S2. 15. Menguping

2.4K 189 1
                                    

Cerita ini hasil pemikiran nyata penulis sendiri.  Maaf jika ada nama, tempat, latar dll.

Selamat membaca ini dan selamat menikmati cerita ini. Semoga kalian suka dengan cerita ini.
Terima kasih.

•••

Penyelidikan Desi berlangsung selama beberapa hari tanpa diketahui Daniel ataupun Sella. Setiap pergerakan yang Desi lakukan cukup tenang dan tidak terkesan buru-buru.

Pagi ini, ketika Desi datang terlebih dahulu ke kantor, ia langsung berjalan ke ruangan Daniel.

Di sana, diam-diam Desi memasang sebuah alat perekam suara yang baru saja dibelinya.

"Semoga hasilnya nggak mengecewakan," gumam Desi ketika alay tersebut selesai di pasang.

Setelah siap dengan aksinya, Desi bergegas untuk segera kembali ke ruangan kerja miliknya.

•••

Sementara di kediaman Daniel, Alana terlihat sedang meringkuk dengan memeluk lututnya sambil dibalut selimut.

"Yang, ngapain, sih?" tanya Daniel yang berada di samping Alana.

Daniel berbaring di samping Alana sambil mengelus pelan rambut Alana.

"Yang," panggil Daniel pelan.

Namun bukannya menjawab, Alana semakin meringkukkan badannya di bawah balutan selimut.

"Yang, jawab napa, sih. Kamu kenapa? Sakit? Atau lagi pengen apa?" tanya Daniel yang sedikit kesal.

Tangannya memegang pundak Alana perlahan, lalu menarik tubuh Alana agar bisa berhadapan dengannya.

Setelah berhadapan dengan Daniel, Alana menyunggingkan senyum tipis pada Daniel. Alana lalu mengarahkan pandangannya untuk menatap mata Daniel dengan lekat.

"Mas, aku mau tanya sama kamu boleh?" tanya Alana tanpa mengalihkan pandangannya.

Tanpa mengeluarkan suara, Daniel menganggukan kepalanya kepada Alana sebagai jawaban.

"Kamu sayang nggak, sih sama aku?" Sedikit menelan salivanya dengan kasar, Alana memberanikan diri untuk bertanya pada Daniel.

Daniel sedikit mengerutkan alisnya, lalu membalas tatapan Alana dengan sedikit tajam.

"Setelah semua pembuktian yang aku kasih ke kamu, kamu masih ragu?" Daniel balik bertanya pada Alana.

Pria itu seolah tak percaya jika pertanyaan itu bisa Alana lontarkan padanya.

Alana menggelengkan kepalanya, lalu kembali menatap Daniel dengan lekat.

"Bukan gitu, Mas. Aku cuman—"

Drrt! Drrt! Drrt!

Belum sempat Alana menyelesaikan ucapannya, dering ponsel yang berada di atas nakas membuat ucapannya terhenti.

Buru-buru Daniel beranjak dari samping Alana untuk mengambil ponsel yang berada di atas nakas dengan cepat.

"Bentar, Yang," ucapnya pada Alana ketika hendak menerima panggilan telepon tersebut.

Ketika Daniel sedang menerima telepon, Alana beranjak bangun dari posisi rebahannya. Wanita itu lalu berjalan menuju ke toilet.

Alana membasuh mukanya di wastafel dengan air yang mengalir.

Beberapa menit di dalam kamar mandi, Daniel datang menghampiri Alana dengan tubuh yang sudah berbalut dengan pakaian kantor.

"Yang, aku pergi dulu. Di kantor lagi ada tamu penting," ucap Daniel cepat. Lalu tanpa menunggu lama, Daniel kemudian melangkahkan kakinya untuk berjalan meninggalkan Alana.

Direktur Duda Tampan [End ✅]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt