BAB 60 (END)

22.1K 1.1K 69
                                    

💔

Penguburan jenazah Alsa Emiliana akan dilakukan pada sore hari. Tepat setelah sholat dzuhur. Setelah disholatkan di mesjid yang ada di komplek perumahan, jenazah itu pun dibawa menuju TPU menggunakan mobil ambulance. Rencananya Alsa akan di makamkan disamping bundanya, Ranti.

Bima dan Kenan ikut di dalam mobil ambulance. Keduanya terdiam dengan tatapan tertuju pada keranda yang ditutupi kain berwarna hijau. Kenan belum mengganti pakaiannya sejak tadi, masih menggunakan seragam putih abu-abunya. Sementara Bima memakai pakaian serba hitam.

Alsa, kenapa tega ninggalin papa?

Kamu nggak mau tinggal sama papa, ya?

Padahal papa senang banget saat pertama kali ketemu dan ngelihat kamu waktu itu. Apa lagi saat kamu mau tinggal di rumah papa, kebahagiaan papa tidak bisa diucapkan dengan kata-kata. Tapi kenapa kamu tega ninggalin papa? Kamu nggak betah ya sama papa?

Kenapa kamu lebih memilih nemuin bunda kamu dari pada harus tinggal sama papa?

Apa papa ada salah salah sama kamu? Kalau memang iya, papa minta maaf, nak.

Bima mengucapkan kata-kata itu dalam hatinya.

Mobil Ambulance berwarna putih yang membawa jenazah Alsa kini berhenti tepat didepan area pemakaman.

Bima dan Kenan turun dari mobil, lalu keduanya membantu beberapa orang untuk mengangkat keranda jenazah, membawanya masuk ke dalam area pemakaman.

Para pelayat sudah banyak yang berkumpul ditempat itu. Termasuk beberapa sahabat Bima, beberapa guru dan kepala sekolah. Tak ketinggalan teman-teman kelas Alsa juga banyak yang datang. Begitu pun dengan Luna, Rena dan Lia yang ternyata juga turut datang ke tempat itu.

Pihak sekolah memang sempat mengumumkan jika ada salah satu murid yang meninggal dunia. Dan Mereka benar-benar tidak menyangka  jika murid yang dimaksud, Alsa Emiliana Mahesa. Anak pemilik sekolah, sekaligus gadis yang sering dibully. Yang paling mengagetkan dan menggemparkan lagi, orang yang mereka bicarakan viral di media sosial tak lain dan tak bukan ternyata adalah Alsa.

Setiap langkah yang dilalui terasa sangat berat untuk Bima. Tidak pernah terbesit dalam bayangannya jika dia akan mengantar putrinya ke tempat peristrahatan terakhirnya.

Dosa apa yang yang ia perbuat dimasa lalu, hingga Tuhan memberinya cobaan seberat ini. Mengambil semua orang yang disayanginya.

Pertama istrinya.

Dan yang kedua putrinya.

Kehilangan seseorang yang sangat disayangi benar-benar sangat menyesakkan untuk Bima.

Kenapa Tuhan tidak mengambil nyawanya saja? Kenapa harus orang-orang yang disayanginya?

Semengara itu, Kenan berjalan pelan dengan wajah datar seperti biasanya. Namun tak bisa dipungkiri jika kesedihan terlihat jelas di mata laki-laki itu, pun dengan hatinya yang teramat sangat sakit.

Keranda di letakkan diatas tanah setelah mereka tiba di lubang yang telah digali itu. Bima bersama dua orang laki-laki turun keliang lahat itu. Sementara Kenan berdiri diam ditempatnya.

Jenazah Alsa perlahan di turunkan. Bima mengangkat bagian kepala putrinya yang sudah dibungkus kain kafan berwarna putih, lalu meletakkan kepala putrinya di atas tanah dengan posisi miring ke arah kiblat, secara lembut. Setelahnya, Bima melepaskan tali pengikat dan terlihatlah wajah putrinya.

"Ya Tuhan,..."

Bima tak kuasa lagi menahan tangisannya. Laki-laki yang terkenal dingin itu, menangis sesegukan seraya mengecup kening putrinya beberapa kali.

BERBEDA JIWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang