22

3.1K 213 12
                                    

"Jadi selain alasan lo ke kampus ngabarin gua tentang keadaan Mami, lo juga ngurus perizinan buat ngelakuin syuting di kampus gua. Gitu?"

"Yap."

"Emang gak ada kampus lain apa yang bisa lo pake buat syuting."

"Banyak sih."

"Lah terus kenapa harus di kampus gua coba?"

"Ya, biar gampang aja lah, Bang. Secara abangkan salah satu dosen di sana, jadi gampanglah ngurus perizinannya. Tinggal sebut nama abang, kan jadi beres."

Anta memijit keningnya mendengar penjelasan Relhan, pintar sekali ia memanfaatkan dirinya sebagai dosen kampus demi mendapat izin syuting. Tapi, bukan itu saja yang ia cemaskan. Ia tak bisa membayangkan bagaimana reaksi mahasiswa kampus nanti jika mendengar kenyataan bahwa adiknya-Relhan atau biasa disebut Kim Lee Park itu akan syuting di sana. Pasti akan semakin gempar. Terlebih lagi.... Ya tentu saja Aya. Mahasiswa sekaligus asistennya itu kan gila Korea. Otomatis ia pasti mengenal Adiknya dan ...

Anta menggeleng, tak kuat membayangkan apa yang akan terjadi pada gadis mungil itu.

"Lo tahu kan penggemar lo banyak di kampus?"

Relhan mengangguk, "Tentu saja."

"Lo gak mikir, kalo lo syuting di sana bukannya lo fokus malah sebaliknya karena digangguin mereka?"

"Tenang, Bang. masalah itu biar gua yang urus. Bukannya bagus kalo gua syuting di sana, iseng-iseng buat promosi kampus kan ya biar tahun depan mahasiswanya banyak. Secara gua kan terkenal."

Anta mencibir mendengar pembelaan Relhan yang kelewat PD sekali.

***

Anta baru saja ingin merebahkan tubuhnya namun urung saat mengingat laporan kegiatan Aya hari ini. Ia pun segera meraih ponselnya yang diletakkan di atas meja rias lantas menghubungi Aya.

Lama ia menunggu sebelum akhirnya diterima oleh Aya.

"Halo!" sapa seseorang diseberang sana dengan malas.

"Halo, selamat malam, Aya. Ini saya Anta dosen kamu."

"Iya, Pak. Aya juga tahu kali kalo bapak dosen Aya. Gak perlulah perkenalin diri. Bapak tahu kan ini jam berapa? Aya mau tidur, Pak, capek banget seharian di kampus mulu gak ada waktu ngedrakor ini."

Mendengar hal itu, Anta langsung tarik napas. Oke! Mari uji kesabaran malam ini.

"Baiklah. Btw, saya sudah melihat laporan kamu hari ini."

"Terus??"

"Its oke, gak terlalu buruk dan lumayan untuk kamu yang masih semester awal."

"Oke deh, Pak."

"Jadi bagaimana? Apakah hari ini berjalan lancar?"

Usai berkata seperti itu, Aya langsung terdiam. Sepertinya ia sedang berpikir keras mengenai kejadian hari ini.

"Lancar-lancar aja sih, Pak. Ngasih materi oke, ngasih tugas oke, terus.. aha, Aya baru inget Pak. Tadi tuh, pas Aya ngasih materi pengaderan di UKM Seni, Aya kurang sreg sama ketuanya."

Anta menaikkan sebelah alisnya, "Kenapa?"

"Masa waktu Aya perkenalkan diri sebagai asisten bapak mukanya langsung judes gitu, mana lagi sok kecantikan banget. Dikira Cuma dia aja yang cantik apa di kampus ini," adu Aya menggebu-gebu di seberang sana membuat Anta tak henti-hentinya tersenyum mendengar curahan Aya.

"Oh ya? Jadi kamu merasa cantik gitu dari pada dia?"

"Ya, eng-enggak sih Pak. Tapi, gak gitu juga kali. Mana lagi nanya-nanya terus tentang bapak, dikira Aya emaknya. Helloww, sorry ya. Aya gak sudi deh."

Tak sadar Anta terbahak-bahak karenanya. Aya kalau bicara emang ceplas-ceplos gak pake rem dan terus terang meski itu menyakiti hati orang lain.

"Yayaya, bapak tahu kok. Laura emang gitu orangnya. Lagi pula dia kan selebgram, jadi wajar dong kalau dia merasa cantik."

"Whaatt? Selebgram? Kalo menurut Aya sih B aja, modal cantik doang udah belagu. Aya sumpahin tuh anak kena karma, minimal ada yang kalah saingin dialah pokoknya."

"Hahaha. Ya terserah kamu deh pokoknya. Kalo dipikir-pikir kok kamu merasa iri ya sama dia?"

"Apa Pak? Iri? Seorang Aya gak ada iri-irinya sama si Laura, Pak. Kecuali kalo dia pacaran sama Oppa Korea Aya, baru deh Aya iri. Duh kok malah curhat sih. Bapak juga kenapa mancing-mancing Aya naik tensi. Dahlah, Aya mau bobo. Byeee!!"

Aya langsung memutuskan sambungan sepihak, membuat Anta membuang napas kasar. Sesekali ia menggeleng jika mengingat tingkah Aya yang tak ada takut-takutnya pada dirinya. Padahal dia seorang dosen loh, seorang yang seharusnya dihormati oleh mahasiswa. Tapi Aya tetaplah Aya. Dia beda dengan mahasiswa lain. Aya itu ajaib. Tak salah memang ia memilihnya sebagai tunangan. Lebih tepatnya tunangan palsu kan?

***

Terima kasih atas antusiasnya membaca Dosen Pak Setan! ya. 😍😍

Oh ya, aku mau nanya, kalian sukanya gimana?

1. Habis nulis, langsung publis

Atau

2. Tunggu target terpenuhi/sesuai mood aku?

Silakan komen di nomor yang kamu suka yaa 😍😍😘




Catatan: jangan lupa follow ig aku _kaknun

Karena di sana banyak kata2 baper dan foto2 buku yang aku baca 🤭

Dosen Pak Setan! || SELESAIWhere stories live. Discover now