40

218 36 4
                                    

Takemichi meringis menatap sekitar, ia menghela napas pelan saat melihat berbagai jenis tamu malam ini. Jika saja Mikey tahu di mana dirinya bekerja, pasti dirinya langsung diminta untuk keluar saat itu juga.

Sejujurnya, Mikey tidak pernah melarang dirinya untuk bekerja. Mikey selalu membebaskan dirinya untuk melakukan hal yang ia suka, tapi ada batasan di mana dirinya harus mengerti jika Mikey tidak menyukai hal yang ia lakukan. Dan lagi, ia baru mengetahui jika bar tempat ia bekerja adalah milik Bonten.

𝘋𝘰𝘶𝘣𝘭𝘦 𝘧𝘶𝘤𝘬.

Pengurusnya? Si kembar Haitani, dua manusia yang sepertinya juga tidak menyukainya. Sekalipun mereka tidak pernah menunjukkan secara langsung, tapi Takemichi tahu jika sekian banyak anggota inti Bonten hanya beberapa yang mau berteman dengannya.

Bagus, selamat datang di lubang harimau.

"Hanagaki, berhenti melamun dan segera layani para tamu itu!"

Suara seruan dari sang manajer membuat Takemichi dilanda gugup, ia mengangguk cepat dan mengambil dua botol wine berharga ratusan ribu tersebut untuk ia sajikan pada meja nomor lima.

Jika ia tidak salah ingat, tamu kali ini bernama Mr. Dylan. Pria muda berusia dua puluhan dan sudah menjadi tamu VIP di bar ini. Ia yakin, selama seminggu bekerja di sini, dirinya hampir selalu melihat pria berwajah lonjong tersebut dengan rambut yang mirip bokong ayam.

Ugh, kalian tahu Sasuke? Iya, sebelas duabelas mirip. Tapi untuk Mr.Dylan, tampangnya itu seperti orang mesum.

"Permisi tuan, pesanan anda."

Takemichi meletakkan botol wine tersebut tanpa melihat ke arah sang punya, entah hanya perasaannya saja atau memang orang ini tengah memperhatikannya terus?

"Siapa namamu manis? Aku belum pernah melihatmu sebelumnya," Pertanyaan lugas dari Mr.Dylan buat ia tersenyum kikuk. Aneh rasanya saat mendengar panggilan seperti tadi dari orang asing, sepertinya ia tidak akan pernah menyukai pria ini.

"Michiru, tuan bisa memanggilku—"

"—Michiru? Nama yang bagus," Mr.Dylan menarik lembut tangan Takemichi. Ia genggam tangan itu hingga membuat Takemichi menjadi kurang nyaman, "Panggil aku Dylan. Aku rasa kita seumuran, apa aku benar... Mi-chi-ru?"

'Hiiiiii, tolong Michi...'

"Ha-ha, sepertinya begitu. Kebetulan saya masih baru di sini. Kalau begitu, saya permisi karena harus kembali kerja." Dengan pelan dan hati-hati, Takemichi mencoba melepas genggaman pada tangannya. Alisnya mengkerut heran saat tangan itu susah untuk dilepas, mata Takemichi menatap pada sang pelaku dengan heran.

"Tuan, tolong—ah!"

Remasan pada tangannya semakin menguat, dilihat bagaimanapun pelanggan satu ini sepertinya ingin mencari masalah dengan dirinya. Ingin ia pukul tapi dirinya nanti tidak bisa bekerja, ia juga tidak ingin merepotkan Mikey dalam mengurus hidupnya. Tidak, toh mereka belum terikat secara sah.

"Temani saja aku di sini, teman-temanku juga tidak masalah ada tambahan orang baru. Benar teman-teman?"

Tiga orang lainnya hanya terkekeh kecil, setelahnya ada suara kor mengiyakan pertanyaan Dylan.

"Dengar? Aku traktir untuk minum juga," Dylan tersenyum menggoda. Ia menarik Takemichi guna mendekat padanya, "Ayolah, jangan malu begitu."

Senyum terpaksa ia berikan pada Dylan, ingin melawan tapi pekerjaannya menjadi taruhan. Baru kerja seminggu masa sudah keluar?

"Sepertinya saya harus menolak, pekerjaan saya masih banyak dan—" Takemichi melepas genggaman tangan Dylan sekuat tenaga, ia balik menggenggam erat dengan kekuatannya hingga buat Dylan meringis menahan sakit. "Saya tidak ada waktu untuk menghabiskan waktu seperi tuan dan nyonya sekalian, jadi saya permisi."

Dengan wajah kaku dan pandangan tajam, ia menghentak tangan tersebut, Takemichi berbalik dan berjalan cepat menuju meja konter.

"Woah, baru kali ini ada yang berani menolakmu sobat."

Dylan mendengus, merasa terhina dengan penolakan yang baru saja ia dapatkan. "Sial akan aku buat dia menyesal karena telah berani mempermalukanku."

Wabi-Sabi [MAITAKE]Where stories live. Discover now