50 | 1 vs 5-1

8.7K 619 121
                                    

🔞 WARNING 🔞

Part ini mengandung unsur seksualitas, LGBT, kekerasan, paksaan, pemerkosaan, kata-kata vulgar, dan lain sejenisnya. Tidak disarankan untuk pembaca di bawah 18 tahun.

[pythagoras]

.

.

.

.

Air mata Alta mulai mengalir dari matanya yang memerah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Air mata Alta mulai mengalir dari matanya yang memerah. "Gue mohon, jangan lakuin ini..." pintanya dengan suara lirih.

Bukannya merasa kasihan, Marvin malah kembali mengikat tangan Alta di belakang. Sontak Alta histeris, ia berteriak meminta dilepaskan. Menendangi Daniel dan Marvin yang mulai menggerayangi tubuhnya.

"It's okay. Lo bisa nikmatin ini, Ta..." ucap Daniel sambil tersenyum. Tangannya melepas satu-satunya kain tersisa di tubuh Alta. Boxer.

Kini Alta benar-benar telanjang. Tubuh putihnya penuh dengan lebam karena pukulan tadi. Tapi hal itu tak membuat kadar keindahan dari tubuh itu lenyap. Penis berukuran sedang dan lubang merah yang masih tertutup rapat. Daniel mulai dengan membuka kaki Alta lebar-lebar dan memasukkan satu jarinya pada lubang anus Alta.

"ENGHH..."

Lenguhan yang terdengar jelas. Wajah yang mulai memerah. Semuanya terlihat sangat jelas di bawah lampu gudang.

Apa yang pernah diucapkan Raga benar adanya. Siapapun yang melihat Alta dalam kondisi sensual seperti itu, meskipun laki-laki yang lurus sekalipun akan merasa terangsang. Terbukti dengan kelima anak laki-laki yang sekarang menegang.

Marvin sangat syok dengan apa yang terjadi pada tubuhnya hanya karena melihat Alta seperti itu. Bagian selatannya sudah mengeras. Itu hal yang tak biasa untuknya yang lurus.

"Ini harusnya direkam" ucapnya dan memasang senyum gilanya. Marvin menatap Nasa yang berdiri menjauh dengan tubuh gemetar. Ia mendekati anak itu dan menariknya mendekati Alta. Memberikan ponselnya pada Nasa dalam keadaan mengambil video. "Lo bagian kameramen!"

"Ap-apa? K-kak, ta-tapi..." Nasa tak sanggup meneruskan kalimatnya. Ia merasa ini sudah melampaui batas.

"Mau nolak? Siap-siap dibully anak-anak basket!" ancam Marvin. Marvin lantas tersenyum senang saat Nasa menerima ponselnya.

"Ja-jangan, gue mo-mohon Na...sahh nghh!" Alta memejamkan matanya begitu dua jari Daniel sengaja masuk.

"Lo ga dibolehin bicara, Ta! Tugas lo di sini cuma ngedesah dan nikmatin service dari kami" ujar Daniel. Ia mengeluarkan jarinya. Membuka resleting celananya dimana adik-nya yang sudah bangun sejak tadi.

[BL] 1; Another Pain | ✓Where stories live. Discover now