XXX

94 4 0
                                    

Sekarang gue tengah berkumpul bersama dengan anak-anak geng motor yang berbeda geng. Maksudnya bukan hanya geng gue saja.

Sekarang sedang ada acara balapan yang sering dilakukan oleh anak geng motor yang ingin mengikutinya.

Balapan ini terbuka untuk siapa saja, tidak hanya terpaku pada anak geng motor. Asalkan bisa mengikuti persyaratan yang ada dan sudah pastinya bisa memberikan sebuah bahan taruhan yang menarik.

"Oke, selanjutnya kita langsung panggilkan saja Kevin dari geng Elvados dan juga Lio yang merupakan sang pesaing dari Kevin."

Mendengar kalimat itu membuat gue dengan seketika terdiam. Gue begitu kenal dengan nada geng motor Kevin, tapi di sini gue tanda tanya kenapa Lio bisa sampai ikut balapan motor?

Melihat dua orang yang sekarang sudah berada di garis start membuat gue tidak percaya kalau orang yang bernama Lio itu adalah Lio gue. Ralat. Lio si psikopat muda itu.

Gue tidak yakin saat Lio akan balapan sekarang, terlebih balapan yang akan berlangsung sekarang adalah balapan motor. Untuk menggunakan motor saja dia jarang, apalagi sekarang dia memilih untuk belapan motor.

Apakah ini sebuah mimpi? Tidak, gue masih ingat kalau gue sedang terbangun.

"Tanpa menunggu waktu yang lama. Langsung saja akan kita mulaikan balapan kali ini. Kalian berdua siap?"

Terlihat anggukkan dari mereka berdua. Di sini mereka yang akan balapan, kenapa gue yang merasa deg-degan?

Sekarang mereka tengah memainkan gas motor masing-masing yang menimbulkan suara yang begitu menggelegar dan juga penuh dengan kebisingan. Terlihat satu sama lain saling melirik.

"Satu ... dua ... mulai!"

Saat bendera dikibarkan, bersamaan dengan mereka yang melepaskan kupling dan juga gigi motor mereka bersamaan dengan mereka yang manrik gas motor mereka.

Keduanya sekarang tengah memacu motor masing-masing dengan kecepatan yang tinggi.

*****

Sudah banyak yang merasa heran kenapa mereka berdua belum juga kembali ke sini. Tidak ada salah satu dari mereka yang sudah mencapai garis finish.

Saat banyak orang yang membicarkan dan menerka-nerka kenapa mereka tidak kembali, membuat hati gue merasa gelisah.

Gue berjalan menuju ke tempat di mana Alder berada. Ada sesuatu hal yang ingin gue bicarakan dengan dia dan hal ini sudah pasti ada hubungannya kenapa Kevin dan juga Lio belum ada yang kembali ke tempat semula.

"Bang."

Orang itu berbalik badan dan menatap gue sejenak. Gue kenal sama dia, makanya gue memanggil dia dengan sebutan 'Bang' dan dia juga sudah pasti kenal dengan gue. "Anya? Ada apa?"

"Lo ngerasa ada sesuatu yang aneh gak sih? Kenapa sampai sekarang mereka belum kembali?"

"Gue memang merasa ada yang aneh, tapi kita lagi nunggu beberapa waktu lagi. Siapa tahu mereka akan kembali?"

"Hem ya udah deh."

Di sini gue mengikuti apa yang sudah Alder ucapkan. Gue berdiri di sampingnya sambil menunggu beberapa saat.

Penungguan gue dan juga semuanya tidak membuahkan hasil apa pun, karena sampai saat ini Kevin dan juga Lio belum ada yang kembali.

"Bang, mending kita cari mereka."

"Boleh."

Saat gue dan juga Alder memutuskan untuk mencari mereka, gue melihat motor Lio. Lio sudah kembali. Saat mengetahui kalau Lio kembali, sekarang tinggal menunggu Kevin yang kembali.

"Kenapa Kevin gak balik-balik Bang? Gue semakin khawatir." Jujur memang kekhawatiran yang ada dalam diri gue menjadi bertambah.

"Gue gak tahu untuk hal ini."

