Konspirasi Alam Semesta: 29

7.8K 1K 44
                                    

Lima bulan semenjak peristiwa dimana Ayun dan Rama berhasil keluar dari permasalahan hidup keduanya. Tidak ada lagi nama Amithya dalam hidup mereka, tidak ada lagi perjanjian dengan Jaga Sukma, yang berhubungan dengan Amithya. Tetapi Ayun tidak berhenti berpikir sampai situ.

Ia terus mengingat ucapan Rama, tentang penerus tahta. Seolah-olah ucapan Rama, seperti akan segera tiba waktunya, saat Rama tidak lagi bersama dirinya, di sekitarnya.

Lantas apa yang sebenarnya akan terjadi?

Hubungan Ayun dan Rama membaik, hanya saja ada beberapa waktu ketika Ayun harus mengingat tentang penerus tahta yang dibicarakan beberapa saat yang lalu. Ayun hanya ingin keluarganya utuh, meskipun Ia tidak tahu akan apa yang terjadi saat proses pemilihan penerus tahta, yang bisa Ia lakukan kini hanya mencecar Rama dengan berbagai pertanyaan, yang terkadang menimbulkan pertengkaran kecil.

"Kalau kamu tidak pernah bisa jujur, Mas. Lalu aku harus apa?"

"Saya harus cerita apa lagi, Yun? Saya sendiri hanya tahu sebatas itu. Tolong kurangi rasa takutmu dan hindari pertengkaran seperti ini."

"Kamu selalu seperti ini.. mana perubahan yang kamu bilang, Mas? Kalau tahu seperti ini, waktu itu aku tidak batalkan perjanjianku dengan...."

"CUKUP PEMBAYUN!!"

Ayun terkejut, lalu Ia sadar apa yang diucapkannya salah. Ayun terlalu lelah, sepertinya Ia mengalami baby blues karena kurang beristirahat merawat Ryan, anaknya. Ditambah Ia harus terus memikirkan nasib suaminya, mengenai perjanjian penerus tahta kerajaan.

"Sudah saya peringatkan, jangan kamu bawa-bawa lagi masalah yang berhubungan dengan nyawamu. Saya tidak main-main, Yun! Kamu lihat akibatnya kalau masih membicarakan tentang hal itu!"

Rama pun keluar dari kamar, meninggalkan Ayun yang diam termenung. Tidak, Ayun tidak lagi mudah menangis seperti dulu, Ia cukup tegar. Mungkin karena taruhan nyawanya sudah tidak berarti, karena sudah Ia rasakan saat melahirkan putranya.

Rama memerintahkan dua pengasuh Ryan, supaya masuk ke kamar menggantikan Ayun. Rama paham betul apa yang dirasakan Ayun, maka dari itu, Ia putuskan untuk memberi waktu luang Ayun agar bisa beristirahat. Saat ini Rama tengah bergegas menuju kediaman Kanjeng Raja di Balai Kedathon. Rama diperintahkan untuk segera menemui Kanjeng Raja karena satu dan lain hal.

Sayup-sayup Rama mendengar percakapan di dalam ruangan Kanjeng Raja.

"Rama? Apa yang bisa diharapkan dari anak Kanjeng Raja satu itu? Jangan kira aku tidak tahu perihal wanitanya dulu." Suara itu jelas mengganggu Rama, kala Ia hendak masuk ke dalam ruangan Kanjeng Raja, Ia terhenti di ambang pintu, hendak mendengarkan lebih lanjut, percakapan Kanjeng Raja dengan saudara sepupunya, Gusti Raden Mas Senopati atau yang biasa Rama kenal dengan sebutan om Seno.

"Bukan ranahmu! Berani-beraninya kamu menilai anakku!" Balas Kanjeng Raja setengah emosi.

"Bukan maksudku untuk menjelekkan, tapi kenyataannya beberapa sesepuh kita sudah tahu itu! Aku hanya ingin membantu Kanjeng Raja, supaya reputasi Keraton ini tidak jelek."

Rama hanya bisa tersenyum getir mendengarnya, padahal sudah Ia kira, bahwa jalannya untuk menjadi penerus Ayahnya tidak akan mudah. Hanya saja, Rama tidak mengira bahwa yang akan lebih dulu menjegalnya, justru keluarganya sendiri.

Tok.. tok!

Rama pun memberanikan diri untuk mengetuk pintu, setelah abdi dalem Kanjeng Raja mengizinkannya untuk masuk, Ia segera bergegas melangkah bertemu dengan Ayah dan Pamannya itu.

"Wah.. Rama.. apa kabar?" Sapa pamannya, Senopati. Pamannya itu berubah menjadi manis kala di hadapan keponakannya langsung.

Rama mengangguk, "Baik.. om sendiri bagaimana?"

Konspirasi Alam SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang