37

226 40 2
                                    

𝐅𝐫𝐨𝐦: 𝐩𝐚𝐤 𝐥𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫

𝘔𝘪𝘤𝘩𝘪, 𝘮𝘶𝘭𝘢𝘪 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘪𝘯𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘵𝘦𝘳𝘶𝘴𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘨𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘭𝘶 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘬𝘦 𝘴𝘪𝘯𝘪. 𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘴𝘢𝘺𝘢 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯, 𝘨𝘢𝘫𝘪 𝘵𝘦𝘳𝘢𝘬𝘩𝘪𝘳 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘴𝘢𝘺𝘢 𝘵𝘳𝘢𝘯𝘴𝘧𝘦𝘳 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘪𝘯𝘪 𝘫𝘶𝘨𝘢.

𝐑𝐞𝐚𝐝 𝟎𝟖.𝟑𝟎

Haha, Takemichi tertawa sumbang. Matanya yang merah menatap tidak percaya pada pesan hari ini.

Bukankah ini sangat menyedihkan?

Setelah kehilangan Summer-kucing kecilnya, sekarang ia juga dipecat dari tempat kerjanya hari ini. Apa kinerja dirinya seburuk itu?

Terserah, dirinya tidak perduli lagi. Pesannya hanya ia balas seadanya saja, tidak sekalipun ia bertanya alasan kenapa dirinya dipecat. Mungkin-mungkin saja ada alasan yang tidak bisa ia katakan, atau bisa jadi karena dirinya memang sangat payah.

Oke, sekarang apa yang harus ia lakukan?

"Mmm... Kisaki masih belum kembali, ya?"

Takemichi turun dari kasurnya, ia mengenakan 𝘴𝘭𝘪𝘱𝘱𝘦𝘳 hitam milik Kisaki. Udara dingin tak ia hiraukan, netranya menyipit mencoba menyesuaikan cahaya kamar. Terlalu terang dan Takemichi tidak suka itu.

Saat Takemichi hendak mematikan satu lampu, terdengar pintu kamar yang diketuk. Setelahnya seseorang yang ia kenal masuk ke dalam dengan membawa nampan berisi makanan, ia tersenyum kecil dengan wajah gugup yang tercetak jalas di sana.

"Kak Wakasa?" panggil Michi ragu.

Wakasa Imaushi tersenyum kecil, ia berdeham guna mengurangi rasa gugupnya. Namun naas, entah dirinya yang terlalu gugup atau langkah kakinya yang tiba-tiba melemah karena suara manis dari Takemichi, ia terpeleset dan menjatuhkan nampan berisi sup panas ke lantai.

Sialnya, Takemichi yang tidak mengenakan bawahan harus rela kaki telanjangnya terkena cipratan kuah panas tersebut. Ia mengaduh pelan, menahan rasa panas yang membanjiri kakinya secara mendadak.

Bagus, setelah ini apa lagi?

"Michi, Tuhan... maafkan aku, sumpah mati aku gak sengaja!"

Takemichi menggeleng, ia buru-buru masuk ke dalam kamar mandi dan membasuh kedua kakinya. Beruntung tidak akan meninggalkan bekas, jika ada... entahlah, dirinya pasti akan merasa kesal bukan main.

Wakasa merutuki kebodohannya, lagi dan lagi ia hanya bisa mempermalukan dirinya di depan pria manis itu. Apa sekali saja dirinya tidak bisa bersikap normal?

Selesai berkutat dengan pikiran buruknya dan membersihkan kekacauan yang ia buat, Takemichi keluar dari kamar mandi dengan celana piyama berwarna biru satin. Ia tersenyum kecil dan segera menghampiri Wakasa yang hanya berdiam diri, apa ada yang salah dengan otaknya?

"Kak, kenapa diam aja?" Wakasa masih diam, membuat Takemichi menjadi bingung. "Kak Waka! Kakak gak kena kuah sup tadi kan?" Takemichi bertanya sembari menjentikkan jarinya di depan Kak Waka.

"Eh, i-iya Chi. Kakak baik, kami sendiri gimana? Masih panas, gak?"

Michi menggeleng kecil, "Kaki aku gapapa. Tapi karena aku lapar, aku mau makan bareng aja. Boleh?"

Ya Tuhan... siapa Wakasa hingga bisa menolak pertanyaan dari suara manis tersebut?

"Boleh," Wakasa mengangguk antusias. "Boleh banget, apa sih yang gak boleh buat Takemichi sayang."

Wakasa melotot tak percaya, Takemichi mematung di tempat.

Haha, 'aku butuh lubang hitam sekarang.'

Wakasa dan batinnya yang tersiksa.

»»--⍟--««

Kisaki melirik pada Wakasa dan Takemichi secara bergantian, entah hanya dirinya yang terlalu perasa atau memang ada rasa canggung satu sama lain antara mereka?

Tuhan, memangnya apa yang telah Wakasa lakukan pada Takemichi?

Mata Kisaki melotot, jangan bilang-

"-tidak, Kisaki. Apapun yang ada di dalam pikiranmu itu bukan itu yang terjadi, ah, aku baru saja ingat jika Ibuku mengirimiku pesan untuk segera kembali. Jadi sebelum Hanma datang, kalian tidak usah kemana-mana dulu. Menurut perkiraan cuaca akan terjadi badai beserta petir dan angin ribut."

Wakasa meneguk air putihnya hingga habis, ia menarik napas dalam-dalam sebelum beranjak dari sana. Namun hanya sebuah pertanyaan singkat dari Takemichi, mampu buat ia teesedak ludahnya sendiri.

Berapa kali dirinya harus memalukan diri sendiri?

"Loh, bukannya Ibu kakak udah-berpulang?"
.
.
.
.
.
𝐖𝐚𝐤𝐚𝐬𝐚 𝐢𝐬 𝐚 𝐠𝐮𝐝 𝐛𝐨𝐲.
𝐊𝐫𝐢𝐭𝐢𝐤 𝐝𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐝𝐢𝐩𝐞𝐫𝐬𝐢𝐥𝐚𝐡𝐤𝐚𝐧...

Wabi-Sabi [MAITAKE]Where stories live. Discover now