03 | Kehidupan Sekolah

14.5K 1.4K 26
                                    

⚠️ WARNING ⚠️

Cerita ini mengandung unsur kekerasan, LGBT, seksualitas, kata-kata kasar yang tidak layak untuk ditiru. Pembaca diharap bijak.

[pythagoras]

.

.

.

.

"Pelajaran kali ini cukup sampai disini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Pelajaran kali ini cukup sampai disini. Silakan kalian siap-siap untuk pelajaran berikutnya"

Setelah Guru Bahasa Inggris keluar, seluruh siswa kelas 11 IPA 5 mulai keluar dari ruangan satu per satu sambil membawa seragam olahraga mereka. Jam ke tiga hari ini waktunya mata pelajaran olahraga di kelas Alta. Tidak seperti anak lain yang buru-buru berganti seragam, Alta masih duduk di bangkunya. Anak itu ketiduran.

"Raga, ngga ganti seragam? Nungguin apa?"

Olivia, gadis dengan rambut panjang bergelombang. Wajahnya cantik, tubuhnya proporsional, dan termasuk gadis popular di sekolah. Banyak anak laki-laki menyukainya. Sayangnya sejak beberapa bulan lalu gadis cantik ini sudah menjadi milik laki-laki yang paling diincar siswi satu sekolah, Ragasya.

"Iya, bentar lagi. Duluan aja" ujar Raga sambil memasukkan buku-bukunya ke dalam loker meja.

"Cepetan ya. Jangan sampai telat" Olivia mencium pipi kanan Raga sebelum keluar.

Hal itu sudah sangat biasa bagi Raga. Bahkan mereka sudah pernah melakukan lebih.

Raga berjalan menuju lokernya di bagian belakang ruangan. Ia mengambil seragam olahraga warna maroon sekolahnya. Setelah menutup loker, ia tak langsung keluar dari kelas. Raga diam di tempat, matanya menatap ke arah Alta yang masih setia pada posisinya dengan kepala di atas meja.

Kaki Raga mulai bergerak menuju bangku Alta. Sekarang hanya mereka berdua di dalam kelas. Kalau bukan dirinya yang membangunkan Alta, anak itu pasti akan telat di pelajaran olahraga. Raga duduk di bangku yang berada di samping Alta. Dari sana ia bisa dengan leluasa memandang wajah Alta yang tertidur.

Sangat lucu melihat wajah yang masih berhiaskan bekas luka itu terlelap. Raga yakin 100% kalau wajah itu akan sangat mempesona jika tak ada bekas luka di sana. Dalam hati Raga, ia bertanya-tanya dari mana luka-luka itu berasal. Raga mengenal Alta bukan anak yang suka berkelahi, meski banyak siswa yang sering mencari gara-gara dengan laki-laki berambut hitam itu.

Raga menarik kursinya semakin mendekat. Ia mencondongkan kepalanya ke wajah Alta dengan mata yang fokus pada benda berwarna merah muda milik Alta. Dengan sangat cepat Raga mencuri satu ciuman dari bibir Alta. Mungkin Raga akan dianggap gila jika hal ini diketahui sang pemilik bibir. Atau bahkan ia akan ditampar.

[BL] 1; Another Pain | ✓Where stories live. Discover now