01

1.6K 147 0
                                    

"Jika dihitung, ini kencan kita yang ke sepuluh dalam tahun ini. Dua kali lebih banyak dibanding tahun sebelumnya," Takemichi menyeruput susu hangatnya, "terima kasih ya sudah mau sempatkan mampir ke rumah. Kalau aku tahu kamu ke sini bakal aku buatin makanan kesukaan kamu."

Mikey terkekeh kecil, sedikit ia merasa bersalah saat mendengar ucapan kekasihnya. Tapi tak mengapa, si kecil menerimanya dengan baik dan tidak protes. Jadi, ia harus banyak bersyukur akan hal itu.

"Besok saat mata ini terbuka, aku yakin sekali kalau kamu udah jauh di luar sana."

"Apa aku keluar saja dari Bonten?" gumam Mikey pelan.

Takemichi terbatuk, ia cukup terkejut dengan ucapan yang dikeluarkan oleh mulut tipis itu. Apa Mikey gila? Bonten itu hidupnya, kenapa bisa ia dengan enteng mengucap hal seperti tadi?

Bagaimana jika anggota dari Bonten tersebut mengetahui candaan konyol Mikey? Bisa-bisa ia dijadikan target pembunuhan selanjutnya. Sekalipun hubungan yang ia miliki bersama Mikey sudah ada sejak masa sekolah, bukan berarti anggota lainnya telah menerimanya.

Bisa berbincang dengan mereka saja merupakan anugrah baginya, tapi sial sekali jika mereka—anggota Bonten— membencinya hingga ke tulang-tulang.

Ah, malang sekali dirinya.

"Tidak lucu, mikey. Jika Sanzu mendengar, aku pasti dihadiahi tatapan bermusuhan."

Takemichi bergeser sedikit guna memeluk Mikey dari belakang, wajahnya ia istirahatkan pada pundak lebar sang kekasih. Aroma manis dan segar menguar saat hidungnya mengecup tulang selangka Mikey, "jangan tinggalkan mereka apapun yang terjadi."

Mikey berdecak, "aku lebih tidak bisa meninggalkanmu." ujarnya seraya mengusap batang hidungnya yang mancung pada helaian rambut hitam Takemichi.

"Hm, aku percaya."

"Ya, berjanjilah untuk tetap di sini maka aku tidak akan meninggalkan mereka."

Wabi-Sabi [MAITAKE]Where stories live. Discover now