41

204 37 4
                                    

Tachibana Naoto merengut menatap foto bukti KTP di hadapannya, ia menilai setiap lembar foto yang menyajikan beberapa kasus dalam kurun waktu kurang dari sebulan ini.

Mulai dari kasus pembakaran di salah satu vet, perusakan beberapa toko, kasus pembobolan rumah dan yang terakhir kasus penganiayaan terhadap empat orang remaja.

Dan semuanya terhubung pada satu orang, Hanagaki Takemichi.

Ia tidak terkejut, Naoto tahu sekali jika pemuda berambut hitam tersebut memang selalu menarik bagi permasalahan yang ada. Mungkin, jika bisa disamakan, ia seperti salah satu karakter di komik Conan. Di mana Conan mendapatkan julukan dewa kematian, karena di manapun ia berada akan selalu ada kasus pembunuhan.

Dan lagi, empat remaja yang menjadi korban penganiayaan juga mengenal dekat pria tersebut. Semua—semua kasus ini memang ada hubungannya dengannya, entah apa yang sebenarnya terjadi tapi ia yakin jika ada seseorang atau sekelompok orang yang memang sedang menargetkan Takemichi.

"Ah, memikirkan ini lebih sulit dengan tugas sekolah dulu."
.
.
.
.
.
Takemichi menatap teman-temannya yang terbaring di atas ranjang rumah sakit dalam diam, ia meringis mendapati kenyataan jika orang-orang ini adalah korban dari penganiayaan beberapa hari yang lalu. Entah apa tujuan si pelaku tersebut, motif yang dimiliki juga tidak terlalu jelas.

Saat mendapati kabar jika ke empat temannya ini masuk rumah sakit, jantung Takemichi seakan berhenti berdetak untuk sekian detik. Ia yang tengah berkutat dengan tugas kampusnya, langsung melesat pergi ke rumah sakit dengan kecepatan penuh.

"Aku seperti dipukul oleh palu godam saat mendapati kabar kalian masuk rumah sakit," Itu adalah kalimat yang pertama Takemichi berikan pada empat temannya.

Ia bersyukur setidaknya luka yang diderita mereka tidak terlalu parah, tidak ada kerusakan berarti dan mereka bisa keluar dalam beberapa hari. Itu seperti oase di tengah gurun pasir, setidaknya Takemichi tidak menangis hari itu.

"Kalian harus cepat sembuh, setelah itu akan aku traktir makananan enak. Oke?"

Chifuyu yang saat itu masih terbangun hanya bisa tertawa tanpa suara, setelahnya ia terbatuk kecil dan meminta untuk segera diberi air. Lebih baik rasanya saat tenggorokannya yang kering diberi siraman, ia genggam tangan Takemichi dengan erat dan menatap mata itu dengan sorot yang tidak ia mengerti.

"Michi, apa kamu sudah dengar siapa pelakunya?"

Takemichi menggeleng, jujur saja ia belum sempat bertanya lebih pada para polisi. Naoto—salah satu polisi yang ia kenal juga tidak memberikan keterangan lebih lanjut padanya. Jadi ia mengira jika ini hanya ulah oknum yang menyerang secara acak.

"Tidak, aku belum mendengar kabar apapun dari mereka. Eh, atau kamu tahu? Jika kamu tahu segera—"

"—tidak," potong Chifuyu cepat.

"Kamu yakin? Mungkin aku bisa minta bantuan dari Manjiro, aku yakin dia bisa melacak—"

"—Takemichi, jika kau bilang bahwa pelakunya adalah anak buah Bonten, apa kamu percaya?" Chifuyu tiba-tiba saja bertanya tanpa ragu, dalam diamnya ia ingin melihat reaksi yang diberikan oleh sahabatnya ini.

"Apa? Aku tidak—tunggu, jadi maksudnya jika Bonten ada hubungannya dengan penculikan kalian?" tanya Takemichi ragu.

'Katakan tidak, aku mohon. Jangan sampai itu benar, ayo katakan; kau salah. Bukan mereka, kok.'

"Bodoh, tentu saja tidak." Chifuyu tertawa kencang setelahnya, ia tergelak melihat raut wajah pucat Takemichi sekarang. "Aku bercanda 𝘢𝘪𝘣𝘰, kekasihmu itu tidak memiliki urusan dengan kita lagi sekarang. Jadi berhentilah khawatir akan kalimat ku barusan," Sambung Chifuyu dengan cepat.

Takemichi sendiri masih memproses setiap kalimat yang keluar dari bibir Chifuyu, lalu setelahnya ia tertawa namun yang terdengar hanyalah suara tawa canggung yang tidak enak untuk didengar.

"Jangan berkata hak yang tidak mungkin lagi, aku tahu jika Mikey tidak mungkin menyakiti kalian. Oh," Takemichi bangkit dari duduknya, "Aku harus pulang, besok ada kelas pagi. Setelahnya aku akan kesini lagi, oke?"

Dengan cepat Takemichi keluar dari ruangan tersebut setelah memeluk Chifuyu, ia tidak memperdulikan etika yang seharusnya ia berikan tadi. Perasaannya menjadi tidak tenang, apalagi semenjak hari di mana Manjiro berkunjung ke kosannya. Ia terlihat agak aneh, lebih aneh dari yang biasanya.

Mungkin ini hanya perkiraannya saja, tapi jika benar apa yang dikatakan Chifuyu, maka Takemichi yang akan menghadapi mereka langsung.
.
.
.
.
.
𝐊𝐨𝐧𝐟𝐥𝐢𝐤 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐠𝐞𝐫𝐚 𝐭𝐞𝐫𝐛𝐢𝐭, 𝐱𝐢𝐱𝐢𝐱𝐢

𝐊𝐫𝐢𝐭𝐢𝐤 𝐝𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐝𝐢𝐩𝐞𝐫𝐬𝐢𝐥𝐚𝐡𝐤𝐚𝐧...

Wabi-Sabi [MAITAKE]Where stories live. Discover now