20. Mamah!

3.4K 238 6
                                    

Cerita ini hasil pemikiran nyata penulis sendiri.  Maaf jika ada nama, tempat, latar dll.

Selamat membaca ini dan selamat menikmati cerita ini. Semoga kalian suka dengan cerita ini.
Terima kasih.

Follow IG: syhnbahy__


•••

"Papah!"

Pagi-pagi sekali Daniel terbangun karena teriakan sang anak. Buru-buru dirinya beranjak dari ranjang, dan berjalan untuk membuka pintu kamar miliknya.

Daniel bergegas mencari keberadaan sang anak. Dirinya khawatir kalau terjadi hal buruk pada anaknya itu.

"Papah!" Sekali lagi teriakan dari sang putri membuat Daniel kelimpungan. Buru-buru Daniel berjalan menuju sumber suara.

"Kenapa?! Kenapa?!" Daniel bertanya heboh usai mendapati Al yang sedang berdiri ketakutan di atas kursi makan.

Tanpa menjawab, Al menunjuk ke arah wastafel yang berada di dapur. Daniel yang mengerti, langsung berjalan mendekati wastafel tersebut.

"Aaa!" teriak Daniel yang tak kalah heboh dari teriakan Al.

Cepat-cepat Daniel berlari, ke arah Al dan menaiki kursi yang sama dengan sang putri. Kini terlihat keduanya berdiri di atas kursi sambil berpelukan, keduanya juga memberikan mimik wajah yang sama.

Mimik wajah ketakutan sama-sama diberikan Daniel dan Al. Tangan mungil milik sang putri mencengkram erat pakaian yang dikenakan Daniel.

"Al kenapa nggak bilang kalau ada kecoak, sih?" Daniel bertanya dengan intonasi nada yang ketakutan.

Al masih dalam posisi yang sama. Dirinya bahkan tidak mengeluarkan sepatah kata pun, rasa takutnya masih sangat besar.

"Bik Sum! Bik Sum!" teriak pria itu memanggil nama pembantu setianya.

Bik Sum yang mendengar,  langsung mendatangi sang majikan yang masih meneriaki namanya.

"Ya Allah, Tuan! Ngapain berdiri di atas kursi, gitu?!" Bik Sum yang baru datang, terkejut melihat sang tuan yang berdiri di atas kursi makan bersama putri kecilnya.

"A–anu, Bik, itu—"

"Itu apa?" potong Bik Sum cepat.

"Wastafel," jawab Daniel singkat.

"Wastafel?" beo Bik Sum pelan. "Wastafel kenapa? Ada apa?"

Daniel tak lagi menjawab, tangannya ia ulurkan ke arah wastafel. Berharap sang pembantu setianya mengerti, lalu bertindak tanpa bertanya.

Direktur Duda Tampan [End ✅]Where stories live. Discover now