XLIII

89 5 0
                                    

"Lo jadi perempuan harus tahu diri ya."

Mendengar kalimat yang mengganggu telinga gue, akhirnya gue berbalik badan. Gue menatap orang yang sekarang sedang berada di hadapan gue. Gue merasa pernah melihat dia, tapi di mana? Entahlah gue tidak ingat.

"Jangan terus ngejar cowok orang!" seru cewek itu dengan suara yang begitu tinggi.

"Cowok orang? Cowok mana yang gue kejar?"

Di sini gue bertanya sebab gue tidak paham akan apa yang dia maksud, terlebih saat mengatakan 'jangan terus mengejar cowok orang' gue tidak mengerti cowok yang mana, sebab kenyataannya gue tidak mengejar siapa pun, terlebih cowok orang.

"Lebih tepatnya cowok gue."

Dia berucap dengan penuh ke seriusan, tapi semakin membuat gue tidak paham akan orang yang dia maksud.

"Siapa cowok lo?" Gue tidak mau menebak siapa cowoknya, meski sudah ada nama cowok yang terlintas di pikiran gue sekarang.

"Kevin. Lo jangan terus ngejar-ngejar Kevin. Jadi cewek itu sedikit lah punya harga diri."

"Oh, Kevin cowok lo?"

Dia menganggukkan kepalanya dengan penuh keyakinan. "Iya, dia cowok gue. Berhenti mengejar-ngejar dia."

"Gue gak ngejar dia, karena dia masih cowok gue."

"Cowok lo? Jangan mimpi deh jadi cewek!"

"Kenyataannya emang seperti itu." Gue tidak sedang bermimpi. Gue mengatakan hal yang sebenarnya.

"Dia udah jadi cowok gue, lo gak boleh deket-deket sama dia!"

Di sini gue bingung menjawab, karena sampai saat ini hubungan gue dan Kevin masih belum jelas.

Dia belum mengucapkan kata putus dan gue juga belum memutuskannya, terasa cukup berat buat gue untuk memutuskannya.

Plak

"Kenapa lo nampar gue?!" Gue merasa begitu tidak terima saat dia baru saja menampar gue.

"Bangun! Jangan kelamaan mimpinya."

"Kurang ajar!"

Saat gue hendak menampar dia, gue kaget saat tangan gue ditahan oleh seseorang. Gue terlalu terbawa ke dalam suasana ini sampai akhirnya gue tidak menyadari ada orang yang datang menghampiri gue, mungkin lebih tepatnya menghampiri gue dan cewek ini..

"Jangan sentuh cewek gue, apalagi nampar dia."

Dengan seketika gue terdiam membisu mendengar kalimat yang baru saja orang itu ucapkan. Gue menatap orang itu tidak percaya. Kalimat ini terasa begitu mengusik hati gue. Cewek it tersenyum puas.

"Denger dia bilang apa? Gue ceweknya, lo gak boleh terus-terusan ngejar cowok gue!"

"Lo bener cowoknya? Dia bener cewek lo?" Gue menanyakan hal ini sebab gue masih merasa ragu dengan hal ini.

Gue kaget saat dia menganggukkan kepalanya. "Dia memang cewek gue, jangan berani nampar cewek gue atau lo akan berurusan dengan gue."

Mendengar bagaimana Kevin membela cewek ini membuat gue terdiam membisu. Dia mengakui kalau cewek yang sebelumnya beradu mulut dengan gue adalah ceweknya, lalu gue siapanya?

"Lo udah punya cewek lain, padahal lo masih punya gue? Lo tega Vin?"

"Sekarang kita putus."

Deg

Gue terdiam sambil menegang menatap dia dengan tatapan yang tidak percaya. Dia mengakhir hubungannya dengan gue, hanya karena wanita ini?

Gue benar-benar tidak percaya dengan hal ini. Gue menggeleng-gelengkan kepala gue.

CINTA ITU SUCI : TRAPPED WITH PSYCHOPATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang