60 | Di Ambang Batas

6.1K 612 42
                                    

⚠️ WARNING ⚠️

Cerita ini mengandung unsur kekerasan, LGBT, seksualitas, kata-kata kasar yang tidak layak untuk ditiru. Pembaca diharap bijak.

[pythagoras]

.

.

.

.

"Kalo emang lo ga bisa bunuh gue

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kalo emang lo ga bisa bunuh gue. Biar gue sendiri yang lakuin!"

"Apa? Alta, ap—"

JLEB!

Alta sedikit mengernyit saat ujung lancip gunting itu benar-benar menusuk perutnya. Raga tak sempat bisa menahan Alta. Raut wajah yang biasanya datar kini terlihat sangat syok.

"Alta, l-lo... Ta..."

Disaat Raga yang syok melihat kenekatan Alta. Alta hanya memasang senyumnya. Senyuman yang sangat menyakitkan di mata Raga.

"Biarin gue mati..." lirih Alta.

Tangan Alta senantiasa menekan gunting yang sudah belumur darah itu semakin dalam. Tak membiarkan Raga untuk mencabutnya.

Sweater cream yang dikenakan Alta kini berganti warna. Merah pekatnya darah yang terus mengucur tanpa henti dari perutnya. Nafas Alta mulai tersendat. Wajah yang memang sudah pucat sejak awal itu mengernyit menahan sakit. Meski begitu tak sedikitpun melonggarkan pegangannya pada gunting yang masih menancap.

"Ta, lepasin Ta! Lepasin guntingnya!" pinta Raga. Ia tak tau Alta mendapat kekuatan dari mana sehingga ia kesusahan untuk melepaskan tangan Alta yang memegang gunting tersebut.

"Ini yang kalian semua mau... biarin, gue ma-ti.. hhah"

Setelah mengucapkan itu, Alta langsung melemas. Genggamannya terlepas dengan pandangannya yang tiba-tiba kabur. Disaat itu Raga langsung menarik gunting yang masih menancap di perut Alta. Alta sedikit mengerang.

Dibuangnya gunting berdarah tersebut kesembarang arah. Fokus Raga langsung kembali pada Alta. Ia menghentikan pendarahan yang terjadi dengan tangannya. Menekan luka yang menganga itu agar tak terus mengeluarkan darah.

Raga menyangga tubuh Alta yang tiba-tiba limbung. "Gue bawa lo ke rumah sakit!"

Dengan perlahan takut membuat Alta bertambah sakit, Raga mulai mengangkat tubuh Alta. Alta yang sudah kehilangan seluruh tenaganya tak bisa banyak bergerak. Kesadarannya masih ada saat Raga dengan panik membawanya keluar dari rumah.

"Gue mohon lo bertahan. Tolong jangan tinggalin gue, Ta!"

Gumaman-gumaman yang terus diucapkan Raga terdengar aneh di telinga Alta. Orang yang selama ini sering membuatnya menderita, kenapa bisa mengucapkan hal seperti itu.

[BL] 1; Another Pain | ✓Where stories live. Discover now