BAB 8

28.7K 2K 18
                                    

🖤


Kedua remaja yang tadi bolos sekolah,  sekarang sudah berada di warung penjual bakso di pinggir jalan. Keduanya duduk saling berhadapan di pojok warung, dengan satu mangkok bakso serta satu gelas es teh manis dihadapan masing-masing.

Sebenarnya, Leon ingin mengajak Alsa untuk makan di restoran yang sering ia datangi bersama teman-temannya. Tapi gadis itu menolak dengan alasan mulutnya tidak terbiasa memakan makanan yang di jual di restoran, lebih suka makan bakso di pinggir jalan. Dan Leon menurut saja.

"Cowoknya si ondel-ondel nyeremin banget," Alsa memulai pembicaraan.

Leon mengeryitkan dahi, "Ondel-ondel siapa?" Tanyanya bingung.

"Rena-Rena itu loh. Lo nggak liat ya bedak dimukanya tebal bat, kek ondel-ondel." Jawab Alsa, lalu menyendokkan kembali sebiji bakso ke dalam mulutnya.

Kekehan pelan terdengar keluar dari mulut Leon. Sangat lucu menurutnya mendengar gadis itu memanggil Rena dengan sebutan ondel-ondel.

Alsa menghentikan acara makannya. Ia menggeser mangkok bakso yang isinya tinggal sebiji, menjauh dari hadapannya. Setelah itu, ia menumpukan dagunya di atas tangan.

"Gue heran deh, kenapa tu ondel-ondel bersaudara selama ini selalu gangguin gue? Pake acara ngadu segala lagi sama pacarnya. Padahal kan gue nggak pernah gangguin mereka. Yang ada gue yang di gangguin mulu. Ihh, kesel gue. Gatel tangan gue pengen nonjokin mereka lagi." Cerocos Alsa setelah mengingat kembali geng ondel-ondel.

Ya, mulai sekarang Alsa akan menjuluki Rena dan teman-temannya, geng ondel-ondel.

Eh, atau Alsa si pemilik tubuh yang Asli pernah membuat masalah dengan geng ondel-ondel, sehingga sering di bully? Tapi sepertinya tidak mungkin, karna Alsa tipe gadis lemah dan menye-menye.

Tapi bisa saja Alsa si pemilik tubuh yang asli emang pernah melakukan sesuatu yang membuatnya dibully. Soalnya ia baru beberapa hari menempati tubuh ini.

Sepertinya, ia harus bertanya pada Tania, karna hanya cewek itu yang mau berbicara padanya dikelas selain Dean. Tania juga terlihat baik.

Baiklah, ia harus bertanya pada cewek itu.

Alsa kembali menatap Leon, "Lo pernah nggak, liat gue nyari masalah sama tu ondel-ondel?" Tanyanya.

Leon mengendikkan bahu. Ia juga tidak mengetahui penyebab sehingga Alsa menjadi target bullyan.

Yang Leon tahu, alasan awalnya di bully hanya karna Alsa bukan anak orang kaya, dan bersekolah di SMA PELITA JAYA memakai jalur beasiswa. Hanya itu yang ia tahu.

Karna jujur saja, Ia dan keempat temannya tidak pernah ikut campur jika Rena dan pacarnya membully orang lain.

"Kayaknya nggak pernah deh." Jawab Leon.

"Tu kan gue nggak pernah gangguin tu ondel-ondel." Ucap Alsa dengan nada suara kesal. "Atau jangan-jangan mereka iri sama kecantikan paripurna gue?" Lanjut Alsa percaya diri.

Leon hanya diam saja. Enggan menanggapi ucapan gadis yang memiliki tingkat kepercayaan diri yang sangat tinggi. Melebihi tingginya gedubg burj khalifah di dubai sana.

"Cowoknya si ondel-ondel juga, astaga bikin gue emosi. Main pukul aja. Dikira ni pipi nggak sakit apa yak kalau di pukul. Ckckck, udah jelek Brandalan lagi. Emang cocok tuh mereka berdua." Alsa kembali menggerutu.

Jujur, Alsa masih sangat kesal, karna gara-gara si brandalan itu, pipinya yang mulus jadi lebam. Tapi ia senang sudah membalas laki-laki itu.

"Pokoknya kalau mereka cari gara-gara lagi sama gue, gue pites satu-satu!! Gue bejek-bejek ampe tu geng ondel-ondel jadi kerupuk, kalau di injek langsung remuk melebur." Lanjut Alsa Lagi. Ia ingin mengeluarkan semua Unek-unek kekesalannya.

BERBEDA JIWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang