S2. 24

2.6K 178 0
                                    

Cerita ini hasil pemikiran nyata penulis sendiri.  Maaf jika ada nama, tempat, latar dll.

Selamat membaca ini dan selamat menikmati cerita ini. Semoga kalian suka dengan cerita ini.
Terima kasih.

•••

Daniel pulang ke rumah dengan mobil yang ia kendarai dengan cepat. Pikirannya saat ini sedang kacau, terselip perasaan tak menentu di benaknya. Daniel terus melajukan mobilnya hingga tiba di kediaman miliknya.

Bergegas Daniel berlari masuk ke dalam rumah. Sesekali Daniel memanggil nama Alana dengan keras secara berulang. Berharap sang istri akan memberikan jawaban.

Namun sayang, setelah beberapa saat memanggil nama sang istri, Daniel tak menemukan jawaban sedikit pun.

Setelah mencari ke mana-mana, barulah disadari Daniel kalau Alana sedang tak berada di rumah. Tidak hanya Alana, Sarah, Nia, Susan, dan Bik Sum pun juga tak berada di rumah.

Wajah Daniel semakin terlihat cemas akan hal itu. Tidak ingin berputus asa, Daniel lalu mengeluarkan handphone miliknya dan mencoba untuk menelpon Alana kembali.

Nomor yang Anda tuju, sedang berada di luar jangkauan. Cobalah beberapa saat lagi.

Lagi-lagi yang terdengar hanyalah suara operator yang menjawab.

"Al, kamu di mana, sih? Pergi nggak ngasih kabar apa-apa. Kalau kamu kenapa-napa gimana, Al." Daniel bergumam pelan.

Tak ada lagi yang bisa ia pikirkan saat ini untuk mencari ke mana perginya Alana. Waktu seakan berjalan dengan cepat, membuat Daniel seakan tak memiliki harapan kembali.

Daniel terduduk di anak tangga dengan kepala yang merunduk ke bawah. Tangannya meremas rambutnya dengan kuat.

•••

Sementara di rumah sakit, Alana sedang ditangani dengan intensif oleh para dokter.

Di luar ruangan Alana dirawat, terdapat Bik Sum, Sarah, Nia, dan Susan yang sedang menunggu. Keempatnya terlihat bersedih atas kecelakaan yang menimpa Alana dan sang sopir.

Tadi, ketika sedang membersihkan rumah Bik Sum mendapatkan panggilan masuk dari nomor sang sopir yang mengantarkan Alana ke kantor Daniel.

Tanpa mencurigai apa pun, Bik Sum segera menerima panggilan tersebut. Bergegas Bik Sum mengajak Sarah dan yang lainnya ke rumah sakit usai si penelpon mengutarakan niatnya menelpon kepada Bik Sum.

Perhatian Bik Sum, Nia, Sarah, dan Susan teralihkan ketika pintu ruangan tempat Alana dirawat terbuka. Seorang dokter keluar dari dalam dengan sarung tangan yang masih belepotan dengan dengan darah.

Dokter tersebut segera menghampiri keempatnya dan menanyakan, "Apa di sini ada keluarga pasien? Keadaan pasien sangat parah, saya harus meminta tanda tangan keluarga pasien untuk tindakan yang lebih lanjut."

Keempatnya berdiri mematung, tak tahu harus berbuat apa. Sedetik kemudian, Sarah meminta sedikit waktu agar bisa menelpon ke nomor Daniel.

Sang dokter segera mempersilahkan Sarah untuk menelpon. Lalu tanpa membuang banyak waktu, Sarah mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya untuk menelpon ke nomor Daniel.

"Tuan! Nyo--nyonya, Tuan!" Sambil terisak, Sarah mencoba menjelaskan keadaan Alana sekarang.

"Alana? Alana kenapa, Sar? Alana kenapa?!" Dari seberang sana, Daniel bertanya dengan nada tinggi pada sarah.

Direktur Duda Tampan [End ✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang