41 | Identitas Asli

6.7K 655 60
                                    

⚠️ WARNING ⚠️

Cerita ini mengandung unsur kekerasan, LGBT, seksualitas, kata-kata kasar yang tidak layak untuk ditiru. Pembaca diharap bijak.

[pythagoras]

.

.

.

.

Ini hari kelima Alta menginap di rumah Wiku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ini hari kelima Alta menginap di rumah Wiku. Keadaannya membaik dengan cepat. Kedua orang itu tak membiarkannya pulang ke rumahnya sendiri dengan alasan yang tak masuk akal. Mereka berdua, Wiku dan Raga.

Ia tak paham kenapa Raga juga ikutan menginap di rumah Wiku. Anak itu bahkan tidak ada kepentingan apapun di sini selain makan dan tidur kemudian pergi sekolah. Wiku yang punya rumah sudah puluhan kali mencoba mengusirnya, tapi nyatanya sia-sia. Menyuruh Raga pergi sama saja menyuruh tembok untuk bergerak sendiri.

Tapi ada satu sisi baiknya jika Raga ada di sini. Wiku dan Alta bisa makan masakan yang bergizi. Secara, Raga jago dalam hal memasak dimana itu merupakan minus yang tak bisa dilakukan Alta maupun Wiku.

Seperti sekarang, Raga sedang menyiapkan makan malam untuk dua bocah yang kelaparan di meja makan.

"Lo lama bener sih! Masak batu, hah?" seru Wiku pada Raga yang masih berkutat di dapur.

Sudah 20 menit cacing-cacing perutnya menahan lapar. Dan di depannya kini hanya ada nasi tanpa lauk. Di sebelah Wiku ada Alta yang menunggu dengan tenang.

Tak beberapa lama, Raga yang masih memakai apron merah membawa dua buah piring di tangannya. Sosis teriyaki dan ayam asam manis. Baunya sudah tercium dari jauh. Wiku dan Alta menatap berbinar dua makanan tersebut saat Raga menaruhnya di atas meja.

"Tunggu, jangan makan!" cegah Raga saat Wiku sudah akan menyendok ayam ke piringnya.

"Apa lagi?" protes Wiku.

Raga tak menjawab dan kembali berjalan menuju dapur untuk mengambil lauk terakhir. Sayur sop. Raga menaruh panci panas berisi sop tersebut di tengah-tengah meja makan. Setelahnya ia melepas apron merah di tubuhnya dan ikut duduk di meja makan.

"Ayo berdoa" ujar Alta sebelum mulai makan.

Alta menautkan kedua jemari tangannya dan meletakkan siku di atas meja. Kepalanya tertunduk dengan mata tertutup. Ia mulai berdoa dengan khusyuk. Wiku juga mengikuti Alta di samping, mulai menyatukan jemarinya dan berdoa dengan khusyuk.

Lain halnya dengan Raga. Anak bermuka datar itu hanya menatap dua anak di depannya sampai selesai berdoa.

"Lo masih inget Tuhan juga, ya" celetuk Raga sambil menatap Alta yang selesai berdoa.

[BL] 1; Another Pain | ✓Where stories live. Discover now