38

216 39 10
                                    

Sore harinya Takemichi baru pulang dari rumah Kisaki, ia memasuki kamar kost-nya dengan pandangan lesu. Takemichi memilih abai pada setiap penghuni yang sedari tadi menyapanya, sudah lelah dengan kenyataan kehilangan Summer, sekarang ia juga menjadi pengangguran lagi.

Kelapanya pusing dan demam menerpa tubuhnya, padahal saat dirinya masih di rumah Tetta, ia dalam keadaan jauh lebih baik. Tapi sekarang...

"Aku lelah," Takemichi menjatuhkan tubuhnya di atas kasur. Ia menyembunyikan wajahnya pada boneka elmo merah yang diberikan oleh Mikey.

Matanya hampir terpejam jika suara yang ia halusinasi kan bukanlah milik kekasihnya, iya, dirinya yakin jika itu hanya halusinasi semata.

"Michi, kamu tidak mau melihatku?"

Tepukan pada pantatnya membuat ia terbangun, Takemichi menoleh ke belakang dan mendapati Manjirou tengah berdiri di samping kasurnya dengan melipat tangannya di depan dada.

Ada raut tak terbaca dari wajah Takemichi, biasanya ia akan langsung menghampiri pemuda terserah dan memeluknya dengan kencang. Namun alih-alih memeluknya, Takemichi memilih untuk menangis di hadapan Mikey.

Suasana menjadi canggung, pasalnya Mikey tidak pernah melihat Michi menangis. Bahkan saat pemakaman orangtuanya pun Takemichi tidak menunjukkan kesedihan yang berarti, makanya saat mendapati Takemichi menangis dengan kencang, ia bingung harus berbuat apa.

"Kak Sano, Summer-nya pergi..."

Summer?

Siapa lagi itu?

"Jangan bilang lu-lupa sama Summer?"

Yah, memang sih.

Takemichi menangis makin kencang, entah dorongan apa, Manjirou beranjak untuk memeluk tubuh itu guna menenangkannya. Ia menepuk punggung itu dan sesekali mengucapkan kata penghibur, sepertinya ia sedikit lebih harus berhati-hati jika Takemichi sedang dalam keadaan sensitif.

"𝘋𝘰𝘯'𝘵 𝘤𝘳𝘺 𝘴𝘯𝘰𝘸𝘮𝘢𝘯, 𝘯𝘰𝘵 𝘪𝘯 𝘧𝘳𝘰𝘯𝘵 𝘰𝘧 𝘮𝘦, 𝘸𝘩𝘰'𝘭𝘭 𝘤𝘢𝘵𝘤𝘩 𝘺𝘰𝘶𝘳 𝘵𝘦𝘢𝘳𝘴 𝘪𝘧 𝘺𝘰𝘶 𝘤𝘢𝘯'𝘵 𝘤𝘢𝘵𝘤𝘩 𝘮𝘦 𝘥𝘢𝘳𝘭𝘪𝘯𝘨."

Ragu, Mikey melirik lewat ekor matanya. Tidak ada tanggapan dari yang bersangkutan, tapi justru tangisannya tidak sekeras tadi.

"Suara kakak jelek, salah nada juga."

Bagaikan tersambar petir di siang bolong, ucapan polos Takemichi tepat mengenai jantungnya. Memang dari awal tidak seharusnya ia—

"—tapi Michi suka, lanjut lagi kak. Michi mau rekam terus jadiin lagu tidur Michi, sekalian Michi mau pamerin ke anak buah kakak."

Mata Mikey menyipit tajam, ia melepas peluk tersebut dan menatap Takemichi yang sudah tidak menangis lagi. Kupingnya gatal saat kalimat tadi terdengar olehnya, mau ditaruh mana mukanya jika anak buahnya mendengar suara sumbangnya?

"Jangan—jangan pernah ngelakuin itu, kamu bakal menyesal."

"Haha, aku bercanda kak. Lagian ini hal eksklusif yang bisa aku dapatin, yakali aku mau bagi-bagi."

Takemichi kembali memeluk pria tersebut, ia tersenyum kecil sembari bersembunyi di balik ketiak Manjirou. Padahal baru tadi ia bersedih karena kehilangan pekerjaan dan Summer, tapi sekarang ia bisa tersenyum lagi hanya karena nyanyian sumbangnya.

"Terima kasih kak Sano, aku senang kakak kemari."

Hari itu Takemichi lewati dengan senyum yang berada di wajahnya, terima kasih untuk kak Sano yang sudah menemani dirinya dalam melewati waktu yang melelahkan itu.
.
.
.
.
.
𝐓𝐞𝐬... 𝐓𝐞𝐬...
𝐖𝐨𝐫𝐤 𝐤𝐞𝐝𝐮𝐚 𝐬𝐞𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐰𝐚𝐛𝐢-𝐬𝐚𝐛𝐢, 𝐬𝐢𝐥𝐚𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐢𝐛𝐚𝐜𝐚 👍

𝐊𝐫𝐢𝐭𝐢𝐤 𝐝𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐝𝐢𝐩𝐞𝐫𝐬𝐢𝐥𝐚𝐡𝐤𝐚𝐧...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Wabi-Sabi [MAITAKE]Where stories live. Discover now