44

197 35 14
                                    

𝗠𝗲𝗻𝘁𝗶𝗼𝗻 𝗼𝗳 𝗸𝗶𝘀𝘀𝗶𝗻𝗴
𝗽𝗮𝗻𝗶𝗰 𝗮𝘁𝘁𝗮𝗰𝗸
.
.
.
.
.

𝐉𝐮𝐬𝐭 𝐥𝐨𝐨𝐤 𝐚𝐭 𝐦𝐞 𝐧𝐨𝐰 𝐈’𝐦 𝐥𝐨𝐯𝐞𝐬𝐢𝐜𝐤
𝐈’𝐥𝐥 𝐧𝐞𝐯𝐞𝐫 𝐛𝐞 𝐭𝐡𝐞 𝐬𝐚𝐦𝐞
𝐈’𝐥𝐥 𝐭𝐚𝐤𝐞 𝐚𝐥𝐥 𝐭𝐡𝐞 𝐛𝐥𝐚𝐦𝐞
𝐈’𝐦 𝐚 𝐥𝐨𝐬𝐞𝐫 𝐢𝐧 𝐭𝐡𝐢𝐬 𝐠𝐚𝐦𝐞
𝐀𝐧𝐝 𝐰𝐡𝐚𝐭 𝐰𝐞 𝐡𝐚𝐝 𝐰𝐚𝐬 𝐭𝐨𝐱𝐢𝐜
𝐁𝐮𝐭 𝐈 𝐜𝐚𝐧’𝐭 𝐠𝐞𝐭 𝐞𝐧𝐨𝐮𝐠𝐡
𝐘𝐨𝐮 𝐰𝐞𝐫𝐞 𝐬𝐞𝐧𝐭 𝐟𝐫𝐨𝐦 𝐮𝐩 𝐚𝐛𝐨𝐯𝐞
𝐏𝐥𝐞𝐚𝐬𝐞 𝐮𝐬𝐞 𝐦𝐞 𝐥𝐢𝐤𝐞 𝐚 𝐝𝐫𝐮𝐠

Perlahan mata itu terbuka, menampilkan warna segelap malam. Dalam sunyi, Sano Manjiro memikirkan setiap kejadian yang telah terjadi selama beberapa minggu belakangan ini.

Semua yang terjadi pada Takemichi sampai detik ini ada campur tangannya, mungkin Takemichi tahu, mungkin juga tidak.

Apa ia merasa bersalah? Tentu saja, ada sedikit rasa bersalah yang semakin membesar di dalam relung hatinya. Ia memikirkan kenapa ia setuju dengan segala rencana bodoh Kakucho, sebenarnya apa yang mereka cari?

"Takemichi, maafkan pria brengsek ini."

Mikey terdengar putus asa, perlahan matanya terpejam lagi saat mendapati harum dari aroma yang sangat ia kenal. Senyum terukir pada wajah lelahnya saat sapuan halus menyapa dirinya, itu Takemichi nya.

"Kak Manjiro, udah bangun belum? Kalau udah, kita makan malam dulu, yuk. Aku bawain sup kesukaan kakak."

Takemichi menahan berat badannya dengan ke dua tangannya, satu tangannya ia gunakan untuk menepuk pipi tirus pria bersurai putih tersebut. Ia tersenyum saat mata itu terbuka, menampilkan warna yang selalu ia puja.

"Jangan tidur mulu, abis aku mandi—"

"—Takemichi?"

"Iya, kak? Maaf, aku cerewet, ya?"

Mikey menggeleng, ia tarik lembut tubuh itu agar terjatuh di atasnya. Memeluk Takemichi adalah hal yang paling ia suka dan lagi, ia bisa menghirup dengan bebas aroma manis yang selalu menguar dari tubuh ini.

"𝘈𝘳𝘦 𝘺𝘰𝘶 𝘩𝘢𝘱𝘱𝘺 𝘸𝘪𝘵𝘩 𝘮𝘦?" tanya Mikey pelan.

Tanpa melepas pelukan pada tubuh Mikey, Takemichi mengangguk pelan. Ia cium tengkuk sang kekasih dalam dan lama, berikan gelenyar aneh pada sang pemilik.

"Kalau aku gak bahagia, aku udah gak ada di dunia ini sekarang." Takemichi melepas ciumannya, ia mengubah posisinya hingga duduk di atas perut Mikey. "Selama kamu gak buang aku, aku bakal selalu ada di sisi kamu. Tapi seandainya suatu hari nanti kamu udah gak butuh aku, tolong kasih tahu aku biar aku bisa langsung pergi dari kamu. Soalnya bakal susah, kamu itu dunia aku dan selalu akan seperti itu."

Mikey mendengus geli, "Maksudmu aku bumi dan berarti kamu bulan, gitu?" Tangan mereka bertaut, sangat pas rasanya saat kekosongan pada sela jari mereka terisi satu sama lain.

"Benar, bulan selalu berputar pada bumi sebagai pusat gravitasi. Dan kamu—Sano Manjiro—adalah pusat duniaku, ewh, apa itu terdengar aneh?"

Suara tawa Takemichi berbaur menjadi satu dengan tawa Mikey, ditariknya lagi tubuh itu untuk ia dekap dalam pelukan. Dalam hati mereka masing-masing bertanya; apa yang sedang terjadi dalam hubungan ini?

Bagi Takemichi, menjadi waras di tengah kegilaan yang menerpa dirinya saat ini bukan hal mudah. Terlalu banyak kejadian yang memilukan hatinya akhir-akhir ini, jika ia tidak kuat dan menguatkan dirinya agar tetap bertahan, siapa lagi yang mau melakukan untuknya?

Dua minggu belakangan ini, Takemichi rajin mendatangi salah satu psikiater-nya. Bermula dari dirinya yang susah tidur, lalu merasakan serangan panik yang tidak biasa dan berakhir meminum obat tidur setiap waktu.

Terima kasih pada teman-temannya, walau mereka sedang dirawat di rumah sakit, tidak satupun dari mereka berhenti memberikan semangat pada dirinya untuk lebih baik.

Ditemani Inupi, ia pergi menemui psikiater kenalannya. Awalnya berjalan dengan baik, Takemichi bisa dengan mudah menceritakan segala keluh kesahnya, lalu menjadi susah karena mimpi aneh tentang dirinya yang jatuh dan mati secara berulang kali.

Jika sekali, maka ia akan anggap itu hanya bunga tidur. Tapi ini lebih dari sekali, buat ia hampir saja gila karena ia merasa jika kejadian itu sangatlah nyata, seolah ia berada di sana dan jatuh begitu saja dari tempat tersebut.

"Jangan berpikir terlalu keras, otak kecilmu itu nanti bisa meledak." Disentil nya dahi Mochi dari samping, buat ia mengerang pelan karena kekuatan yang digunakan tidak main-main.

Takemichi bergumam tidak jelas, pelukannya ia buat semakin erat lalu ia tiup telinga Mikey hingga buat pria itu merinding geli. Tiba-tiba saja tubuhnya terbanting, menjadikan ia di bawah dan Mikey di atasnya. Mereka saling bertatapan beberapa detik sebelum Mikey menabrakkan bibir mereka berdua.

Ciumannya terkesan buru-buru dan tidak sabaran, Takemichi dibuat merintih menahan sakit saat bibirnya digigit dengan sengaja oleh Mikey. Secara refleks belah bibirnya terbuka, mempersilahkan lidah mereka untuk saling bertaut sama lain.

Takemichi mengerang nikmat pada ciuman kali ini, jarang-jarang kan mereka berciuman dengan panas seolah tidak ada hari esok.

Takemichi menginginkan lebih dari ini, ia menyukai sensasi saat rasa manis yang tertinggal di mulut Mikey bersatu dengan sisa tembakau dari rokok Mikey.

Tangan Takemichi tidak tinggal diam, ia meremat rambut pendek Mikey, membuatnya menjadi lebih berantakan dari sebelumnya dan mengusap tato yang ada di leher bagian belakang pria tersebut.

Jujur saja ini lebih baik dari yang sebelumnya, katakan saja ia semakin memuja pria berambut putih ini. Menempatkannya pada urutan teratas dari yang lainnya, Takemichi bahkan rela menjual jiwanya pada sang iblis dan sang iblis adalah Sano Manjiro itu sendiri.

"Takemitchi, lusa nanti mau ikut denganku pergi ke suatu tempat? Aku punya sesuatu untukmu." Mikey bertanya saat ciuman mereka sudah terlepas, ia mengucapkan kalimat tersebut di atas bibir Takemichi dengan suara rendahnya.

Dan Takemichi hanyalah Takemichi, ia selalu mengiyakan apapun permintaan dari seorang Sano Manjiro.
.
.
.
.
.
𝐒𝐞𝐩𝐞𝐫𝐭𝐢 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐤𝐞𝐦𝐚𝐫𝐢𝐧, 𝐤𝐚𝐥𝐚𝐮 𝐚𝐝𝐚 𝐭𝐲𝐩𝐨 𝐦𝐨𝐡𝐨𝐧 𝐝𝐢𝐦𝐚𝐤𝐥𝐮𝐦𝐢. 𝐍𝐚𝐧𝐭𝐢 𝐛𝐚𝐤𝐚𝐥 𝐝𝐢 𝐩𝐞𝐫𝐛𝐚𝐢𝐤𝐢, 𝐭𝐚𝐩𝐢 𝐧𝐚𝐧𝐭𝐢. 𝐎𝐤𝐞 👍

𝐊𝐫𝐢𝐭𝐢𝐤 𝐝𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐝𝐢𝐩𝐞𝐫𝐬𝐢𝐥𝐚𝐡𝐤𝐚𝐧...

Wabi-Sabi [MAITAKE]Where stories live. Discover now