9

4.3K 274 0
                                    

"Kayaknya gua mau pindah kampus aja deh," lirih Aya berjalan lunglai membawa buku ajar Pak Anta, sedangkan map diletakkan di atas kepalanya.

"Kok gitu sih, Ay?"

"Gua udah gak tahan sama Pak Setan, bisa-bisa gua beneran jadi setan gara-gara selalu berhubungan sama dia, Dy," keluhnya.

Aya memutuskan duduk samping kelas dan menyandarkan punggungnya di dinding dengan duduk melantai. Kedua sahabatnya mengikutinya.

"Sabar, Ay. Gua yakin lo pasti bisa!" semangat Clara yang ditanggapi gelengan mantap oleh Ayara.

"Masalahnya gua yang gak yakin, Cla. Gua bener-bener gak kuat tahu."

"Uhhh, Ayara Maudy kok jadi lembek gini sih? Mana Ayara yang selalu ceria itu? hmm? Katanya lo mau ngasih kita kejutan pas mata kuliah Pak Anta? Mana nih?" hibur Maudy memeluk Aya yang memeluk kedua lututnya. Clara juga ikut.

"Kemarin kan gak jadi, gara-gara lupa nama dia," jawab Aya membalas pelukan sahabatnya.

"Terus kalo lo jadi pindah, kejutannya ga jadi dong?" pancing Clara.

Aya bergeming. Memikirkan perkataan Clara.

Ada benarnya juga. Kalau dia pindah maka rencana balas dendam dia ke dosen jahanam itu gak bakal terjadi. Tapi kalau dia tetap bertahan di kampus ini, itu artinya selama satu semester ia akan ngerasain studi banding di neraka.

"Kalo lo pindah, Dion gimana Ay? Ntar dia ngerasa ke-GR-an gara-gara lo gak kuat berdebat sama dia."

Dan, ya. Satu lagi. DION. Manusia tebar pesona itu belum juga dilumpuhkan. Jadi jika dia benar-benar pindah, maka Pak Setan dan Dion akan selamanya hidup bahagia.

Tidak! Itu tidak boleh terjadi.

Aya menggeleng keras.

"ENGGAK MAU POKOKNYA. SI DION HARUS JADI SIOMAY SEBELUM GUA PINDAH!" tegas Aya.

"Nah, kalau gitu masih mau pindah kampus lagi? Hmm?"

"Enggak, Aya gak jadi pindahnya."

Maudy dan Clara tersenyum senang melihat Aya kembali seperti semula lagi.

"Kalau gitu, yuk jalan. Kita cari makan, habis itu pulang kerja tugas?" bangkit Clara sambil membersihkan celananya.

"Tugas?" Aya bertanya heran.

Maudy mengangguk. "Iya, tugas essai dari Pak Anta yang 25 halaman itu. Lo lupa, Ay?"

Yassalam. Aya menepuk kepalanya.

"Gua lupa, tadi pagi Pak Setan kasih tahu gua kalau tugas itu bakal dikumpul pagi besok ke ruangannya," Aya menggigit sendiri bibirnya.

"APA?" sontak Clara dan Maudy berteriak ke arahnya membuat kepalanya ingin pecah saja.

"Gila tuh dosen. Dia kira, tangan kita robot."

"Gak bener nih kalau gini caranya. Kita demo yuk!" seru Maudy.

"Percuma kalian demo, yang ada cuma dapat tangan kosong doang. Mana ada sih yang berani demoin Pak Setan itu," ucap Aya kemudian.

Seketika Clara dan Maudy menghela napas panjang, teringat ia satu fakta bahwa Pak Anta adalah dosen idola di kampus mereka.

"Jadi kita harus gimana?"

"Kerjain tuh tugasnya. Niscaya engkau akan selamat dari nilai E." Kemudian disusul ketawa jahat dari Aya. Merasa puas telah menjahili temannya.

Maudy dan Clara langsung saja menatap tajam ke arahnya, dengan cepat ia berlari sebelum mendapat gelitikan dari mereka. Tak lupa buku referensi dan mapnya telah dia pegang.

Aya berhenti di parkiran usai kejar-kejaran itu. Napasnya naik turun tak beraturan. Ia berjongkok di samping mobil Clara sembari menunggu sahabatnya yang tak kunjung tiba juga. Sementara buku dan map ia simpan di pangkuannya.

Tiba-tiba saja, seseorang berlalu di depannya dan memberikannya sesuatu membuat Aya yang celingak-celinguk mencari sahabatnya mengalihkan pandangannya. Dalam beberapa detik ia terbengong dengan kejadian barusan.

Sosok yang baru saja berlalu di hadapannya memberinya uang receh. UANG RECEH. UANG RECEH, guys.

Dan saat menyadari, ia pun berteriak sarkasme kepada mobil yang melaju meninggalkan parkiran di samping mobil Clara.

"WOYY, PAK SETAN!! AYA BUKAN PENGEMIS YA!!"

Ooo

Dosen Pak Setan! || SELESAIМесто, где живут истории. Откройте их для себя