BAB 27

17.8K 1.1K 30
                                    

Seminggu telah berlalu setelah kejadian itu. Dan sudah selama itu juga Alsa tidak masuk sekolah. Tapi hari ini,  ia akan kembali bersekolah.

Selama tinggal di rumah Om Bima, Alsa sudah mulai terbiasa. Tapi ia belum sepenuhnya bisa melupakan kejadian itu.

Ada saat-saat tentu Alsa kembali mengingat bunda Ranti saat tergeletak di atas lantai bersimbah darah. Dan itu kadang membuatnya kembali menangis histeris. Berutung ada Papa dan kak Kenan yang selalu menenangkannya.

Alsa juga sudah mengubah panggilannya kepada Bima yang awalnya memanggil ayah, sekarang sudah berubah menjadi papa. Mereka berdua sangat dekat, seperti hubungan ayah dan anak pada umunya. Tidak ada kecanggungan lagi, seperti saat pertama kali ia datang di rumah ini.

Dengan Kenan? Alsa juga sudah sangat dekat dengan laki-laki datar itu. Ia sangat suka menganggu Kenan jika sedang berada di rumah.

Intinya Alsa Sudah tidak merasa canggung lagi berada di rumah ini.

"Kak Ken," Alsa yang sudah rapi dengan seragam putih abu-abunya, masuk ke dalam kamar kenan tanpa memberikan salam atau mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Uhuy, kak kenan!" Panggilnya lagi, tapi sang pemilik nama tidak terlihat dimana pun, suaranya juga tidak terdengar.

"Kenapa?" Tanya Kenan yang baru saja keluar dari kamar mandi sudah lengkap dengan seragam sekolahnya.

Alsa menoleh pada Kenan, dan ia berdecak saat melihat wajah laki-laki itu, "Tu muka napa datar mulu sih?! Senyum dong,"

"Mau ke sekolah bareng?" Bukannya menuruti gadis itu, Kenan malah bertanya hal lain. Dan itu membuat Alsa lagi-lagi berdecak dalam hati.

Sekali-kali tu muka di buat senyum, apa susahnya sih? Dasar laki-laki datar tripleks!

"Nggak mau." Alsa menolak.

"Kenapa?" Sebelah alis Kenan terangkat.

Tidak ingin membuat para barisan pens-pens Kenan di sekolah, menganggunya. Cukup si ondel-ondel bersaudara saja yang selalu mencari gara-gara denganya. Jangan ditambah lagi. Bisa-bisa ia stress dan mati muda menghadapi kegilaan para menggemar Kenan dan kawan-kawan.

"Aku nggak mau pens-pens kak kenan tau kalau aku ini adiknya kakak.  Bisa-bisa aku digangguin terus. Aku tu pengen hidup tenang, damai dan sentosa." Jawab Alsa.

Sekedar info, Alsa dan kenan juga sudah tidak memakai kata lo gue saat berbicara. Itu atas perintah sang tuan besar tentunya. Jadi Alsa sebagai Anak yang baik dan rajin menanabung, menurut saja.

"Okey, kalau itu mau kamu." Jawab Kenan seraya menganggukkan kepalanya mengerti.

Setelah itu, laki-laki tampan itu pun mengambil tas ransel dan menyampirkan dibahu kirinya. Tak lupa pula ia juga mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja. Kemudia mengajak Alsa untuk keluar dari kamarnya.

Keduanya berjalan menuruni tangga ke lantai satu menuju Meja makan. Di sana ternyata sudah ada Bima yang menunggu anak-anaknya.

"Pagi sugar deddy," Sapaa Alsa kemudian menarik kursi yang berada di samping papanya lalu duduk dengan nyaman. Sedangkan Kenan duduk di kursi yang berada tepat di depan adiknya.

Bima terkekeh mendengar panggilan putrinya. Beberapa hari ini Alsa memang selalu memanggilnya sugar seddy, karna ia juga sesekali akan memanggil putrinya sugar beby.

"Pagi juga sugar beby," Sahut Bima seraya menoleh pada sang putri. "Sarapan dulu," Lanjutnya.

"Iya, sugar deddy." Alsa pun mulai menikmati sepiring nasi gorengnya. Begitupun dengan Kenan, tapi laki-laki datar itu hanya memakan roti saja.

BERBEDA JIWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang