35

2.7K 175 0
                                    

Anta menutup wajahnya. Kali ini rencananya gagal seratus persen. Lihatlah sekarang, Aya bak orang kesurupan seraya mencubit kedua pipinya demi meyakinkan bahwa dirinya tidak lah bermimpi.

"Lo Kim Lee Park kan? Salah satu Idol yang jadi PU drakor Dibalik Topeng kan? Kan kan kan?"

"Hehehehe. I-iya. Lo siapa ya?"

"Seriusss?? Aarghhh, akhirnya Aya bisa ketemu langsung apa Ayang Oppa AYAAA!!" histeris Aya membuat lawan bicara Aya menutup kuping serta Anta yang beberapa meter dari mereka.

"Aya boleh foto bareng gak? Boleh ya, boleh ya," desak Aya mengarahkan kameranya.

"Bo-boleh sih. Hehehe."

"Ya udah ayok, kita selfi bareng ya."

Aya pun berhitung dari satu sampai tiga, namun tepat dihitungan ketiga tangan Aya ditarik oleh Anta.

"Ehh, apa nih? Eh eh, Bapak kenapa sih? Gak liat orang lagi sibuk apa?"

"Aya, kamu lupa tujuan awal kamu ke sini?"

"Ya enggak sih, Pak. Kenapa sih? Sirik amat jadi orang."

"Aya!"

"Udahlah, Bang. Mungkin dianya seneng bisa ketemu gua, gak apa-apalah dia foto sekali sama gua. Iya?" Relhan menengahi mereka berdua sebelum terjadi yang tidak-tidak.

"Oke deh. Sekali aja ya."

"Oke, Bang."

Sementara itu, Aya masih dibuat terperangah dengan kelakuan mereka berdua.

"Kalian?"

***

"Seorang Pak Setan, memiliki adik turunan Korea bak Pangeran? Hahahaha. Pasti Bapak ngaku-ngaku kan, ngaku deh?"

Anta membuang napas kasar mendengar tudingan-tudingan Aya yang sangat tidak mendasar.

"Kamu masih gak percaya, dia datang ke rumah dan manggil saya Abang. Kurang bukti apa coba?"

"Yaa, siapa tahu aja dianya masih main peran. Ayang Oppa Aya kan artis."

Anta berdecih mendengar kehaluan Aya yang gak ada obat. "Ayang Oppa, ayang Oppa, gantengan juga saya."

"Dihhh, PD banget Anda bilang ganteng. Bapak udah tua tahu, udah kayak om-om. Gak kayak Kim Oppa, unyu-unyu bikin hati terenyuh."

"Tapi saya seksi dan hot."

Seketika Aya membuat ekspresi seakan ingin muntah. "Berhentilah berhalu ria, Bapak Dosen Setan! Ini dunia nyata, buka dunia maya." Aya menasihati.

"Bukannya yang harusnya sadar dan tobat itu kamu? Kamu kan fanatic banget sama adek saya."

Aya melipat kedua tangannya tak terima dengan argument Anta, pandangannya lurus ke depan menyaksikan kendaraan yang salip-menyalip. Anta pun begitu, ia tak lagi membuka percakapan. Ia fokus menyetir, sesekali membunyikan klakson jika ada pejalan kaki menyebrang tiba-tiba.

Sejak pertemuan perdana Aya dengan adiknya—Kim Lee pArk, berdebatan antara mereka tak pernah berhenti hingga perjalanan menuju rumah Aya untuk mengantarnya pulang.

"Jadi bagaimana dengan permintaan saya?" Anta kembali membuka pembicaraan begitu mereka sampai di depan rumah Aya.

"Yang mana?"

"Tentang makan malam bersama."

Tampak Aya berpikir. Sebenarnya bukan berpikir apakah ia bisa atau tidak, tapi berpikir apakah nanti ia akan bertemu dengan Ayang Oppanya atau tidak. Tentu saja ia akan menerima ajakan tersebut dengan suka rela, bukankah itu adalah ajakan untuk makan malam gratis? Ya, walaupun bersama dengan orang-orang yang asing menurutnya.

"Gimana?"

"Hmmmm, gimana ya?"

"Harusnya bisa dong. Kita kan tunangan."

"Tunangan boongan!" ralat Aya.

"Iya, iya. Tunangan boongan maksud saya."

"Hmmm, kalau bapak isa buktiin kalau Ayang Kim Oppa adik kandung bapak dan ikut makan malam bersama. Why not?"

"Oke! Jadi deal ya, kamu ikut."

"Hmmm."

Aya pun keluar dari mobil Anta, seraya berkata, "Terima kasih atas tumpangan gratisnya Bapak Dosen!" Aya menunduk ala-ala orang Korea.

"Tidak! Harusnya saya yang berterima kasih karena telah membantu saya mengerjakan pekerjaan kampus dan tentunya hadir makan malam nanti."

"Santai, Pak, santai! Ini demi Ayang Oppa kok."

"Kalau begitu, saya pamit. Sampai jumpa minggu depan. Oh ya, kamu pake baju yang nanti saya kirim." Usai berkata seperti itu, mobil Anta pun melaju.

***

Dosen Pak Setan! || SELESAIWo Geschichten leben. Entdecke jetzt