Sanzu memakirkan mobil hitam miliknya di depan lapangan bola, dengan wajah yang berkerut tidak senang ia turun dari dalam mobil disusul kembar Haitani.
Urat-urat pada pelipisnya terlihat jelas menonjol, 𝘳𝘦𝘷𝘰𝘭𝘷𝘦𝘳 hitam miliknya sudah berasa dalam genggaman. Ia sudah siap membidik siapa saja yang akan keluar dari pintu bernomor 08 tersebut.
"Persetan dengan milik ketua, aku tidak akan tinggal diam jika ada yang mengganggu—"
"Sanzu, Takemichi tidak mengganggu. Sebaiknya jaga amarahmu, kita datang ke sini hanya untuk bertanya di mana ketua berada."
Sanzu mendelik, mengabaikan kalimat yang keluar dari mulut Kakucho. "Persetan dengan itu, dari awal sekali hubungan mereka memang harus berakhir."
Kembar Haitani tidak bersusah payah untuk ikut dalam obrolan absurd mereka, lagipula siapa juga yang ingin mencari masalah dengan Sanzu—pria gila yang menyukai darah.
Kakucho menghela nafas pelan, untuk sekali saja dirinya berharap jika Takemichi bisa selamat atau setidaknya ia bisa menghajar Sanzu.
Belum sempat Sanzu berteriak, pintu bernomor 08 tersebut terbuka. Seorang pria berperawakan kecil terlihat dengan wajahnya yang baru bangun dari tidur, di wajahnya terukir senyum bodoh yang menyilaukan mata.
"Halo, selamat pagi Bonten-san."
KAMU SEDANG MEMBACA
Wabi-Sabi [MAITAKE]
Random- 𝐰𝐚𝐛𝐢-𝐬𝐚𝐛𝐢 (侘) (𝐧.) 𝐭𝐡𝐞 𝐛𝐞𝐚𝐮𝐭𝐲 𝐨𝐟 𝐢𝐦𝐩𝐞𝐫𝐟𝐞𝐜𝐭𝐢𝐨𝐧: 𝐭𝐡𝐞 𝐚𝐜𝐜𝐞𝐩𝐭𝐚𝐧𝐜𝐞 𝐨𝐟 𝐭𝐡𝐞 𝐜𝐢𝐫𝐜𝐥𝐞 𝐨𝐟 𝐥𝐢𝐟𝐞 𝐚𝐧𝐝 𝐝𝐞𝐚𝐭𝐡 𝐧𝐨𝐭𝐞𝐬 • all characters belongs to Ken Wakui • contains harsh words • contains...