XXXIX

83 5 0
                                    

Sekarang hari terakhir sekolah dalam minggu ini. Gue sampai hari ini tidak dipertemukan dengan manusia yang biasa gue sebut sebagai psikopat muda.

Gue heran dia ke mana. Tidak bertemu dengannya membuat rasa khawatir yang ada dalam diri gue menjadi naik.

Ini sudah tidak bisa dibiarkan. Sekarang gue tengah melajukan motor gue ke tempat yang sudah gue ingat dengan jelas ke mana jalan yang harus dilalui dan di mana gue harus berhenti.

"Mau ke mana Nona?"

"Gue mau bertemu dengan Lio."

"Tuan sedang tidak ada di Rumah."

"Bohong!"

"Tidak, kami tidak berbohong."

"Buka gerbangnya. Gue ingin masuk."

"Tapi Nona, nanti Tuan akan marah kalau saya mengizinkan Nona untuk masuk."

"Kalian lupa siapa gue?"

Hening.

Tidak ada jawaban. Mereka terlihat seperti orang yang tengah mengingat-ingat.

Melihat mereka yang seperti ini membuat gue tersenyum miring. Gue melihat celah yang bisa gue gunakan untuk bisa masuk ke Rumah ini.

"Gue tidak bisa membayangkan Lio akan memperlakukan kalian seperti apa, memberikan hukuman apa yang pantas untuk orang yang sudah membuat ceweknya menunggu di bawah teriknya sinar matahari, padahal dia ingin masuk."

"Ya sudah, silakan masuk."

Gue terus menyusuri setiap Ruangan di Rumah ini, kenapa setelah sekian lama gue berjalan, gue tidak juga melihat orang yang menjadi tujuan utama kenapa gue datang ke Rumah ini dan memaksa ingin masuk?

"Are you looking for me?"

Gue kaget saat mendengar suara yanng berat berasal dari belakang. Gue melirik ke arah di mana gue mendengar suara itu.

Suara itu miliknya, gue sudah sangat mengenali suara itu. Gue menatap lurus orang yang ada di hadapan gue.

"Yes, i'm looking for you. Where have you been all this time?"

"What your matter?"

"Tidak ada, gue hanya khawatir dengan keadaan lo."

"Who you are?"

Entah kenapa, kalimat itu seolah menusuk hati gue. Hati gue rasanya begitu sakit saat dia menanyakan siapa gue ketika gue mencarinya.

Gue memperhatikan wajah dia sejenak, masih ada bekas luka di wajahnya. Luka itu sepertinya dia dapat dari pukulan yang begitu keras, sehingga bekasnya belum hilang dengan sempurna dari wajahnya.

Gue sedikit tidak suka dengan luka itu, seolah menghilangkan kemulusan dari wajahnya Lio.

Kalau sepintas tidak terlihat, tapi dalam jarak yang sedekat ini, terlebih gue adalah orang yang begitu sering memperhatikan wajah Lio secara dekat membuat gue bisa menyadari luka itu.

"Apa lo sudah benar-benar tidak menganggap gue? Gue peduli sama lo, Lio. Gue merasa begitu tersiksa di dalam rasa khawatir yang gue miliki."

"Apa lo sama sekali tidak pernah memikirkan gue? Memikirkan bagaimana hati gue saat lo meninggalkan gue begitu saja dalam rasa tidak enak."

"Tidak bisa gue bohongi, kalau lo adalah orang yang menyelamatkan gue, lalu lo pergi sebelum gue mengobati lo?"

Dia mengangguk.

"Apa maksud dari anggukkan lo?"

"Gue memikirkan lo."

"Kalau lo memikirkan gue, kenapa lo tidak menemui gue? Kenapa lo seolah menghilang dari lingkungan gue? Kenapa? Kalau emang lo memikirkan gue, jelaskan semua itu."

CINTA ITU SUCI : TRAPPED WITH PSYCHOPATHWhere stories live. Discover now