𝐖𝐡𝐚𝐭 𝐢𝐟?

234 30 2
                                    

𝐁𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐮𝐩𝐝𝐚𝐭𝐞, 𝐡𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐥𝐚𝐧𝐣𝐮𝐭𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 '𝐰𝐡𝐚𝐭 𝐢𝐟' 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦𝐧𝐲𝐚. 𝐊𝐚𝐥𝐚𝐮 𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐛𝐚𝐜𝐚 𝐝𝐢𝐛𝐚𝐜𝐚 𝐝𝐮𝐥𝐮, 𝐤𝐚𝐫𝐞𝐧𝐚 𝐢𝐧𝐢 𝐬𝐚𝐦𝐛𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚.

Matahari menjulang tinggi, sapuan lembut angin menerpa wajahnya. Senyum tidak henti ia berikan pada pemandangan di hadapannya, sebulan berlalu semenjak ia keluar dari rumah sakit dan sekarang Takemichi sedang merasakan senangnya liburan.

Terima kasih pada Koko—kekasih Inupi, ia telah berbaik hati memberikannya tiket liburan selama seminggu untuk dirinya dan Mikey. Tentu saja, memangnya siapa lagi?

Ha, inginnya kan dirinya berlibur bersama teman-temannya tapi kenapa berakhir bersama ketua Bonten tersebut?

"Ini sudah siang, waktunya kamu istirahat." Mikey datang dengan membawa payung di tangannya, tangan satunya lagi ia ulurkan pada Takemichi untuk digenggam. "Kita kembali ke dalam," bujuknya pada Takemichi.

"Aaaa, Manjiro, aku masih mau lihat ikan."

"Kita bisa membuatnya nanti di rumah," Mikey menarik pelan tangan Takemichi guna membantunya berdiri, "Michi?"

"Tapi kita tidak tinggal satu atap," Takemichi menggenggam tangan Mikey. Dengan sekali tarik, tubuhnya sudah berdiri sempurna. "Bilang pada Koko untuk buatkan akuarium mini di rumahku saja, ya? Aku juga mau makan kepiting, boleh?"

Mikey mengangguk kecil, mengiyakan permintaannya kecil dari keka—calonnya ini. Hhh, entah harus menunggu sampai kapan dirinya bisa memiliki Takemichi seutuhnya.

"Jangan berwajah cemberut, nanti aku kasih poppo yang banyak." Takemichi berujar setengah bercanda, ia menyubit kecil pipi Mikey dan menariknya pelan. Sebenarnya, ia hanya ingin melihat senyum dari wajah suram itu.

"Ya, akan aku tagih nanti." Ujar Mikey tersenyum licik.

                     »»————><————««

Genit.

Itu adalah kata yang pertama terlintas dalam otak kecilnya saat beberapa pelayan tengah melayani mereka, jujur saja ia tidak senang.

Ia tidak suka saat miliknya dipandangi dalam kurun waktu yang lama, apalagi dengan sengaja menurunkan kerah seragamnya seperti itu. Apa dia gila?

Yah, walaupun Mikey tidak perduli akan hal itu tapi baginya ini sangat tidak bisa ia biarkan. Katakanlah ia pencemburu, karena nyata ia selalu dan akan selalu jatuh cinta pada Manjiro dari linimasa manapun.

Melihat tingkah laku yang ditunjukkan oleh Michi, Mikey sangat paham betul bahwa pemuda manis tersebut sedang menahan cemburu. Ia tersenyum dalam hati, memang harus seperti itu jika ingin menjadi miliknya.

Sendok terjatuh, suaranya cukup nyaring untuk mendapatkan perhatian dari para pelayan. Anehnya, tidak ada satupun yang bergerak untuk sekadar membantunya. Tapi itu tidak masalah, ia punya seribu satu cara untuk mengganggu mereka.

"Sendok saya jatuh, tolong ambilkan yang baru." Ujar Michi sembari melihat para pelayan.

Satu pelayan pria mendekat padanya, ia mengambil sendok yang terjatuh dan segera menggantikannya dengan yang baru. Seolah belum cukup, Takemici dengan sengaja menyenggol gelas minum yang berisi air putih. Ia tersenyum tipis, "Michi gak sengaja. Tolong bersihkan, ya."

Kali ini pelayan wanita yang sedari tadi mencuri pandang pada kekasihnya, ia mendekat dan dengan segera membersihkan tumpahan air tersebut. Ia menggumam terima kasih dan kembali memakan sajian yang ada di piringnya.

"Saya gak mau makan 𝘥𝘦𝘴𝘴𝘦𝘳𝘵 yang ini, saya mau puding. Puding jeruk dengan coklat, tolong diganti sekarang, ya?"

"Michi?"

Takemichi menoleh cepat ke arah suara, "aku tidak minta sesuatu yang tidak mungkin bisa mereka berikan. Apa aku salah?" Mikey tahu wajah itu, wajah tidak bersalah yang selalu ia berikan pada siapapun untuk mendapatkan apa yang ia mau.

Ketimbang ribut, Mikey lebih memilih untuk diam dan menyuruh para pelayan untuk mengganti makanan penutup dengan yang Michi mau. Kebetulan sekali ia mengenal sosok yang memasak makanan untuk mereka hari ini, sedikit kerjaan mungkin tidak masalah jika ia berikan padanya.

"Ada lagi yang kamu inginkan, Michi?"

Takemichi mengetuk pinggiran meja pelan, ia bergumam kecil hingga hanya terlihat mulutnya saja yang bergerak tidak jelas. Lalu setelahnya ada sentakan kecil dari sebrang sana, "Kak Manjiro, kakak mau apa?"

'Eh?'

Kenapa mendadak sekali?
.
.
.
.
.
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐚𝐭𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐝𝐚 𝐤𝐞𝐧𝐚𝐩𝐚 𝐠𝐚𝐤 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐜𝐚𝐩𝐚𝐢 𝐬𝐞𝐫𝐢𝐛𝐮, 𝐲𝐚? 𝐈𝐧𝐢 𝐭𝐮𝐡 𝐜𝐮𝐦𝐚 𝐚𝐝𝐚 𝐥𝐢𝐦𝐚 𝐫𝐚𝐭𝐮𝐬 𝐤𝐮𝐫𝐚𝐧𝐠, 𝐦𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐚𝐝𝐚 ±𝟑𝟎𝟎.

𝐒𝐞𝐦𝐨𝐠𝐚 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐬𝐮𝐤𝐚, 𝐤𝐫𝐢𝐭𝐢𝐤 𝐝𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐝𝐢𝐩𝐞𝐫𝐬𝐢𝐥𝐚𝐡𝐤𝐚𝐧.

Wabi-Sabi [MAITAKE]Where stories live. Discover now