecah ruangan. Dengan raut wajah suntuk dan sebal, ia mengangkat telepon tersebut.

"Halo!"

"Halo, Pak Tan!" sapa diseberang sana.

"Tan?" tanyanya heran. Pasalnya nama dia Antasena, dan orang-orang memanggilnya dengan Anta atau Sena. Lah ini, Tan? Dari mana coba asal katanya.

"Pak Setan, maksud Aya."

"AYAA!!!" ucapnya setengah berteriak saat menyadari bahwa yang menelpon ialah Ayara—mahasiswi ajaibnya. Langsung saja matanya yang belum sepenuhnya terbuka, menjadi terbuka lebar.

Di seberang sana terdengar suara cekikikan milik Aya.

"Ada apa menelpon saya malam-malam? Kamu tahu kan tata krama menghubungi dosen?"

"Tahu dong, Pak. Bapak gak perlu jelasin lagi. Aya nelepon Bapak cuma mau lapor kalau proses pembelajaran siang tadi berjalan dengan lancar."

Anta mengangguk mendengarkan, "Bagus."

"Ada bukti dokumentasinya?"

"Iya, Pak. Aya udah kirimin Bapak via WhatApp."

"Oke, nanti saya periksa."

"Baik, Pak. Semoga bapak tidak kaget ya."

"Ehhh??"

"Sudah dulu, Pak. Selamat istirahat!" putus sepihak Aya.

Merasa ada yang tidak beres, langsung saja Anta memeriksa WhatApp-nya.

Tak sulit bagi Anta mencari pesan dari Aya, sebab berada di posisi atas. Ia lalu membukanya dan alangkah terkejutnya ia melihat pesan dari Aya. Mau tak mau, rasa-rasanya jantung Anta seakan copot melihatnya.

"Apa-apaain ini!"

Ooo

Hayoo, si Aya ngirimin apa nih buat Pak Setan sampai-sampai beliau naik darah gitu? 😅😅

Jang lupa tebak di sini ya?

Tebak sebanyak-banyak dan segokil-gokilnya. 😂😂


Klik pojok kiri juga ya, biar nulisnya makin lancar. 😂😂

Dosen Pak Setan! || SELESAIWhere stories live. Discover now