"Coba lo tanya sama Lio." Di sini gue tidak ingin berbicara dengan Lio, ada sebuah perasaan yang menghalangi gue untuk memulai pembicaraan dengannya.

"Yo, Kevin di mana?" tanya Alder pada Lio.

"Gue gak tahu." Lio menjawab dengan sebuah nada yang begitu datar.

Gue memperhatikan ekspresi yang tengah Lio pasang. Gue merasa ada sesuatu yang mencurigakan di sini.

Semua orang yang semula mendukung Lio sekarang tengah berbahagia, karena jagoan mereka menang.

Hal ini berbanding terbalik dengan mereka yang semula mendukung Kevin. Mereka sekarang sedang merasa gelisah dan juga cemas.

Bagaimana tidak cemas kalau waktu balapan antara mereka berdua berlangsung begitu lama dan saat kembali hanya satu orang yang kembali?

"Bang, mending sekarang kita cari Kevin yuk."

"Boleh."

Kegiatan di sini masih terus berlangsung, karena Alder memberikan tugasnya pada yang lainnya untuk tetap membuat acara ini berlangsung sampai pada waktu biasanya.

"Bang, itu motornya Kevin kan?" Gue bertanya saat melihat motor berwarna hijau-hitam ada di pinggir jalan, tapi tidak pada keadaan berdiri.

"Iya, itu motor Kevin."

Alder dan juga gue menepi untuk memastikan dan mencari di mana Kevin berada. Saat melihat Kevin yang sekarang tengah berbaring di pinggir jalan membuat gue langsung berlari ke arahnya.

"Vin, kok lo bisa seperti ini?"

Di sini gue kaget saat melihat kondisi Kevin yang begitu mengerikan. Banyak luka dan juga darah yang mulai berkeluaran dari wajahnya.

Gue memperhatikan luka-luka ini. Luka ini bukan dihasilkan dari sebuah benda tajam, tapi murni dari tangan.

Kevin sama sekali tidak menjawab. Gue mengerti akan alasan yang membuat Kevin tidak menjawab.

Dia sepertinya tengah merasakan rasa sakit yang begitu mendalam, karena luka-luka yang ada di tubuhnya cukup parah.

"Mending sekarang bawa ke Rumah sakit."

Gue lansung menganggukkan kepala gue, karena tidak mungkin gue membiarkan Kevin di sini terus.

"Gue panggil temen gue yang bawa mobil."

Sambil menunggu teman Bang Alder datang, gue memperhatikan wajah Kevin yang sekarang sudah mulai membiru.

Gue masih memegangi kepala dia di atas paha. Gue sudah tahu siapa orang yang melakukan ini kepada Kevin.

Gue hanya tidak menyangka kalau ternyata alasan yang membuat mereka lama kembali, karena di tengah balapan mereka, mereka berkelahi terlebih dahulu.

Melihat luka yang ada, terutama di bagian wajahnya, membuat air mata gue ingin keluar dan mengalir.

Gue menarik napas gue dengan begitu dalam. Gue tidak ingin menangis di hadapan Kevin, karena gue juga tidak mau membuat dia sedih.

*****

Sekarang gue tengah menunggu Kevin. Gue mondar-mandir ke sana kemari dengan pikiran yang demikian. Gue merasa tidak tenang, apalagi tadi gue melihat kalau Kevin sudah mulai lemas.

"Lo kenal sama Lio?"

"Gue kenal." Di sini gue tidak bisa berbohong.

"Sebelumnya Kevin dan juga Lio pernah ada masalah?"

Gue mengingat ulang. "Iya Bang, mereka beberapa kali berantem."

"Pantas saja dari awal rencana dia mau balapan sama Lio seperti ada sebuah dendam dan juga amarah di balik itu."

"Kevin sama Lio memang gak bisa akur Bang."

Mendengar pembahasan tentang ini membuat perasaan gue semakin tidak karuan. Gue bingung dengan semua ini, kenapa Lio sampai seperti ini? Hal ini masih menjadi tanda-tanya terbesar dalam otak gue.

Gue benci sama dia!










SEKIAN DULU BYE-BYE!

SEE YOU!


CINTA ITU SUCI : TRAPPED WITH PSYCHOPATHWhere stories live. Discover now