23 | Peringkat Kelas

7.8K 755 34
                                    

⚠️ WARNING ⚠️

Cerita ini mengandung unsur kekerasan, LGBT, seksualitas, kata-kata kasar yang tidak layak untuk ditiru. Pembaca diharap bijak.

[pythagoras]

.

.

.

.

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 12 malam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 12 malam. Seperti tak ada niatan kedua mata Alta untuk terpejam. Kantuk samar-samar ia rasa tapi otaknya tak kunjung memerintah tubuhnya untuk tertidur. Di tambah lagi sekarang dirinya harus terjebak berdua satu ranjang dengn Raga. Dengan jarak yang sangat tipis.

Alta beberapa kali mencoba memberi jarak diantara dirinya dan Raga dengan guling atau sedikit menepi pada ranjang. Tapi Raga selalu sadar dan kembali menarik tubuhnya dalam sebuah pelukan.

Matanya yang tak kunjung ingin menyambut mimpi benar-benar membuatnya lelah sendiri. Alta bangun dari tempat tidur, berjongkok di meja belajarnya membuka laci dan mengambil sesuatu dari sana. Digenggamnya benda lonjong berwarna putih tersebut dan berjalan keluar.

"Itu apa?"

Suara Raga membuat langkah Alta berhenti. Ia berbalik, menatap Raga yang bersandar pada kepala ranjang.

"Bukan urusan lo..." ketus Alta. Tangannya yang memegang knop pintu mulai bergerak untuk menarik.

"Gue tanya itu apa?"

Kembali suara Raga terdengar. Kali ini sangat jelas karena anak tinggi itu berada di sampingnya. Entah kenapa Alta tak sadar kalau Raga mendekat karena tak terdengar suara langkah kaki. Mata Raga melirik benda di tangan Alta kemudian mengambilnya paksa.

"Lo itu udah numpang di rumah orang ga sopan banget ya?! Balikin!" Alta mencoba meraih benda miliknya dari tangan Raga. Ia tak bisa menggapainya karena Raga menjauhkan jangkauannya.

"Tunggu bentar, gue mau tau ini apa..." ujar Raga. Ia membaca keterangan pada benda berbentuk tabung itu dengan tangan kiri menahan kepala Alta yang mencoba merebutnya. Matanya menyipit. "Obat tidur?"

Diliriknya Alta yang sudah berdiri diam dengan wajah marahnya. Saat itu juga Alta berhasil mengambil tabung obat tersebut dari tangannya.

"Lo itu suka banget ya kepoin urusan orang lain" kesal Alta sambil mengantongi tabung obat di celana tidurnya.

"Cuma lo aja yang suka gue kepoin" timpal Raga. Alta berdecih dan kembali melangkah ke luar kamar. Dan lagi-lagi Raga mengentikannya dengan menarik tangannya. "Mau kemana? Kalo emang ga bisa tidur, sini gue tidurin..."

Itu mulut mau Alta gampar karena nyerocos tanpa hambatan.

Raga menutup pintu yang di buka Alta dan menarik Alta kembali ke ranjang. Ia membaringkan tubuhnya bersama Alta. Kedua tangannya memeluk Alta tak membiarkan anak itu pergi darinya.

[BL] 1; Another Pain | ✓Where stories live. Discover now