Konspirasi Alam Semesta: 26

10.3K 1.5K 146
                                    

Puluhan tahun yang lalu

"Cantik.. seperti wajahnya."

Perempuan itu tersenyum mendengar pujian. Agaknya sedikit canggung karena Ia sama sekali tidak mengenal pria paruh baya itu sebelumnya.

"Nak.. kelak kamu akan punya anak yang luar biasa."

"Oh ya? Anakku laki-laki atau perempuan?"

"Perempuan." Pria itu kemudian tersenyum.

"Apa yang luar biasa dari dirinya?"

"Banyak. Salah satunya kesetiaan. Itu menjadi kekuatannya.."

"Bukannya semua orang pasti setia ya? Apa yang menjadikan anak itu istimewa?"

"Iya, yang setia hanya di ucapan saja memang banyak. Tetapi setia yang satu ini sungguh luar biasa.."

"Apa itu? Kenapa bisa demikian?"

"Ya.. karena Ia akan rela menukarkan nyawanya untuk belahan jiwanya."

Kemudian perempuan itu berpikir, mengernyitkan dahinya, Ia sempat tidak paham sampai pada akhirnya, "Apa anak perempuanku akan mati?"

Pria paruh baya itu melihat ke atas, ke langit malam yang terlihat begitu biru kehitaman.

"Aku ditakdirkan untuk selalu bersamanya, mengiringinya, mendampingi sampai waktu itu tiba."

Perempuan itu masih terdiam.

"Tentu saja, semua keputusan ada padanya. Semua kekuatan hanya Ia yang simpan, semua bergantung padanya."

Perempuan itu tertunduk, "Kasihan sekali pasangannya kelak."

Pria itu tersenyum, "Ya. Ia akan kehilangan yang mendalam sampai gila, bila keputusan akhir yang diambilnya tidak tepat."

**
Dua hari menjelang persalinan Pembayun

Sudah tiga hari Rama berada di depan pendopo tempat Amithya tinggal sementara. Ia duduk diatas kakinya, di permukaan tanah. Selama tiga hari itu Rama tidak makan, minum dan tidak sedikit pun menginjakkan kaki dari situ. Hanya tetesan air hujan yang menyelamatkan kehausannya meskipun Ia juga menggigil kedinginan.

Tak apa, pikirnya. Hanya itu jalan satu-satunya untuk menyelamatkan wanita yang Ia cintai, sampai di malam terakhir Ia hampir jatuh pingsan seandainya Amithya tidak melewati jalan dimana Rama berlutut disana berhari-hari.

Hanya untuk bertemu Amithya.

Ya, untuk membatalkan perjanjian itu.

"Kamu benar-benar cinta sama dia rupanya, Mas?"

Rama terdiam kala itu, hanya rasa lemas, lapar, haus, dingin yang Ia rasakan.

"Aku iri kamu bisa mencintainya begitu dalam. Aku tahu Mas, dulu kamu memang mencintaiku, pernah. Tapi sekarang sudah tidak.."

Amithya mendekati wajah Rama dengan sedikit berlutut.

"Baik Mas, sudah cukup. Harga diri keluargaku sudah kamu bayar dengan kedatangan dan berlututnya Putra Mahkota Kekeratonan di hadapanku selama hampir tiga hari.."

"..pergilah Mas. Cari kebahagiaan barumu, cukup ingat aku sebagai masa lalumu. Maaf kalau aku sudah merusak semuanya."

Rama sedikit mendongakkan wajahnya dan menatap Amithya. Wajah Amithya memang lembut namun tersirat makna yang dalam, Rama tahu dari raut wajah itu bahwa banyak perjanjian yang dibuat Amithya dengan Jogo Sukmo, tapi itu sudah bukan urusannya.

Konspirasi Alam SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang