S2. 22

2.2K 171 2
                                    

Cerita ini hasil pemikiran nyata penulis sendiri.  Maaf jika ada nama, tempat, latar dll.

Selamat membaca ini dan selamat menikmati cerita ini. Semoga kalian suka dengan cerita ini.
Terima kasih.

•••

Hari kembali berganti dengan cepat. Daniel yang harus melakukan meeting penting bersama karyawannya, harus berangkat ke kantor sebelum pukul delapan nanti.

Hal ini membuat Alana turut mempersiapkan segala keperluan Daniel untuk acara meeting-nya nanti.

Kemeja, jas, dasi, dan beberapa file penting sudah Alana siapkan sejak pagi tadi. Semua ditata rapi dan diletakkan di atas ranjang agar Daniel tak kesusahan menemukannya.

Kegiatan Alana berlanjut dengan menyiapkan sarapan dan bekal makan siang untuk Daniel.

Alana tahu, meeting yang dilaksanakan pasti akan berlangsung lama. Oleh sebab itu, ia akan mempersiapkan sekotak makanan untuk Daniel.

"Mas, kalau udah selesai mandi langsung pakai pakain yang udah aku siapin, ya!" teriak Alana kepada Daniel yang sedang mandi.

"Iya, iya. Habis mandi langsung Mas pake, kok."

Usai mendapat balasan dari Daniel, Alana segera berjalan ke lantai bawah untuk menyiapkan sarapan.

Kandungan Alana yang semakin membesar, membuat dirinya kesusahan ketika menapaki kaki di anak tangga. Alana sempat menarik napas dalam beberapa kali karena kelelahan.

Setiap melewati satu anak tangga, Alana akan berhenti sebentar dan menarik napasnya dalam-dalam. Hal ini membuat Alana harus menghabiskan waktu lebih lama untuk menuruni anak tangga.

Untungnya, tak jauh dari anak tangga tempat Alana berdiri, Susan datang dengan sedikit terbirit-birit ke arah Alana.

"Nyonya! Nyonya ngapain, sih pake acara nurunin anak tangga segala? Kalau terjadi apa-apa sama Nyonya gimana? Kasihan tau sama jabang bayinya," omel Susan.

Sambil tersenyum, Alana menerima uluran tangan Susan yang membantunya untuk menuruni anak tangga.

"Ya kan, Sus, saya pengen masakin Mas Daniel sarapan," ucap Alana yang terdengar pasrah.

"Tapi, kan Nyonya bisa suruh saya sama yang lain. Kalau misalkan Nyonya kenapa-napa, pasti kita yang disalahin sama Tuan Daniel," omel Susan kembali.

Susan terus menuntun Alana hingga keduanya tiba di dapur. Susan kemudian membantu Alana untuk mengeluarkan semua bahan makanan yang akan Alana olah pagi ini.

•••

Selesai menyiapkan makan siang, Alana kemudian meminta bantuan Susan untuk memanggil Daniel di kamarnya.

Tak selang berapa lama, Susan kembali ke dapur dengan Daniel yang mengekor di belakangnya.

"Sarapan dulu, Mas," titah Alana sambil merapikan piring-piring yang di meja.

Daniel tak langsung menjawab, pria itu lebih memilih untuk segera duduk di kursinya dan mulai menghabiskan sarapannya.

"Aku udah buatin bekal untuk Mas Daniel juga, nanti jangan lupa dibawa, ya," ucap Alana.

"Iya, nanti dibawa," jawab Daniel dengan mulut yang masih dipenuhi dengan makanan.

Selesai Daniel menghabiskan sarapannya, Alana kemudian membereskan piring-piring kotor yang ada di atas meja. Namun, belum sempat membereskan Alana sudah terlebih dahulu dihentikan Daniel.

"Kamu mau ngapain, Yang?" tanya Daniel yang dibarengi dengan memegang pergelangan tangan Alana.

"Mau beresin piring kotor, Mas. Emang mau ngapain lagi?" balas Alana.

"Apa? Emangnya kamu nggak inget apa kata dokter soal kandungan kamu? Kandungan kamu itu lemah, dan kata dokter kamu nggak boleh ngerjain pekerjaan yang berat-berat, Al." Daniel mengomeli Alana dengan tegas.

"Aku inget, kok apa kata dokter. Cuman cuci beresin piring kotor emangnya seberat apa, sih? Anak TK seperti Alayya juga bisa beresin kali, Mas," jawab Alana.

"Oh, udah berani ngebantah ya sekarang? Hebat, terusin aja. Biar dapat dosa gara-gara ngelawan perintah suami," balas Daniel.

"Nggak, kok, Mas. Aku cuman---"

"Dah, dah, dah. Nggak ada alasan untuk ngebantah. Sekarang aku mau ke kantor dulu. Kamu diem aja di rumah. Nggak usah ke mana-mana," titah Daniel pada Alana.

Daniel lalu mencium kening Alana dan beranjak pergi meninggalkan Alana. Sementara Alana hanya memandangi kepergian Daniel hingga punggung sang suami menghilang di balik tembok.

"Kamu itu nggak boleh ngerjain pekerjaan berat. Halah, alasan doang biar aku nggak ngapa-ngapain. Orang kalau setiap hari nggak ngapa-ngapain pasti bosen dong," cicit Alana.

Tanpa memikirkan perkataan Daniel, Alana kembali melanjutkan aktivitasnya membereskan piring kotor.

Ketika sedang membersihkan meja, Alana baru menyadari bahwa bekal yang sudah ia siapkan untuk sang suami masih berada di tempat semula. Itu berarti Daniel tidak membawa kotak makan siangnya.

Lalu tanpa pikir panjang, Alana segera mengambil kotak makan tersebut dan menyusul Daniel.

"Mas! Mas! Bekalnya ketinggalan!" Alana berteriak dengan kencang saat mendapati Daniel yang baru saja menaiki mobilnya.

"Mas! Bekalnya!" teriak Alana lagi.

Sayangnya teriakan Alana tidak terdengar oleh Daniel. Mobil sedan yang biasa Daniel kendarai melaju dengan pesat dan meninggalkan pekarangan rumah.

Alana menatap kepergian Daniel dengan kecewa, lalu memutuskan untuk kembali masuk ke dalam rumah.

"Duh, kalau Mas Daniel nggak bawa bekalnya terus dia makan apa, dong? Ya kali pake mesen catering. Eh, tapi kan kalau meeting begini Mas Daniel emang lebih suka mesen catering. Anterin nggak, ya?" Alana terlihat bergumam dengan raut wajah yang bimbang.

Jika Alana memutuskan untuk mengantarkan kotak makan siang milik Daniel, itu berarti ia harus siap menerima omelan dari Daniel. Akan tetapi, jika Alana tidak mengantarkannya ia merasa perjuangannya akan terasa sia-sia.

Sedikit menghabiskan waktu untuk berpikir, Alana kemudian memutuskan untuk bersiap-siap dan mengantarkan kotak makan siang milik Daniel.

•••

Halo semua!
Alana dan Daniel update lagi, nih. Gimana sama kabar kalian?
Sehat terus, ya.

Direktur Duda Tampan [End ✅]Where stories live. Discover now